NovelToon NovelToon
Rahasia Di Balik Cinta Terlarang

Rahasia Di Balik Cinta Terlarang

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Duniahiburan / Rumahhantu / Mafia / Cintapertama / Berondong
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: Ulina Simanullang

Di Universitas Harapan Bangsa, cinta tumbuh di antara dua insan dari dunia yang berbeda. Stefanus, pemuda cerdas yang hidup serba kekurangan, menempuh pendidikan berkat beasiswa.Di sisi lain, ada Stefany, gadis cantik dan pintar, putri tunggal Pak Arman, seorang pengusaha kaya yang ternyata menyimpan rahasia kelam Ia adalah bos mafia kejam.Pertemuan sederhana di kampus membawa Stefanus dan Stefany pada perasaan yang tak bisa mereka tolak. Namun, cinta mereka terhalang restu keluarga. Pak Arman menentang hubungan itu, bukan hanya karena perbedaan status sosial,hingga suatu malam, takdir membawa malapetaka. Stefanus tanpa sengaja menyaksikan sendiri aksi brutal Pak Arman dan komplotannya membunuh seorang pengkhianat mafia. Rahasia berdarah itu membuat Stefanus menjadi target pembunuhan.Akhirnya Stefanus meninggal ditangan pak Arman.stelah meninggalnya Stefanus,Stefany bertemu dengan Ceo yang mirip dengan Stefanus namanya Julian.Apakah Julian itu adalah Stefanus?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ulina Simanullang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 19: Keputusan yang mengubah segalanya

Biasanya suasana hangat selalu menyelimuti ruangan besar itu, tapi kali ini udara seolah membawa ketegangan yang tak kasatmata.

Pak Arman duduk di ruang kerjanya, di balik meja kayu besar yang selalu dipenuhi dokumen bisnis. Namun malam ini, pikirannya bukan tentang bisnis atau rapat penting, melainkan tentang putrinya sendiri Stefany.

Sejak kematian Stefanus, gadis itu berubah. Senyum cerianya hilang, semangatnya meredup. Pak Arman, yang biasanya keras dan jarang menunjukkan emosi, merasa tak berdaya melihat anak satu-satunya terpuruk begitu dalam.

Ia sudah memikirkan ini berhari-hari. Keputusan itu berat, tapi ia yakin hanya inilah cara untuk menyelamatkan masa depan Stefany.

Ketukan pelan di pintu membuat lamunannya buyar.

“Masuk,” katanya singkat.

Pintu terbuka. Stefany muncul dengan wajah lelah setelah pulang kuliah.

“Ayah memanggil?” suaranya pelan, nyaris tanpa ekspresi.

Pak Arman mengangguk. “Iya, Nak. Duduklah. Kita perlu bicara.”

Stefany berjalan pelan menuju kursi di depan meja kerja ayahnya. Ia duduk tanpa bicara, hanya menatap kosong ke arah jendela yang separuh terbuka.

Suasana hening beberapa saat, hanya terdengar suara detik jam di dinding.

Pak Arman menghela napas. “Stefany, Ayah sudah memikirkan ini sejak lama. Tentang masa depanmu, tentang hidupmu setelah semua yang terjadi.”

Stefany mengalihkan pandangan dari jendela ke ayahnya. “Maksud Ayah… setelah Stefanus?”

Pak Arman mengangguk pelan. “Iya. Ayah tahu semua ini berat untukmu. Kau kehilangan orang yang kau cintai, dan Ayah… mungkin Ayah juga salah karena tak banyak bicara selama ini.”

Stefany tersenyum miris. “Ayah selalu begitu. Diam, sibuk dengan urusan Ayah sendiri. Baru sekarang mau bicara panjang lebar?”

Pak Arman menelan ludah, menerima sindiran itu tanpa membalas. “Mungkin Ayah memang terlalu keras selama ini. Tapi percayalah, semua yang Ayah lakukan… untuk kebaikanmu.”

Stefany bersandar di kursi, menatap ayahnya tajam. “Kebaikan menurut siapa, Yah? Menurut Ayah? Atau menurutku?”

Keputusan Diumumkan

Pak Arman menatap mata putrinya dalam-dalam. Ia tahu momen ini akan sulit. “Stefany, Ayah sudah memutuskan sesuatu. Kau akan melanjutkan sekolahmu di luar negeri.”

Stefany spontan menegang. “Apa?”

“Mulai semester depan. Ayah sudah berbicara dengan beberapa universitas di luar negeri. Kau bisa mulai di sana, jauh dari semua hal yang membuatmu sedih di sini.”

Stefany berdiri dari kursinya. “Luar negeri? Jadi Ayah mau mengirimku pergi begitu saja?”

“Bukan begitu maksud Ayah,” sahut Pak Arman cepat. “Ayah hanya ingin kau punya awal baru. Di sini… terlalu banyak kenangan yang membuatmu terus terjebak.”

“Kenangan tentang Stefanus, maksud Ayah?” suara Stefany meninggi.

Pak Arman terdiam sesaat sebelum berkata, “Ayah hanya ingin kau bahagia lagi.”

