NovelToon NovelToon
JATUH UNTUK BANGKIT

JATUH UNTUK BANGKIT

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Cinta Terlarang / Pengganti / Crazy Rich/Konglomerat / Identitas Tersembunyi / Romansa
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Dri Andri

Elang Alghifari, CEO termuda yang sukses, dijebak oleh sahabat dan calon istrinya sendiri. Dalam semalam, ia kehilangan segalanya—perusahaan, reputasi, kebebasan. Tiga tahun di penjara mengubahnya dari pemimpin visioner menjadi pria yang hidup untuk satu tujuan: pembalasan.
Namun di balik jeruji besi, ia bertemu Farrel—mentor yang mengajarkan bahwa dendam adalah seni, bukan emosi. Setelah bebas, Elang kabur ke Pangalengan dan bertemu Anya Gabrielle, gadis sederhana yang mengajarkan arti cinta tulus dan iman yang telah lama ia lupakan.
Dengan identitas baru, Elang kembali ke Jakarta untuk merebut kembali segalanya. Tapi semakin dalam ia tenggelam dalam dendam, semakin jauh ia dari kemanusiaannya. Di antara rencana pembalasan yang sempurna dan cinta yang menyelamatkan, Elang harus memilih: menjadi monster yang mengalahkan musuh, atau manusia yang memenangkan hidupnya kembali.
Jatuh untuk Bangkit adalah kisah epik tentang pengkhianatan, dendam, cinta,

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dri Andri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 19

Zara terdiam. Tangan di dada Brian mengeras sedikit—bukan lagi soothing, tapi tense.

"Kamu pikir dia yang—"

"Aku YAKIN dia yang kirim rekaman itu!" Brian menjauh dari Zara, berjalan ke laptop lagi, membuka file. "Lihat timeline-nya: rekaman bocor seminggu setelah Stella menghilang. Harris mulai beli saham dua hari setelah rekaman bocor. Ini coordinated. Ini RENCANA."

"Tapi Stella cuma asisten kecil—"

"Asisten kecil yang punya AKSES!" Brian menatap Zara dengan mata liar. "Dia sering bawa file ke meeting. Dia ada di hotel malam Elang ditangkap. Dan yang paling penting—" Ia berhenti, napas mulai cepat seperti panic attack yang ditahan, "—dia salah satu orang yang nggak percaya Elang bersalah. Aku inget—pas kita gelar meeting staff setelah penangkapan, semua orang setuju Elang pasti korupsi. Semua KECUALI Stella. Dia diam. Terlalu diam."

Zara duduk perlahan di kursi, wajah cantiknya mulai pucat di bawah foundation mahal. "Kalau Stella kerja sama dengan Elang... kalau Harris fronting untuk Elang... kalau ini semua RENCANA Elang dari awal—"

"Kita selesai," Brian menyelesaikan dengan suara datar—flat acceptance yang lebih menakutkan dari teriakan. "Kita selesai karena kita underestimate dia. Kita pikir dia broken. Kita pikir tiga tahun penjara cukup buat hancurkan dia. Tapi kita lupa: Elang itu fighter. Dia build Garuda dari nol. Dia survive yatim piatu di Bekasi. Dia nggak tipe orang yang menyerah."

Keheningan tegang mengisi ruangan. Zara menatap lantai dengan mata yang mulai kehilangan cahaya confidence-nya. Brian menatap laptop dengan rahang terkunci.

"Kita harus cari dia," akhirnya Brian berkata dengan suara yang controlled dengan paksa. "Cari Stella. Cari Elang. Sebelum mereka punya cukup ammo buat destroy kita total."

"Gimana? Kita udah coba trace Stella—menghilang tanpa jejak. Elang—" Zara mengangkat bahu frustasi, "—nggak ada yang tau dimana dia sejak keluar penjara. Nggak ada aktivitas kartu kredit, nggak ada transaksi bank, nggak ada booking hotel atau sewa apartemen. Dia hilang kayak hantu."

