Pertemuan pertama begitu berkesan, itu yang Mada rasakan saat bertemu Rindu. Gadis galak dan judes, tapi cantik dan menarik hati Mada. Rupanya takdir berpihak pada Mada karena kembali bertemu dengan gadis itu.
Rindu Anjani, berharap sang Ayah datang atau ada pria melamar dan mempersunting dirinya lalu membawa pergi dari situasi yang tidak menyenangkan. Bertemu dengan Mada Bimantara, tidak bisa berharap banyak karena perbedaan status sosial yang begitu kentara.
“Kita ‘tuh kayak langit dan bumi, nggak bisa bersatu. Sebaiknya kamu pergi dan terima kasih atas kebaikanmu,” ujar Rindu sambil terisak.
“Tidak masalah selama langit dan bumi masih di semesta yang sama. Jadi istriku, maukah?” Mada Bimantara
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 - Berharap Restu
Rindu baru selesai makan siang, berada di ruang ganti untuk merapikan penampilan dan touch up wajahnya. Ponsel bergetar ada panggilan masuk dari nomor tidak dikenal membuatnya menghela nafas. Bukan kali ini saja, tapi sejak tadi pagi dan dari kemarin memang banyak panggilan-panggilan yang sengaja diabaikan. Sudah tentu urusan dengan Bude Sari.
“Ya ampun, hidupku nggak tenang amat.”
Merapikan kembali peralatan make up dan menyimpan ke dalam ransel lalu kembali ke stand tempatnya bertugas. Ponsel di saku terasa bergetar, ternyata ada notifikasi pesan masuk, lagi-lagi dari nomor baru.
[Rindu, ini bude. Besok temui kami ya, nanti lokasi menyusul. Maaf bude nggak ada kabar, tapi bude janji setelah masalah ini selesai kita hidup kita pasti normal lagi]
“Bude,” ucap Rindu. Mengabaikan sementara pesan tersebut karena sudah waktunya kembali bertugas.
Hampir pukul tujuh malam saat acara pameran berakhir dan ditutup, pengunjung pun mulai meninggalkan area pameran. Semua pemilik stand rata-rata sedang berdiskusi dan briefing dengan masing-masing timnya termasuk Stand Bimantara Property.
“Ayo, kumpul!”
Sejak tadi sore sudah terlihat beberapa petinggi perusahaan di area pameran, termasuk Mada.
“Rindu, sini.”
“Malu saya, mbak. Di belakang aja,” jawab Rindu lirih, tapi supervisornya menarik Rindu agar berdiri di sampingnya.
“Kamu harus kenal mereka, biar aku jelaskan. Yang itu pakai jas hitam, papanya Pak Mada namanya Pak Arya. Dia yang punya perusahaan ini. Di sebelahnya yang pakai batik, nggak kalah tampan dan gagah namanya Pak Ares. Beliau komisaris dan kakaknya Pak Arya. Meski sudah berumur, tapi pesona mereka nggak kalah dari yang muda.”
Rindu mendengarkan penjelasan sambil mengangguk.
“Kalau yang satu lagi, pasti kamu sering lihat. Dia pak Doni, asistennya Pak Arya. Sering juga bareng Pak Mada.”
Mulut Rindu bergumam Oh, tanpa suara. Hubungannya dengan Mada semakin terlihat bagai langit dan bumi.
Briefing dipimpin oleh Mada dan ada juga arahan dari Arya. Setelah acara ditutup dilanjut dengan makan malam, sudah ada katering yang langsung diserbu oleh tim yang bertugas. Mada menghampiri Rindu dan supervisornya.
“Kalian makan dulu!”
“Iya, pak,” jawab Rindu.
“Makan gih, aku harus temui papa dulu. Tadinya mau suap-suapan kayak tadi pagi”
“Ya ampun udah suap-suapan.” Wajah Rindu merona diejek oleh supervisornya sedangkan Mada malah terkekeh.
