NovelToon NovelToon
Ku Buat Kau Menyesal, Mas!

Ku Buat Kau Menyesal, Mas!

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Penyesalan Suami
Popularitas:27.8k
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah Alfatih

Aluna Haryanti Wijaya, gadis lembut yang menikah demi menjaga kehormatan keluarga. Pernikahannya dengan Barra Pramudya, CEO muda pewaris keluarga besar, tampak sempurna di mata semua orang. Namun di balik janji suci itu, Aluna hanya merasakan dingin, sepi, dan luka. Sejak awal, hati Barra bukan miliknya. Cinta pria itu telah lebih dulu tertambat pada Miska adik tirinya sendiri. Gadis berwajah polos namun berhati licik, yang sejak kecil selalu ingin merebut apa pun yang dimiliki Aluna.

Setahun pernikahan, Aluna hanya menerima tatapan kosong dari suaminya. Hingga saat Miska kembali dari luar negeri, segalanya runtuh. Aluna akhirnya tahu kebenaran yang menghancurkan, cintanya hanyalah bayangan dari cinta Barra kepada Miska.

Akankah, Aluna bertahan demi cintanya. Atau pergi meninggalkan Barra demi melanjutkan hidupnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

19. Menyesal tiada gunanya.

Dia hari berlalu, sejak hari di mana Barra memutuskan untuk mencari tahu lebih dalam tentang Raka, bocah yang begitu mirip dengannya.

Hari itu terasa panjang. Hujan rintik membasahi halaman rumah sakit, membuat kaca jendela buram. Barra duduk sendiri di dalam mobil, pandangannya kosong ke arah trotoar. Setiap detik terasa seperti jarum menusuk kulit, menunggu hasil tes DNA bukan sekadar menanti angka, tapi menanti nasibnya sendiri.

Telepon bergetar, nama dokter muncul di layar dan Barra segera mengangkatnya.

[Tuan Barra Pramudya,] suara dokter terdengar serius.

[Hasil pemeriksaan DNA sudah keluar. Saya rasa Anda perlu datang langsung untuk menerima penjelasan.]

Tanpa pikir panjang, Barra melangkah cepat menuju gedung laboratorium. Setiap langkah menggema, jantungnya berdentum di dada, seakan akan pecah.

Di ruang kecil beraroma formalin, dokter paruh baya itu duduk dengan map tebal di tangannya. Barra masuk, wajahnya tegang.

“Duduklah, Tuan.” Dokter meletakkan map di meja. Suasana hening beberapa detik sebelum ia mulai bicara.

“Hasil ini telah diperiksa dua kali, dengan dua metode berbeda. Margin of error hampir tidak ada.”

Barra menahan napas, tangannya mengepal di lutut.

“Anak yang bernama Raka … memiliki kecocokan DNA dengan Anda sebesar 99,9%. Dengan kata lain, dia adalah putra kandung Anda.”

Dunia seolah berhenti. Barra membeku, tubuhnya kaku dan ata-kata itu menghantam telinganya seperti palu.

'Putra kandungku.' bisiknya dalam hati.

Matanya bergetar, dada sesak, dan untuk pertama kali dalam hidupnya ia tak bisa menyangkal apa pun. Helai rambut kecil yang ia genggam dua hari lalu kini menjelma beban seberat gunung.

“Jadi … benar,” suaranya hampir tak terdengar. “Dia … anakku.”

Dokter menatapnya penuh pengertian. “Saya sarankan Anda bijak dalam menyampaikan kebenaran ini. Anak itu masih kecil, dan tentu ibunya memiliki hak untuk menentukan waktunya.”

Barra mengangguk lemah. Wajahnya pucat, namun di matanya menyala api tekad bercampur dengan rasa bersalah yang mendalam.

Di luar ruang laboratorium, Barra berjalan dengan langkah gontai. Tangan gemetar meraih ponsel dan dia menekan nomor Cleo.

“Hasilnya … positif.” Suaranya pecah. “Cleo, anak itu darahku. Raka … putraku.”

Cleo terdiam di seberang, lalu menjawab hati-hati. “Kalau begitu, Tuan … kita harus lebih berhati-hati. Tuan Takahashi bukan orang biasa. Jika ia tahu, dia pasti akan melakukan apa pun untuk melindungi keluarga kecilnya. Dan Nyonya Aluna … dia takkan membiarkan Anda merebut kebahagiaannya.”

Barra menutup matanya. Rasa sesal menelusup, tapi juga ada keinginan yang keras kepala untuk memperbaiki meski mungkin sudah terlambat.