"Hantu nggak beli saham lewat Harris," Brian menjawab tajam. "Hantu nggak punya strategi coordinated. Dia ada di luar sana. Somewhere. Planning. Waiting. Dan kita—" Ia menatap Zara dengan mata yang untuk pertama kalinya menunjukkan sesuatu yang jarang ia perlihatkan: ketakutan. "—kita target-nya."

Zara berdiri, berjalan ke jendela, memeluk dirinya sendiri meskipun AC ruangan tidak terlalu dingin. "Aku nggak nyangka akan kayak gini," bisiknya—vulnerability pertama yang ia perlihatkan di depan Brian dalam berbulan-bulan. "Aku pikir pas Elang masuk penjara, semuanya selesai. Kita menang. Kita punya semua yang kita mau. Tapi sekarang..."

"Sekarang kita yang di penjara," Brian menyelesaikan. "Penjara yang lebih buruk dari Cipinang: penjara ketidakpastian. Nggak tau serangan datang dari mana. Nggak tau siapa yang bisa dipercaya. Nggak tau—"

Intercom di meja berbunyi. Suara Linda yang nervous: "Pak Brian, ada telepon dari Chairman Lee—investor utama dari Korea. Beliau mau bicara urgent soal... soal posisi sahamnya di Hartavira."

Brian dan Zara bertukar pandang—panic silent yang lebih loud dari teriakan.

"Bilang aku di meeting," Brian menjawab dengan suara yang berusaha steady. "Aku call back dalam satu jam."

"Tapi Pak, beliau bilang kalau Bapak nggak angkat sekarang, beliau akan consider pull out semua investmentnya—"

Brian mematikan intercom dengan jari yang gemetar. Ia duduk di kursi CEO—kursi yang dulu milik Elang, kursi yang ia rebut dengan pengkhianatan dan konspirasi—dan untuk pertama kalinya sejak duduk di sana, ia merasakan sesuatu yang tidak familiar: regret.

Bukan regret karena moral—Brian tidak punya cukup conscience untuk itu. Tapi regret strategic: ia menjebak Elang tanpa memastikan Elang benar-benar mati. Dan sekarang, ghost yang ia ciptakan mungkin kembali untuk haunt him.

Malam itu, setelah Zara pulang ke apartemen mereka—apartemen yang dulu milik Elang—Brian duduk sendirian di ruang kerja rumah dengan hanya lampu meja yang menyala. Ia membuka laptop pribadi, membuka browser dengan incognito mode, mengetik nama yang sudah berbulan-bulan tidak ia cari:

*Elang Alghifari*

Search results muncul—tapi semuanya old news. Berita penangkapan tiga tahun lalu. Artikel trial. Vonis. Tidak ada yang baru. Tidak ada jejak digital sejak Elang keluar penjara tiga bulan lalu.

Brian mencoba search lain: *Elang Alghifari + Bandung*. *Elang Alghifari + rehabilitasi*. *Elang Alghifari + kerja baru*.

Tidak ada. Kosong. Seperti Elang menghilang dari dunia digital sama sekali.

Dan itu—kekosongan itu—lebih menakutkan dari apapun. Karena orang yang hilang total dari radar adalah orang yang hiding dengan purpose. Orang yang planning sesuatu. Orang yang waiting untuk timing perfect untuk strike.

Brian menatap layar laptop dengan mata yang mulai merah karena kurang tidur dan stress. Jari-jarinya bergetar di atas keyboard, mengetik pesan di chat terenkripsi ke orang yang ia hire untuk "handle" masalah-masalah kotor:

*Cari Elang Alghifari. Budget unlimited. Gunakan cara apapun. Aku butuh tau dimana dia. Aku butuh tau siapa yang bantu dia. Dan aku butuh tau... apa yang dia rencanakan.*

Send.

Tapi bahkan setelah mengirim pesan itu, Brian tidak merasa lebih baik. Karena di suatu tempat, di bagian primitif otaknya yang masih bisa rasakan instinct survival, ia tahu:

Ini bukan lagi dia yang berburu. Ini dia yang diburu.

