NovelToon NovelToon
DRAMA SI SANGKURIANG

DRAMA SI SANGKURIANG

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Tamat
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: gilangboalang

Di tengah hiruk pikuk kota Bandung yang modern, seorang pemuda terjebak dalam cinta yang tidak seharusnya. Ia tak tahu, bahwa wanita yang ia cintai menyimpan masa lalu yang kelam — dan hubungan mereka bukan sekadar kisah cinta biasa, melainkan takdir yang berulang dari masa lampau...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon gilangboalang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BABAK VIII: PERTARUNGAN MELAWAN TAKDIR (LANJUTAN) ​ADIEGAN 21: PUNCAK KEPUTUSASA

​Waktu terus berjalan. Tanggal 13 April semakin mendekat, dan suasana di warung kopi Ratih terasa mencekam. Nawangsih, yang semakin panik, terus mencari cara untuk menghindari Reza. Ia sering menghilang, mematikan ponsel, atau mengunci diri di dapur, berharap Reza lelah dan pergi.

​Namun, Reza, sang Nahkoda, adalah pria yang keras kepala. Penolakan Nawangsih (Ratih) tidak membuatnya menyerah; justru memicu kemarahan dan emosi gelap dari masa lalunya. Seluruh kesuksesannya seolah ditolak oleh satu-satunya wanita yang ia inginkan.

​Suatu malam, Reza berhasil mencegat Nawangsih sebelum ia bisa melarikan diri dari warung.

​"Ratih! Kita harus bicara! Kenapa kamu terus menghindariku? Tanggal pernikahan tinggal dua minggu lagi!" seru Reza, suaranya naik beberapa oktaf.

​Nawangsih berbalik, wajahnya yang cantik dan awet muda kini dipenuhi rasa takut.

​"David, aku sudah bilang! Kita tidak bisa! Ada sesuatu yang salah di antara kita! Aku mohon, batalkan saja!"

​"Tidak ada yang salah!" teriak Reza. Ia mendekat, matanya memancarkan amarah yang menakutkan, amarah yang sama yang membuatnya diusir dari rumah sepuluh tahun lalu. "Kamu hanya takut karena aku sukses dan kamu hanya pelayan warung, kan? Aku sudah bilang aku tidak peduli! Aku mencintai kamu! Kenapa kamu begitu sulit?!"

​Nawangsih mencoba melewatinya, tetapi Reza mencekal lengannya dengan kuat. Kekuatan seorang Nahkoda yang terbiasa menarik tali tambat besar terasa menyakitkan di pergelangan tangan Nawangsih.

​"Lepaskan, David! Sakit!"

​"Kamu yang menyakitiku, Ratih! Kamu yang membuatku gila!"

​Dalam luapan emosi yang tidak terkendali, emosi yang dipicu oleh penolakan ibunya sendiri, Reza melakukan tindakan yang sangat kasar. Ia meraih rambut Nawangsih, menariknya ke belakang dengan keras.

​"Lihat aku, Ratih! Katakan di mataku, kalau kamu tidak mencintaiku!" gertak Reza, suaranya mendesis, wajahnya kini menyerupai remaja berandal yang dulu ia kubur.

​Nawangsih memejamkan mata, menahan rasa sakit di kulit kepalanya. Ia takut. Bukan hanya takut akan rasa sakit fisik, tetapi takut akan kehancuran jiwa putranya.

​"Aku mencintaimu, Reza! Aku mencintaimu! Tapi kita tidak bisa!"

​"Kalau kamu mencintaiku, kenapa kamu menolakku? Kalau kamu membatalkan pernikahan ini, aku akan menyakitimu, Ratih! Aku bersumpah! Aku akan hancurkan warung ini, aku akan hancurkan segalanya yang kamu cintai!" ancam Reza, nadanya penuh keputusasaan.

​Ancaman itu berhasil. Nawangsih tahu Reza mampu melakukannya. Reza yang ia kenal—putranya—adalah pribadi yang keras dan meledak-ledak. Ia tidak mau Reza kembali menjadi berandal hanya karena dirinya.

​Reza melepaskan jambakannya, rambut Nawangsih terlihat sedikit berantakan. Ia terengah-engah, menyesali tindakannya, tetapi rasa frustrasinya jauh lebih besar.

​Tantangan Terakhir Nawangsih

​Nawangsih berdiri tegak. Matanya yang tadi dipenuhi air mata kini memancarkan tekad yang dingin. Ia menyadari satu hal: Reza tidak akan percaya kejujuran. Ia tidak bisa melarikan diri, karena Reza akan mencarinya.