Stefany mendekati meja ayahnya, tatapannya tajam. “Ayah pikir dengan mengirimku jauh-jauh aku akan berhenti memikirkan Stefanus? Ayah pikir rasa sakit ini bisa hilang hanya karena jarak?”

“Stefany.....

“Tidak, Ayah! Sejak dia meninggal, tidak ada satu pun orang di rumah ini yang mau bicara jujur padaku! Semua hanya bilang ‘demi kebaikanmu’. Tapi apa ada yang benar-benar peduli dengan apa yang aku rasakan?”

Pak Arman bangkit dari kursinya, berusaha tetap tenang. “Stefany, Ayah tahu ini berat. Tapi kau harus melihat ke depan. Hidupmu masih panjang.”

Stefany menggeleng, air mata mulai menggenang. “Hidupku panjang? Hidupku bahkan berhenti sejak Stefanus pergi! Ayah tak pernah mengerti!”

Pak Arman terdiam. Hatinya terasa ditusuk mendengar ucapan itu, tapi ia tahu harus tetap tegas.

“Stefany, kau masih muda. Kau berhak mendapatkan masa depan yang lebih baik. Ayah hanya ingin kau punya kesempatan itu.”

“Kesempatan untuk melupakan?” Stefany berbisik pelan tapi penuh amarah.

Dalam hatinya, Stefany bergolak. Ayah selalu bicara tentang masa depan, tentang kebaikan, tapi tak ada yang mau bicara tentang Stefanus. Tentang kenapa dia harus pergi begitu cepat. Tentang kenapa semua terasa misterius sejak hari itu.

Ia menatap wajah ayahnya, mencoba mencari jawaban yang tak pernah ia dapatkan.

“Kalau aku pergi,” katanya akhirnya, “siapa yang akan memberitahuku kebenaran tentang Stefanus? Atau memang semua orang berharap aku berhenti bertanya?”

Pak Arman menghela napas panjang. “Beberapa hal… tidak perlu kau ketahui sekarang, Stefany.”

Itu lagi. Kalimat yang sama.

Stefany menahan tangisnya. “Sampai kapan, Yah? Sampai aku menyerah? Sampai aku benar-benar melupakan dia?”

“Bukan begitu maksud Ayah,” suara Pak Arman melembut. “Tapi kebenaran kadang hanya membuat luka semakin dalam.

Stefany berjalan mondar-mandir di ruangan itu, dadanya naik turun menahan emosi. “Jadi solusi Ayah adalah mengirimku ke luar negeri? Mengusirku supaya aku tidak terus bertanya?”

Pak Arman menggeleng cepat. “Bukan mengusirmu. Ayah ingin kau melihat dunia lebih luas. Kau bisa belajar, kau bisa mulai hidup baru tanpa bayang-bayang masa lalu.”

Stefany berhenti melangkah, menatap ayahnya dengan mata merah. “Tapi aku tidak bisa hidup baru kalau semua ini belum selesai, Yah. Kalau aku belum tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Stefanus.”

Pak Arman menatap putrinya dengan campuran sedih dan bersalah. “Stefany… kadang tak semua pertanyaan punya jawaban yang siap kita dengar.”

Stefany menatapnya tajam. “Atau Ayah memang tidak mau aku mendengarnya.”

Keheningan panjang memenuhi ruangan.

Sampai di sini kita sudah menulis setengah bagian dengan konflik emosional yang mulai memuncak.

Kalau kamu setuju, aku akan lanjutkan ke Bagian Kedua yang akan memuat:

Puncak perdebatan ayah dan anak.

Keputusan final Stefany menerima permintaan itu dengan berat hati.

Tekadnya untuk mencari kebenaran suatu hari nanti.

Keheningan di ruang kerja itu semakin panjang. Hanya terdengar suara jarum jam berdetak pelan, seperti menghitung waktu sebelum semuanya pecah tak terkendali.

Stefany memeluk dirinya sendiri, seolah berusaha menahan semua emosi yang ingin meledak. Sementara Pak Arman berdiri kaku di dekat meja, tatapannya kosong menembus lantai kayu yang mengilap.

“Stefany,” suara Pak Arman akhirnya memecah keheningan, “Ayah tahu kau marah. Kau kecewa. Tapi kau harus percaya… Ayah melakukan ini karena ingin melihatmu bahagia lagi.”

Stefany menoleh cepat, matanya merah. “Bahagia? Sejak kapan Ayah tahu caranya membuatku bahagia? Sejak kapan Ayah benar-benar mendengar apa yang aku mau?”

Pak Arman menarik napas berat. “Sejak kau lahir, Stefany. Sejak hari itu, Ayah hanya punya satu tujuan: memastikan hidupmu lebih baik dari hidup siapa pun di dunia ini.”

“Kalau begitu kenapa Ayah tidak pernah bertanya apa yang membuatku bahagia?” Stefany bersuara lirih tapi penuh rasa sakit. “Kenapa Ayah selalu memutuskan semuanya sendiri?”

Pak Arman menatap wajah putrinya yang penuh air mata. Hatinya bergetar, tapi ia tetap mencoba tenang. “Karena Ayah pikir… Ayah tahu yang terbaik untukmu.”

