NovelToon NovelToon
Takdir Di Balik Lensa

Takdir Di Balik Lensa

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Model / Office Romance
Popularitas:875
Nilai: 5
Nama Author: Novaa

Sepuluh tahun lalu, Sekar kenanga atmaja dan Alex Mahendra prakasa terlibat dalam sebuah perjodohan dingin tanpa cinta. Di usianya yang masih belia, Sekar hanya memusatkan pikirannya pada impian yang ingi diraihnya. Dengan segala cara dia ingin membatalkan perjodohan itu. Namun sebuah tradisi dalam keluarganya sulit sekali untuk dilanggar. Pendapatnya sama sekali tidak di dengar oleh keluarganya. Sampai pada hari pertunangannya dengan Alex tiba. Sekar dengan berani menolak putra dari keluarga Prakasa tersebut. Gadis 18 tahun itu pergi meninggalkan acara dan Alex dengan luka samar, karena ditolak dengan kasar di hadapan banyak orang.

Kini takdir kembali mempertemukan mereka dalam ikatan bisnis. Sekar yang kini menjadi model terkenal dan di kenal dengan nama 'Skye' akan menjadi wajah utama untuk ATEEA group. Sebuah perusahaan fashion ternama yang ternyata dipimpin oleh Alex Mahendra prakasa, sang mantan calon suaminya.

Akankah bisnis ini batal seperti perjodohan mereka? simak disini ..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19 #KEPATUHAN

​Studio ATEEA

​Setelah menerima ancaman melalui managernya dan memahami kedekatan rahasia antara Mila dan Dandi, Sekar mengambil keputusan strategis. Ia tidak akan melawan Alex secara terbuka. Sebaliknya, ia akan menuruti semua permintaan mantan calon tunangannya itu, sepenuhnya. Ia telah menghapus repost Rino dan menolak semua tawaran kencan yang datang.

​Sejak saat itu, Sekar memasuki mode keprofesionalan yang dingin. Ia adalah Skye, Aset ATEEA—bukan Sekar Kenanga yang rentan.

​Alex memperhatikan perubahan ini dari ruangannya. Ia seharusnya merasa puas. Ia telah mendapatkan apa yang ia inginkan. Kendali penuh atas kehidupan pribadi Sekar. Namun, ia merasa kosong. Kepuasan yang ia harapkan tidak pernah datang.

​Setiap kali ada kebutuhan komunikasi, Alex akan mencoba memancing reaksi Sekar.

​Sore itu, Alex datang ke studio untuk meninjau sample produk baru. Sekar sedang beristirahat di sofa, membaca naskah.

​Alex menghampirinya. "Skye. Pencahayaan di set A tampaknya kurang dramatis untuk shot terakhirmu. Kurasa kita perlu menggeser spotlight lebih ke kanan."

​Sekar menutup naskahnya, bangkit berdiri dengan gerakan yang sangat profesional. Ia menatap Alex, tetapi tatapannya kosong dari emosi.

​"Saya mengerti, Tuan Alex," jawab Sekar, suaranya datar dan formal. "Saya akan memastikan Andra menyesuaikannya. Saya yakin Andra dapat mengikuti permintaan teknis Anda."

​Alex merasa terkejut dengan formalitas yang kaku itu. Ia mencoba lagi. "Tapi apakah kau merasa angle baru ini akan meningkatkan efek visual produk, Skye? Aku ingin mendengar pendapatmu sebagai bintang utama."

​"Pendapat saya adalah mengikuti visi ATEEA sepenuhnya adalah prioritas tertinggi saya, Tuan Alex," balas Sekar, tanpa sedikit pun senyuman atau kehangatan. "Jika Anda merasa angle kanan lebih baik untuk brand, saya akan menyesuaikan pose saya untuk memaksimalkan hasil foto."

​Ia melanjutkan, "Apakah ada instruksi lain, Tuan Alex? Saya harus kembali mempersiapkan naskah untuk sesi video."