“Aku tak akan diam, Cleo,” katanya lirih. “Dia adalah anakku. Dan aku akan lakukan apa saja agar dia tahu siapa ayahnya. Aku tak peduli dengan siapa pun yang menghalangi, bahkan Takahashi Hiroto sekalipun.”

Sementara itu, di ruang perawatan, Aluna sedang menatap Raka yang tertidur pulas. Ia mengusap rambut anaknya, hati kecilnya bergetar tanpa tahu bahwa badai kebenaran sudah siap menghantam.

Taka masuk pelan, membawa segelas air. Ia duduk di samping Aluna, menatap wajah istrinya. “Kau terlihat gelisah,” ucapnya lembut.

Aluna tersenyum samar, menyembunyikan keresahan. “Tidak … hanya lelah.”

Taka menggenggam tangannya, hangat dan menenangkan. “Apa pun yang terjadi, aku selalu di sisimu.”

Aluna menunduk, hatinya bergetar. Ia tidak tahu bahwa di balik pintu rumah sakit, seorang pria baru saja mendapatkan kepastian, Raka adalah darah dagingnya, dan sejak saat itu, tidak ada yang akan sama lagi.

Keesokan hatinya.

Lorong rumah sakit masih sepi ketika Barra berdiri di depan pintu ruang perawatan. Jemarinya bergetar, dada bergemuruh. Baru saja ia tahu kebenaran paling besar dalam hidupnya tentang Raka adalah darahnya. Anak yang selama ini tak pernah ia kenal, kini ada di balik pintu itu bersama Aluna dan pria asing yang mengaku sebagai ayah. Dengan napas dalam, ia mengetuk sekali lalu masuk.

Aluna yang sedang duduk di sisi ranjang Raka menoleh cepat. Mata mereka bertemu, dingin dan penuh jarak. Taka berdiri tak jauh di belakang, mengenakan kemeja putih sederhana, namun auranya tetap berwibawa. Dia baru saja berbicara dengan seseorang lewat panggilan telepon.

“Aluna…” suara Barra serak, ia melangkah maju. “Aku sudah tahu kebenarannya. Raka adalah anakku. Kau tidak bisa terus menyembunyikan itu dariku.”

Aluna membeku, jantungnya berdegup keras, matanya melebar ada keterkejutan mendalam di sana, tapi wajahnya tetap dingin. Taka melangkah maju, tubuh tegapnya menutupi Aluna seolah menjadi perisai.

“Cukup.” Suara Taka rendah tapi tajam. “Aluna adalah istriku, dan Raka adalah putraku. Kau tidak berhak datang ke sini menuntut sesuatu yang sudah lama kau buang.”

Barra mengepalkan tangan. “Kau pikir aku akan diam? Dia darahku! Aku punya hak untuk mengenalnya, untuk merawatnya. Aluna … ayo kembalilah padaku ... kita bisa membesarkan anak ini bersama.”

Suasana menegang, Raka yang tertidur bergerak kecil, membuat Aluna cepat-cepat menaruh telapak di dadanya agar bocah itu tidak terbangun. Matanya menatap Barra penuh kebencian.

“Enam tahun lalu, ayah Raka sudah mati.” Suara Aluna dingin, setiap kata seperti pisau. “Dan sejak hari itu, Raka hanya punya satu ayah yaitu Tuan Takahashi Hiroto, suamiku.” Ia menyebut nama lengkap Taka dengan penekanan, seolah meneguhkan posisinya.

Barra terhuyung mendengar itu, namun Taka melangkah satu langkah lebih dekat, sorot matanya menusuk.

“Saya tahu kau sudah menyuruh seseorang menggali informasi pribadiku,” ucap Taka dengan nada tenang, namun dingin seperti baja. “Itu pelanggaran hukum. Kalau kau masih berani bertindak bodoh, aku akan menuntut balik dan memastikan perusahaanmu hancur, terkubur tanpa tersisa.”

Taka menegakkan bahu, karismanya meledak. “Kau bukan lawanku, Barra. Di Jepang, di sini, atau di mana pun. Jangan pernah salah menilai pertempuran.”

Barra menggertakkan gigi, darah mendidih. “Raka anakku! Aku berhak!” teriaknya, emosinya meledak.

Aluna berdiri, matanya berkilat marah. “Tidak! Kau sudah mati untukku sejak lama. Jangan pernah sebut dirimu ayah Raka lagi. Ayahnya hanya satu, Tuan Takahashi Hiroto.”