Stefany menggeleng pelan, suaranya bergetar. “Yang terbaik untukku… atau untuk Ayah?”

“Untukmu, Stefany.”

“Tidak,” Stefany melangkah mendekat, suaranya meninggi, “Ayah hanya ingin aku pergi supaya Ayah tidak perlu menghadapi pertanyaanku tentang Stefanus. Supaya Ayah bisa melanjutkan hidup seolah tidak ada apa-apa yang terjadi!”

“Stefany, jangan bicara begitu,” suara Pak Arman tegas tapi terdengar goyah.

“Lalu apa, Yah?” Stefany menatap ayahnya lurus-lurus. “Sejak Stefanus meninggal, Ayah berubah. Ayah tidak pernah mau bicara tentang dia. Ayah menghindar setiap kali aku bertanya. Sekarang Ayah mau mengirimku ke luar negeri? Apa Ayah pikir aku tidak curiga?”

Pak Arman terdiam, rahangnya mengeras. Ada sesuatu di matanya, seolah ada rahasia besar yang ingin ia sembunyikan.

Dalam hati, Pak Arman bergumam, Kalau saja kau tahu, Stefany… semua ini kulakukan untuk melindungimu. Dunia Stefanus bukan dunia yang pantas untukmu.

Tapi yang keluar dari bibirnya hanya, “Kau terlalu muda untuk memahami semuanya, Stefany. Percayalah, beberapa hal lebih baik tidak kau ketahui.”

Stefany menahan napas panjang, matanya basah. “Ayah pikir aku bisa hidup dengan ketidaktahuan ini? Setiap malam aku memikirkan Stefanus… memikirkan kenapa semua terjadi begitu cepat… dan Ayah hanya menyuruhku melupakan?”

“Bukan melupakan,” Pak Arman berbisik. “Ayah hanya ingin kau melepaskan.”

Stefany menatap ayahnya lama sekali. Kemudian dengan suara lirih ia berkata, “Baiklah, kalau aku pergi… apakah Ayah berjanji suatu hari akan memberitahuku kebenaran?”

Pak Arman terdiam. Janji itu berat. Terlalu banyak yang dipertaruhkan.

“Ayah?” Stefany mendesak, suaranya bergetar.

Akhirnya Pak Arman berkata pelan, “Jika waktunya tepat… Ayah akan memberitahumu segalanya.”

Air mata Stefany jatuh akhirnya. Ia duduk kembali di kursinya, wajahnya menunduk. “Aku lelah, Yah… aku lelah berdebat tentang ini. Kalau ini benar-benar yang Ayah mau… aku akan pergi. Tapi jangan pernah mengira aku pergi karena menyerah.”

Pak Arman melangkah mendekat, menatap putrinya penuh rasa bersalah. “Ayah tidak pernah ingin kau merasa menyerah, Stefany.”

Stefany mengangkat kepalanya. “Aku akan pergi, tapi suatu hari aku akan kembali. Dan ketika aku kembali, aku akan mencari tahu kebenaran tentang Stefanus. Sampai ke akar-akarnya.”

Pak Arman terdiam lama. Akhirnya ia mengangguk pelan. “Kalau itu membuatmu tenang… Ayah tidak akan menghentikanmu.”

Stefany berdiri, menatap ayahnya dengan mata basah. “Aku benci perasaan ini, Yah. Perasaan seperti aku meninggalkan semua hal yang penting bagiku. Tapi mungkin… mungkin aku harus pergi. Mungkin hanya itu satu-satunya cara.”

Pak Arman menunduk, suaranya nyaris tak terdengar. “Ayah hanya ingin melihatmu hidup lagi, Stefany. Tersenyum lagi. Bukan menangis setiap malam seperti ini.”

Stefany memalingkan wajah. “Senang rasanya Ayah baru peduli sekarang.”

Ucapan itu menusuk hati Pak Arman, tapi ia menerimanya tanpa protes.

Perdebatan itu berakhir tanpa pelukan, tanpa senyum. Hanya kelelahan yang tersisa di wajah Stefany, dan rasa bersalah yang tak terucap di hati Pak Arman.

Di balik semua ini, ada rahasia besar yang masih tersembunyi. Rahasia tentang Stefanus, tentang apa yang sebenarnya terjadi malam itu.

Stefany meninggalkan ruang kerja ayahnya dengan langkah berat. Ia tahu keputusannya sudah bulat ia akan pergi. Tapi tekadnya juga bulat: suatu hari nanti, ia akan kembali dan mengungkap segalanya.

Di ruang kerja itu, Pak Arman berdiri sendirian. Matanya menerawang ke arah foto keluarga di meja. “Maafkan Ayah, Stefany,” bisiknya lirih, “semoga suatu hari kau mengerti.”

1
Ida Bolon Ida Borsimbolon
mantap,Tetap semangat berkarya💪☺️
argen tambunan
istriku jenius bgt lah♥️♥️
argen tambunan
mantap
Risno Simanullang
mkasi kk
Aiko
Gila keren!
Lourdes zabala
Ngangenin ceritanya!
Risno Simanullang: mkasi kk
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!