Manisnya Pembalasanku

menatapnya dengan tatapan seperti melihat orang gila, selama empat atau lima detik yang telah." kamu ngapain kes sini."

nada suaranya dingin dan dalam, seolah olah mengandung sedikit kemarahan.karena ini, bagaimana pun juga ini adalah kantornya, tempat dia menangani urusan perusahaan sehari hari. Sebuah ruang yang cukup serius.

wanita yang pernah punya ' urusan kotor ' dengannya tiba tiba menyusup ke tempatnya. jelas merupakan pelanggaran besar,baginya.

Namun,julia sangat berbeda dari sikapnya yang dulu yang saling bermusuhan. Dia melangkah ke depan pria itu dan menatapnya dengan senyum menggoda." dua minggu nggak ketemu, aku kangen juga, jadi aku datang untuk melihatmu."

begitu selesai bicara, dia lagsung duduk di atas meja kerjanya, gayanya santai dan tidak sopan. Benar benar tidak merasa dirinya sebagai orang luar.

Menghadapi penampilannya yang seksi dan menggoda ini, di tambah aroma harum yang begitu menyengat ini, ekspresi wajahnya revan tetap tidak berubah.

Dia hanya membalas dengan suara serak dan rendah.

" julia, bukankah aku sudah memperingatkan mu untuk lenyap total dari hidupku."

Julia tertegun..

Lalu, dia terkekeh pelan..

" bagaimana pun kamu sudah menyelamatkan aku di rumah keluarga hermawan waktu itu, kalau aku benar benar lenyap, bukankah itu namanya nggak tahu balas budi."

Sambil bicara, dia mengeser posisi duduknya ke meja, lalu menendang lepas sepatu hak tingginya .

Sepasang kaki jenjang berbalut stoking hitam di letakkan secara terang terangan di atas paha pria itu.

" pak revan, terus terang saja. kalau bukan karena kamu menyelamatkan aku waktu itu, mungkin aku sudah mati atau lumpuh. jadi,bukankah menurut mu aku harus berterima kasih...padamu dengan sungguh sunggu."

Wajah revan berubah muram, dia langsung menepis kaki julia yang tidak tahu diri itu.

" jangan bawa bawa insiden waktu itu, kalau kamu mati dk tempat lain, aku nggak perduli sama sekali, tapi kalau kamu mati di rumah keluarga hermawan,menganggu pernikahanku aku nggak akan tinggal diam."

Selesai bicara, dia langsung berdiri dari kursi kulitnya dan mengusir julia.

" cepat pergi.."

Lalu,dia bejalan ke dekat jendela besar untuk menghirup udara segar.

Julia yang masih duduk di atas meja kerja, menatap tubuh pria itu dengan sorot mata penuh dengan nafsu.

Meski wajahnya penuh dengan aura dingin dna menahan diri, tetapi bahunya yang lebar dan tubuhnya yang tegap juga memancar kan daya tarik seksual yang luar biasa.

" kamu mau aku pergi kemana."

Dia langsung menyusul ke belakang pria itu, mendekat ke telinganya dan bertanya demgan nada main main. "

" mau aku pergi ke Sebastian, ngomong ngomong hari ini dia ajak aku berenang lagi, kamu mau ikut, nggak."

" diam.. "

benar saja, mendengar nama itu membuat revan langsung marah. Dia berbalik dan menatap julia dengan tajam." jangan bawa bawa dia buat menguji kesabaran ku, kalau nggak, bakal ku habisi kamu."

" kenapa sih, galak benar sama aku."

Julia tidak melawan balik, malah melingkar kan tangan-Nya ke leher pria itu, dengan gaya manja.

"begini saja, kita main satu permainan kecil, kalau aku kalah aku pergi."

Tatapan revan yang dingin mengarah langsung kepadanya.

Mungkin karena penasaran dengan permainan kecil yang di maksud, dia tetap nggak bergerak meskipun julia memeluk lehernya begitu erat.

Julia tersenyum penuh arti.

" permainan nya begini, aku akan tebak kamu hari ini pakai celana dalam. merek apa, kalau benar aku menang, kalau salah aku kalah. "