Hening sejenak, hanya suara mesin monitor jantung Kakek Haryanto yang terdengar di ruangan sebelah. Barra terdiam, wajahnya pucat, dadanya naik turun tak teratur. Kata-kata Aluna menghantamnya lebih keras daripada pukulan mana pun.

Taka mendekap pinggang Aluna, tenang namun kokoh, lalu menatap Barra. “Kalau kau masih ingin punya harga diri, pergilah. Jangan sampai anak itu membencimu lebih dari sekarang.”

Barra menunduk, matanya merah, rahang mengeras menahan gejolak. Lalu ia berbalik, melangkah keluar ruangan tanpa menoleh lagi.

Di belakang pintu yang tertutup, Aluna akhirnya terduduk lemah, menutup wajah dengan kedua tangannya. Sementara Taka meraih pundaknya, menenangkan, tapi tatapannya ke arah pintu masih menyimpan kesiapan untuk menghadapi perang yang mungkin baru saja dimulai.

Ponsel Barra berdering, itu panggilan dari Kakek Bram.

[Barra, orang mana lagi yang kamu ganggu kali ini? Berulang kali kakek katakan sejak enam tahun lalu berhenti membuat ulah! Kau malah membuat kembali perusahaan ku goyang! Kau memang cucu kurang ajar. Sejak Aluna pergi kau malah menjadi orang bodoh! Itu salahmu! Itu sialmu! Dan itu karmamu!] suara Kakek Bram, menusuk telinga Barra hingga memerah dan tangannya terkepal.

"Kek, dia kembali ... Aluna kembali. Dan dia membawa pulang Raka ... Anak itu adalah anakku. Cucu kakek ..."

[Apa?!]

1
juwita
si miskin sm si bara Bret brot emg cocok sm" pecundang sm" licik.
mama
alhamdulillah.. Taka datang tepat waktu
Sunaryati
Benar kan memang kalian sangat cocok Miska dan Barra, sama- sama licik jadi kalian pas hancur bersama.
Sunaryati
Barra akan hancur bersamamu Miska, kau lupa ada CCTV ada pengawal Aluna, yang mengawasi dar kejauhan, dan mengirimkan kejadian seutuhnya pada Tuan Taka
Uthie
Yeayy... Taka is the Hero 🤩👍🏻
Cookies
ceritanya bagus, miska dan barra siap² amarah tuan taka
Cookies
masih kurang thor🤭, lanjut yg byk
Aisyah Alfatih: kita lanjut besok ya, 3 bab 💪💪
total 1 replies
Lee Mbaa Young
Bner kan Dugaan ku aluna blm pernh tidur dng Taka, krn aluna blm move on. ini aja krn obat coba kl waras gk mungkin aluna mau hub badan dng Taka. kasian banget Taka 🤣 punya istri tp gk di layani.
Aisyah Alfatih: bukan nggak bisa move on, tapi alunanya nggak mau jatuh cinta karena pelarian 🤭
total 1 replies
partini
6 tahun cuma megang tangan doang
Aisyah Alfatih: 😂😂😂😂😂
total 5 replies
A.M.G
mampus lu bar
A.M.G
kapan sih para benalu tersingkir kan
A.M.G
namanya juga hidup pasti penyesalan datangnya belakangan
A.M.G
semangat
Uthie
koq si Miska masih dipertahankan gtu sihh itu???
Warung Sembako
dr awal semua kekacuan jg krn miska, hrusnya miska juga ikut hancur, bkn bara seorang...
Ma Em
Tuti dan Miska bukannya menyadari semua kesalahannya malah bertambah nekad sepertinya , Aluna sdh terlanjur hancurkan saja Tuti dan Miska biar dia sadar bahwa dia tdk akan bisa melawan Aluna dan menyesali dgn segala perbuatannya , jgn beri maaf Miska sama Tuti
Uthie
Bagusss Aluna.. singkirin aja tuhh 2 manusia jahat si Tuti ma Miska 👍🏻🤨😡😡
Uthie
Biarlah si Barra aja yg kasih pelajaran tak kan pernah dia lupa kan juga .. sebagai mana dulu Aluna pun merasakan nya hingga kini 👍🏻🤨😤
ken darsihk
Eehhh duo racun Tuti dan Miska kalian benar-benar nggak ada kapok nya ya , rencana busuk apa lagi yng ada di kepala kalian
Semoga karma cepat menjemput mu 😡😡😡
nur adam
lnjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!