​Satu-satunya cara adalah membuat pernikahan itu mustahil.

​Nawangsih menghela napas panjang, menenangkan dirinya. Ia memutuskan untuk memberikan tantangan yang gila, yang mustahil dipenuhi dalam waktu dua minggu, berharap Reza akan mundur karena merasa diremehkan.

​"Baik, David. Aku tidak akan membatalkan pernikahan ini," kata Nawangsih, membuat Reza terkejut dan lega.

​"Tapi, ada syaratnya. Kalau kamu mencintaiku, kamu harus buktikan. Tidak hanya dengan gapura dan taman kecil," lanjut Nawangsih, menunjuk ke area kosong di belakang warung.

​"Aku mau, dalam waktu dua minggu ini, sebelum tanggal 13 April, kamu harus membuatkanku tiga hal. Ini mahar yang harus kamu siapkan."

​Reza mendengarkan dengan penuh percaya diri. Uang bukan masalah baginya.

​"Pertama: Aku mau kamu bangunkan di sana..." Nawangsih menunjuk lahan kosong. "... Sebuah bangunan yang indah, megah, seperti Candi. Bukan warung. Harus menjadi simbol cinta kita yang abadi. Tidak peduli biayanya."

​Reza tersenyum. "Hal mudah. Aku akan sewa arsitek terbaik."

​"Kedua: Aku mau kamu bangunkan sebuah jembatan indah di atas kali kecil di samping warung. Jembatan itu harus mewah, kokoh, dan dihiasi lampu-lampu. Aku ingin itu menjadi jalan bagi kita menuju hidup baru."

​"Beres. Sudah aku bilang, aku Nahkoda. Aku mengerti konstruksi," jawab Reza, semakin yakin.

​"Ketiga: Aku mau mahar pernikahan sebesar 1 Miliar Rupiah tunai. Dan sebagai simbol kesuburan, kamu harus membawa delapan anak kambing yang terbaik. Dan terakhir, aku mau, setiap malam selama satu minggu sebelum pernikahan, kamu adakan pesta di sini untuk seluruh warga Bandung. Pesta yang mewah, dengan band, kembang api, dan makanan enak."

​Reza mendengarkan daftar yang mustahil itu, tetapi ia tidak melihatnya sebagai kesulitan. Ia melihatnya sebagai tantangan. Candi, Jembatan Indah, Mahar 1 M, Kambing 8, dan Pesta Mingguan—semuanya adalah masalah uang dan logistik yang sangat mudah bagi seorang Nahkoda kaya dan berpengalaman seperti dirinya.

​"Hanya itu, Sayang?" Reza tertawa lebar, meremehkan tantangan itu. "Aku sudah menaklukkan lautan, Ratih. Semua yang kamu minta itu adalah hal yang sangat mudah bagiku. Aku sanggup. Aku akan siapkan semuanya. Anggap saja itu sudah beres."

​Nawangsih terhenyak. Ia tidak menyangka Reza akan semudah itu menerima tantangan yang sebenarnya ia tujukan untuk membuatnya mundur. Ia berharap Reza akan merasa diremehkan atau kewalahan. Namun, Reza sudah terlalu jauh tenggelam dalam kesuksesannya.

​"Baiklah, David. Jika kamu bisa memenuhi itu semua, kita akan menikah 13 April. Tapi jika gagal satu saja..."

​"Aku tidak akan gagal, Ratih. Tunggu saja. Aku akan buktikan cintaku."

​Reza mencium dahi Nawangsih dengan cepat, lalu berbalik dan langsung menuju mobilnya. Ia segera menghubungi arsitek, kontraktor, dan manajer keuangannya di Jakarta. Obsesinya untuk menikahi Nawangsih kini didorong oleh tantangan kekuasaan dan kekayaan.

​Nawangsih berdiri sendirian, memandangi bayangan mobil Reza yang menghilang di kegelapan. Ia telah membuat kesalahan besar. Ia telah menantang putranya sendiri dengan uang, dan putranya menang.

​Ya Tuhan, aku harus lari. Aku harus menghilang dari Bandung sebelum semua ini menjadi bencana nasional.

​Nawangsih tahu, ia tidak punya pilihan lain. Ia harus melarikan diri, meskipun itu berarti melanggar janjinya dan menghancurkan hati putranya sendiri sekali lagi.

1
Agustina Fauzan
baguuus
gilangsaputra
keren
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!