​Alex merasa terpukul oleh ketenangan Sekar. Ia ingin mendengar Sekar membantah, berargumen, atau setidaknya menunjukkan emosi. Tapi yang ia dapatkan hanyalah kepatuhan total.

Hari berikutnya,

​Alex memanggil Sekar untuk menanyakan detail jadwal.

​"Skye, besok kau ada sesi fitting dengan tim Wardrobe. Kapan waktu yang paling efisien agar tidak mengganggu istirahatmu?" tanya Alex, berusaha menunjukkan perhatian.

​"Terserah jadwal ATEEA, Tuan Alex," jawab Sekar melalui telepon internal. "Jadwal pribadi saya adalah fleksibel dan tunduk pada kebutuhan kampanye. Tolong sampaikan saja waktunya melalui Mila."

​"Tapi Mila sudah memberiku jadwal. Aku hanya ingin memastikan kau tidak terlalu lelah," desak Alex.

​"Kelelahan adalah risiko pekerjaan, Tuan Alex. Saya akan mengatasinya. Selama ATEEA puas, kelelahan saya tidak relevan," balas Sekar, nadanya terdengar seperti membaca pernyataan pers. "Apakah ada masalah lain terkait kampanye yang perlu didiskusikan?"

​Alex hanya bisa menghela napas dan menutup telepon. Sekar tidak melanggar aturan, tetapi ia mengubah kepatuhannya menjadi senjata penghinaan yang sunyi. Dengan menjadi model yang sempurna, Sekar seolah berkata: Aku hanya melakukan pekerjaan yang kau bayar. Aku tidak memberimu apa pun yang bersifat pribadi, termasuk perhatian atau emosi.

​Rasa cemburu Alex tidak hilang, tetapi berubah menjadi rasa rindu yang akut, rindu pada amarah Sekar, rindu pada tantangannya, rindu pada tawa jujurnya di pinggir jalan.

​Beberapa hari sebelum acara Gala amal Miranda, Alex semakin gelisah. Ia telah mengundang Miranda ke dalam hidupnya untuk stabilitas, tetapi Sekar-lah yang terus menari di benaknya.

​Aku tidak boleh seperti ini. Aku harus fokus pada Miranda dan pekerjaan.

​Malam itu, Alex memeriksa jadwalnya. Ia melihat catatan yang tertera. Persiapan Akhir untuk Gala Amal bersama Miranda. Alex menutup bukunya dengan cepat.

​Ia telah mendapatkan kendali atas Sekar, tetapi tampaknya, Alex telah kehilangan kendali atas hatinya sendiri.

✨✨

​Alex merasa frustrasi dengan kepatuhan dingin Sekar. Ia merindukan tantangan Sekar, bukan kepatuhannya yang sempurna. Rasa rindu yang akut ini menyiksanya menjelang acara Gala amal Miranda.

​Malam itu, setelah jam kerja usai, Alex berada di lobi kantor ATEEA, menunggu Dandi mengambil mobilnya dari parkiran bawah tanah. Ia masih memakai setelan kantor dengan jas yang ia bawa di lengannya, siap untuk pulang.

​Saat itulah ponselnya berdering. Tertera nama Miranda.

​Alex menarik napas. Ia sudah lelah berpura-pura, tetapi ia harus menjaga citranya demi ibunya dan stabilitasnya.

​"Ya, Miranda," sapa Alex, berusaha terdengar sabar.

​"Alex! Syukurlah kau mengangkatnya! Aku hanya ingin mengingatkan, besok waktunya Gala amal mamaku," suara Miranda terdengar manis dan penuh antisipasi di ujung telepon.

​"Aku ingat, Miranda. Jadwal itu sudah kusetujui," jawab Alex singkat.

​Miranda mencoba berlama-lama menelpon Alex. "Oh, bagus! Aku lega! Tapi, Alex, aku punya masalah kecil. Aku tidak bisa memutuskan gaun mana yang harus kukenakan. Bisakah kau membantuku memilihnya? Melalui video call sekarang? Aku tahu seleramu pasti sempurna."

