Pernikahan nya dengan seorang duda beranak dua,menyisakan luka yang setiap hari nya di rasakan oleh Fifian,,sang mantan istri yang selalu membayangi rumah tangga nya membuat sang suami tidak perhatian pada nya..Di tambah lagi pekerjaan yang selalu menyibukan diri nya..
Ketikan Fifian meminta cerai barulah Alexander sang suami menyadari akan kesalahan nya..
Akankah Fifian memaafkan Alexander..???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dada_1407, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keinginan Yaris
"Yaris..!!!"
Yaris seketika menghentikan langkah nya ketika mendengar panggilan papa nya.
"Kenapa? Papa mau marahin aku juga?" Yaris mencoba menebak apa yang akan di lakukan papa nya..
Bian berdecak, "Kamu memang pantas di marahi karena sikap tengil kamu itu. Tapi sebelum papa marah, papa ingin memeluk putra papa dulu.. Sini."
Yaris berdecih, tapi tetap menerima pelukan papanya.
"Gimana kabar kamu nak?"
"Baik, Pa. Papa gimana?"
"Baik juga."
Bian lalu melepas pelukan nya, "Papa nggak salah mengirim kamu keluar negeri. Rendi bilang, potensi kamu diluar negeri justru semakin berkembang."
Rendi, pria berusia 40 tahun yang ditugaskan papanya untuk mengawasinya selama di Amerika.
"Sebenarnya mau diluar negeri atau di sini sama aja.
Sejak dulu aku memang berpotensi," ucap Yaris seraya mengusap rambut nya dan tersenyum bangga dengan diri nya..
"Narsis nya," Bian menonjok pelan lengan putranya, lalu merangkul pundak nya,
"Ayo papa mau bicara sama kamu sekalian kita ngopi-ngopi."
" Ayo pa,kita ngopi sama sama,kan sudah lama tak ngopi bareng papa."
"Duh anak ini,bisa ya kalo urusan merayu.."
Yaris pun tertawa. Papanya memang keras, tapi kadang-kadang punya sisi humoris juga. Dulu papanya selalu membelanya dan membanggakan apapun yang dia lakukan. Tapi setelah Febi menghasut papa, sikap papa jadi berubah dan sering memarahi dirinya.
Mereka pun menuju ke samping rumah..
"Gimana? Kamu jadi menerima tawaran papa?" tanya Bian sambil menyeruput kopi nya.
"Oke."
"Serius?" Bian nyaris tak percaya putranya mengiyakan begitu saja. Biasa nya Yaris selalu menolak, Alasan nya dia ingin mandiri.
"Kenapa tiba-tiba sekarang kamu menerima tawaran papa."
"Iya dong, Pa. Siapa lagi kalau bukan aku yang akan mewarisi perusahaan papa."
"Kenapa baru sadar sekarang! Kemarin-kemarin papa ngomong gitu, kamu tetap menolak."
Yaris tertawa.
"Yang penting kan sekarang nggak nolak lagi pa..."
Bian mengangguk-angguk.
"Tapi..."
"Kan, sudah papa tebak, pasti ada tapi nya," Bian berdecak. Dia sudah menebak jalan pikiran putra nya yang kadang-kadang memang licik.
"Ya udah tapi apa?"
"Aku pilih sekretaris aku sendiri ya pa.."
"Siapa?"
"Fifian"
"Fifian istri Alex?" ucap Bian seraya mengernyitkan alis nya
"Iya, Pa. Fifian siapa lagi yang perfect selain Fifian istrinya Bang Alex.."
"Kamu gila! Fifian itu musuh kakak kamu. Papa juga nggak yakin Alex akan mengizinkan Fifian kerja."
Yaris berdecak, "Yang bermusuhan kan Febi, Pak, bukan aku. Aku sama Fifian mah udah besti pa.."
"Awas hati-hati ,orang yang paling kamu percaya adalah orang yang paling berpotensi jadi musuh."
"Harus nya kalimat itu untuk papa. Jangan terlalu percaya meskipun itu keluarga sendiri, terutama anak tiri ayah, Si Febi itu."
"Ck, jangan panggil Febi anak tiri. Papa sudah menganggap Febi anak kandung papa sendiri. Kamu
juga aneh, Febi itu kakak kamu, tapi kenapa kamu malah membela fifian yang bukan siapa-siapa kamu." protes Bian
"Karena aku tau mana yang baik dan buruk, nggak seperti papa."
Yaris lalu berdiri.
"Kamu Mau kemana ? Papa belum selesai bicara,yaris..!!" teriak Bian memanggil anak nya
"Aku mau nginep di apartemen aja. Kalau papa nggak menerima Fifian sebagai sekretaris aku, aku nggak akan mau jadi CEO. Papa pembisnis handal kan,papa jangan kayak anak kemarin sore-lah, Pa, masih mencampurAdukkan masalah pribadi dengan perusahaan." protes Yaris
"Mulut kamu itu loh, pengen rasa nya papa jedotin ke tembok."
Yaris langsung tertawa, "Aku tunggu kabar baik nya, Pa. Yaris pergi dulu mau berburu gadis Jakarta."
Yaris pun langsung lari pergi meninggal kan papa nya sebelum kena semprot papa nya....
Bian hanya bisa geleng-geleng kan kepala melihat tingkah petakilan putra nya.
Entah dulu Rianti ngidam apa sampai anaknya sebandel itu.
Yaris bukan tipe orang yang mudah percaya orang. Selama dua puluh empat tahun, Bian juga nggak pernah dengar Yaris dekat dengan wanita. Dan sekarang, sekalinya dekat malah dengan istri orang.
Anak itu benar-benar diluar dugaan.
Dan yang paling membuat Bian penasaran.
Kenapa Bian bisa baik pada Fifian? Apa hebatnya perempuan bernama Fifian itu?
***
Padahal lagi seru-serunya🥺🥺