Setengah sembilan, Rindu sudah membawa ransel dan melapisi seragam dengan cardigannya. Wajahnya ceria meski agak lelah karena penghasilan sebagai SPG sudah masuk ke rekening. Lumayan untuk biaya hidupnya.
“Sudah beres 'kan, pulang yuk!”
Sejak tadi menunduk fokus dengan ponsel, tentu saja Rindu terkejut saat menoleh sudah ada Mada berdiri di depannya. Sebagian tim sudah meninggalkan tempat itu.
“Tapi motor saya masih di sini, pak. Saya pulang sendiri aja, bawa motor.”
“Memang kuat bawa-bawa motor, kaya wonder woman aja,” seru Mada.
“Maksudnya saya naikin, iya kali saya seret,” sahut Rindu dan Mada malah terkekeh.
“Aku suka nih wajah galak kamu kayak gini, lebih garang. Jadi nggak sabar untuk--”
“Ck, jangan mesum deh,” sela Rindu.
“Dih, siapa yang mesum. Kamu kali.” Mada menyentil dahi Rindu. “Mana kunci motornya?” Mada mengulurkan telapak tangan.
“Tapi ….”
“Mana, biar nanti ada yang bawakan ke kosan kamu.”
Rindu pun pasrah, tidak mungkin berdebat dengan Mada. lagi pula ada untungnya dia diantar lagi, tubuhnya sudah lelah. Kedua kakinya pun pegal beberapa hari ini lebih banyak berdiri dengan heels. Menunggu saat Mada mengarahkan seseorang dan menyerahkan kunci motor Rindu.
“Yuk,” ajak Mada lalu meraih tangan Rindu.
“Mada!” panggil seseorang membuat pasangan itu menoleh.
Ternyata Arya, pria itu menghampiri Mada dan Rindu. Tentu saja Rindu khawatir saat Arya sudah berdiri menatap mereka berdua. Rasanya ingin kabur, apalagi posisi tangannya dengan Mada saling terpaut. Menduga kalau Arya akan mendampratnya karena sedang dekat dengan Mada.
“Papa belum pulang?” tanya Mada.
Namun, Arya hanya berdehem dan lebih tertarik memperhatikan Rindu.
“Malam, Pak Arya,” sapa Rindu setelah melepaskan tangannya dan mengagguk.
“Mau pulang?” tanya Arya.
“I-ya, Pak.”
“Hati-hati, jangan mau kalau dia minta macam-macam,” ujar Arya sambil menepuk bahu putranya dengan keras.
Tentu saja Rindu terkejut, ia menduga pria itu akan marah atau memakinya.
“Oh, iya, pak.”
“Apaan sih pah, bikin wibawa anjlok aja.”
“Nanti kita bertemu di waktu dan suasana yang lebih tepat, biar Mada yang atur. Kamu harus kenalan juga dengan istri saya.”
“Baik, pak,” jawab Rindu
“Kalau bukan di kantor, kamu panggil Om Arya saja.”
“Halah, ingat umur. Pengen banget di panggil om,” ejek Mada. “Ayo, sayang.” Mada hendak merangkul Rindu, tapi gadis itu malah menghampiri Arya untuk pamit dan cium tangan.
“Kamu begini pas lebaran doang,” ejek Arya pada putranya.
“Calon istri solehah dan solehot.” Mada tergelak lalu menghindar saat Arya berekspresi ingin menghajarnya. “Restui ya. Minggu depan mulai ikut aku tugas di kantor.”
“Atur dengan Doni.”
“Siap, bos. Asyik, jalan menuju Sah semakin terbentang. Kamu siap-siap ya, jadi Nyonya Mada.” tangan Mada pun menoel dagu Rindu yang juga ikut tersenyum melihat tingkah ayah dan anak itu.
“Tanganmu kondisikan!”
mendingan Rindu la,jaaaauuuh banget kelakuan kamu dan Rindu...
gimana mau jatuh cinta ma kamu
😆😆😆😆
kamu gak masuk dalam hati Mada Arba,lebih baik sadar diri...
jauh jauh gih dari Mada
babat habis sampai ke akarnya...
🤬🤬🤬🤬🤬