​Alex menghela napas internal. Ia benar-benar tidak ingin melakukannya, tetapi ia juga tidak ingin Miranda mengeluh pada ibunya.

​"Baiklah," putus Alex. "Tapi cepat."

​Alex mengaktifkan video call di ponselnya, memosisikan dirinya agar cahaya di lobi cukup baik. Di layar ponsel, Miranda muncul, memamerkan dua gaun malam mewah, satu berwarna emerald, satu lagi silver metalik—bertanya mana yang paling cocok dengannya.

​Tepat saat Alex sedang menunjuk ke salah satu gaun di layar ponselnya, memberi saran profesional, Skye melintas di sebelahnya.

​Sekar baru saja menyelesaikan pekerjaan fitting yang larut dan berjalan menuju pintu keluar. Ia mengenakan hoodie longgar dan celana training, kontras sempurna dengan gaun yang Alex sedang lihat di layar.

​Sekar melihat Alex. Ia melihat pria itu tersenyum tipis (senyum profesional yang langka) sambil berbicara dengan seorang wanita cantik di video call. Jelas sekali, itu adalah Miranda, calon istri Alex yang ia lihat dua hari lalu.

​Jantung Sekar langsung memanas. Inilah saatnya ia ingin sekali marah dan membalikkan fakta tentang klausul non-dating Alex.

​Dia melarangku, dia mengancamku karena Rino, tapi dia sendiri asyik memilih gaun malam untuk kekasihnya!

​Namun, Sekar menahan diri. Ia teringat rencana barunya, kepatuhan yang mematikan.

​Alih-alih melontarkan kata-kata atau menunjukkan kecemburuan, Sekar berusaha acuh saja. Ia berjalan melewatinya tanpa menoleh, tanpa menghentikan langkah, seolah-olah Alex dan Miranda hanyalah perabot kantor yang tidak menarik perhatiannya. Ia bahkan tidak menunjukkan sedikit pun rasa terganggu karena harus melewati pria yang mengancam kariernya itu.

​Sikap acuh tak acuh Sekar sangat sempurna. Ia tidak melirik, ia tidak bereaksi.

​Alex, yang merasakan kehadiran Sekar, sempat teralihkan. Matanya mengikuti Sekar hingga wanita itu menghilang di balik pintu lobi. Di layar ponselnya, Miranda bertanya, "Alex? Kenapa kau diam? Gaun yang emerald ya?"

​Alex memejamkan mata sejenak, menenangkan denyutan di pelipisnya.

​Inilah balasan paling ampuh untukku, pikir Alex dengan getir. Wanita itu menuruti semua aturanku, tetapi ia membuatku merasa tidak relevan dalam hidupnya.

​Alex kembali menatap layar Miranda. "Ya, Miranda. Yang emerald. Itu warna ATEEA. Lebih profesional," jawab Alex, nadanya kini sedikit terburu-buru.

​Sekar telah menang. Dengan menunjukkan kepatuhan total dan ketidakpedulian yang total, ia berhasil membuat Alex Mahendra yang posesif merasa diabaikan, bahkan saat Alex secara teknis sedang melanggar aturan yang ia buat sendiri.

​Tepat setelah Sekar keluar, Dandi tiba dengan mobil. Alex segera menutup telepon dengan Miranda.

​"Ada apa, Mas? Wajah Anda terlihat seperti baru saja melihat hantu," tanya Dandi sambil membuka pintu mobil.

​"Bukan hantu, Dandi," jawab Alex, meraih pintu mobil. "Tapi aku baru saja merasa tidak penting."

​Alex masuk ke mobil, pikiran dan hatinya dipenuhi oleh sosok Sekar yang dingin dan acuh tak acuh. Besok, ia akan tampil elegan bersama Miranda, tetapi hatinya akan tetap berada di lobi, mengejar bayangan Sekar yang baru saja mengabaikannya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!