Dan predator terbaik adalah yang tidak pernah terlihat sampai terlambat untuk lari.

Brian menutup laptop. Berjalan ke jendela apartemen lantai 40, menatap Jakarta yang gelap dengan ribuan lampu seperti bintang di bawah. Somewhere di sana—di antara jutaan orang, di sudut kota atau pinggiran atau bahkan luar kota—Elang ada. Watching. Planning. Waiting.

"Kamu dimana, Elang?" Brian berbisik ke kaca jendela, napas membuat embun tipis di permukaan. "Kamu masih hidup? Dan kalau iya... apa yang kamu mau dari aku?"

Tidak ada jawaban. Hanya pantulan wajahnya sendiri di kaca—wajah yang terlihat lebih tua dan lebih lelah dari yang ia ingat, wajah orang yang mulai menyadari bahwa mungkin, hanya mungkin, ia memainkan game yang tidak bisa ia menangkan.

---

**[Bersambung ke Bab 20]**

1
Dessy Lisberita
aku kok suka nya elang sama. stella ya thoor
Dri Andri: sayangnya elang udah jatuh cinta sama anya
total 1 replies
Dessy Lisberita
lanjut
Dri Andri: oke simak terus yaa
total 1 replies
Rizky Fathur
hancurkan Brian Thor sehancur hancur Thor bongkar semua kebusukannya Brian Thor jangan bikin elang naif memaafkan Brian pas Brian memohon ampunan jangan libatkan keluarganya bikin elang tidak perduli bikin elang berbisik kepada Brian Brian keluargamu bagiamana bikin di sini Brian sampai memohon jangan libatkan keluarganya bikin elang tidak perduli Dan tertawa jahat Thor hahahaha
Dri Andri: perlahan aja ya😁k
total 2 replies
Rizky Fathur
Thor cepat bongkar kebusukan Brian Thor bikin elang kejam kepada musuhnya musuhnya bantai Sampai ke akar akarnya bersihkan nama baiknya elang Thor bikin di sini sifatnya jangan naif Thor
Rizky Fathur
cepat bantai Brian dengan kejam Thor bongkar semua kebusukannya ke media Thor bikin elang bersihkan namanya Dan Ambil lagi semua hartanya bikin elang tuntut balik orang yang melaporkannya dulu Dan yang memfitnahnya dulu dengan tuntutan puluhan milyar bikin elang kejam kepada musuhnya Thor kalau perlu tertawa jahat dan kejam berbicara akan membantai keluarganya Brian bikin Brian memohon ampunan jangan libatkan keluarganya kepada elang bikin elang tertawa jahat hahahaha Brian aku tidak perduli habis itu pukulin Brian sampai pingsan
Dessy Lisberita
lanjut
Dri Andri: gaskeun
total 1 replies
Rizky Fathur
lanjut update thor ceritanya seru cepat buat elang Ambil kembali asetnya bongkar kebusukan Brian bikin elang kejam Thor sama Brian bilang akan bantai keluarganya Brian bikin Brian memohon ampunan jangan libatkan keluarganya bikin elang tidak perduli bikin elang tertawa jahat Thor
Rizky Fathur: bikin elang kejam Thor bongkar kebusukan Brian ke media bersihkan nama baiknya elang Thor bikin elang tuntut balik yang memfitnahnya Dan menjebaknya itu dengan tuntutan berapa ratus Milyar Thor
total 2 replies
Dessy Lisberita
bangkit lah elang
Dessy Lisberita
jngan terlalu percaya sama saudara ap lagi sama orang asing itu fakta
Rizky Fathur
lanjut update thor ceritanya bikin elang menang bikin Jefri kalah Thor kalau perlu Hajar Jefri sampai luka parah
Dri Andri: gas bro siap lah perlahan aja ya makasih udah hadir
total 1 replies
Kisaragi Chika
bentar, cepat banget tau2 20 chapter. apa datanya disimpan dulu lalu up bersamaan
Dri Andri: hehehe iyaa
total 4 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!