Bangkit Nya Anak Petani Miskin

Sesampai nya di rumah nya Zain lansung merebahkan diri nya di atas kasur dengan berasan yang sulit di jelaskan

". Uuufff ya Allah, kemana lagi, hamba harus mencari pinjaman, hamba binggung ya Rabb". Lirih Zain.

Saat ini, hanya doa saja yang mampu dia panjatkan, karena sejauh ini dia sudah beriktiar semampu nya tapi tak menemukan jalan, dalam benak nya diri nya berharap, ke ajaiban itu ada.

Di kediaman Rustam, tampak Fathan tak. Bisa tenang, seolah kata-kata mematikan yang baru saja di ucapkan Zain telah menusuk relung hati nya yang paling dalam.

". Dia benar-benar menarik, selain sikap nya yang bar-bar ternyata dia punya pendirian yang kuat dan pemikiran yang matang, bahkan dia tak takut dengan ancaman ku, apa dia sekuat itu". Pikir Fathan dalam hati merasa tertarik dan juga penasaran.

". gadis gila, lihat saja kau akan menerima pinangan ku dengan suka rela, dan aku akan lihat seberapa besar kekuatan mu untuk menjadi sukses". Ucap Fathan.

kembali ke rumah Zain.

saat ini setelah sholat isya, Zain lakukan pekerjaan nya, sebagai penulis dan memeriksa notif dari lomba lukis yang sedang dia ikuti, yang ternyata masih ada dua kompetisi lagi, sebelum pengumuman pemenang final.

". Huuff gue sudah berusaha sejauh ini, gue harap walau terakhir sebangai pemenangnya juga tak apa". ucap Zain penuh harap.

". Besok, meminta Rama buat bantu gue untuk ambil bambu untuk penganti paralon sebangai media hidroponik.

Sejauh ini, seperti nya gue cukup menguasai materi, kini tinggal praktek nya, saja, dan gue berharap gue berhasil dalam uji coba ini, jika berhasil gue akan membuat media tanam skala besar". Ucap Zain begitu tekat,

". Dan besok, gue akan ke rumah tu si Rustam buat negosiasi, gak apa lah kok harus jadi babu geratisan di rumah atau di perkebunan mereka, untuk cicil itu urang bokap gue, gue harap mereka setuju, yang penting gue gak Sampek kawin sama tu anak nya". Ucap Zain berharap.

Setelah mengerjakan pekerjaan, kini waktu telah menunjukan jam 02: 35 dini haril, Zain pun menyudahi pekerjaan nya dan bersiap untuk tidur.

Allahuakbar.... Allahuakbar.

suara azan sudah berkumandang, yang menandakan waktu subuh sudah datang, dan Zain pun terbangun dari tidur nya, yang sudah biasa dia terbangun ketika azan di kumandangkan.

Zain bangun dari tempat tidur nya, untuk mengambil air wudhu dan melakukan sholat berjamaah bersama keluarga nya di ruang keluarga.

Setelah kegiatan ibadah selesai, Zain membatu ibu nya memasak di dapur dengan persediaan yang masih ada saat dia beli beberapa waktu lalu.

". Mak, nanti Zain mau, keluar sebentar ya, ada urusan sedikit, maaf Zain gak bantu mamak bersiap buat ke pasar". Ucap Zain berpamitan.

Huuuuufffff emang tau kamu sudah berusaha sejauh ini Zain, maaf kan emak yang gak bisa bantu banyak, hasil dari Dangan cuman cukup buat adik-adik mu, tapi nanti emak coba cari pinjaman ke teman emak di pasar, siapa tau ada yang bantu". Ucap Mak sari sedih.

". Emang jangan sedih, karena itu buat Zain merasa lemah, dan emak jangan kepikiran apa pun, biar ini menjadi tugas Zain, dan Zain ucap kam terima buat emak sama bapak udah selalu ada dan mencintai Zain dan adik-adik Zain, itu udah buat Zain bahangia. Dan cukup". Ucap Zain menengakan kan hati ibu nya.

". ya sudah, Zain pergi dulu, maaf Mak Zain gak bisa bantu". Ucap Zain berpamitan.

". Gak apa emang bisa sendiri, pergilah hati-hati nak". Ucap ibu sari.

". Ya Allah mudah kan urusan putri ku, maaf kan hamba mu ini yang belum mampu membuat anak hamba bahangia". Ucap Bu sari sedih.

Tak lama berjalan, zain telah tiba di kediaman Juragan Kusuma, dengan hati yang mantap, Zain memberanikan diri mengetuk pintu rumah Jurangan Kusuma, stelah sekuat lama dia ini kali ke dua dia datang ke kediaman nya kelurga Rustam.

". assalamu'alaikum, tokkk tokkk tokkk permisi". Ucap Zain sopan.

". Waalaikumsalam eh neng Zain, tumben pagi-pagi sekali bertamu, mau ketemu siapa atuh neng". Ucap BI Surti.

". eh mbok Sur, maaf mbok, Jurangan Kus nya ada mbok, saya ada perlu". Ucap Zain sopan.

". Oh Juragan ada neng, tunggu ya, embok panggil kan". Ucap si mbok tersenyum lembut.

". Iya mbok, terimakasih.

". Ayo masuk, tidak baik di luar". Ucap mbok.

". Terimakasih mbok". Ucap Zain.

Zain pun duduk di sofa ruang tamu kelurga Rustam.

". eum, ternyata sudah banyak perubahan di rumah ini, tampak lebih mengah dan mewah". Ucap Zain kagum dengan ke mewahn Rumah Rustam.

". Zain, ada pak koe pagi-pagi begini datang ke rumah saya, ucap Juragan ketus.

". Maaf jurangan saya datang mau bernegosiasi, kalau boleh saya bisa bekerja sama Juragan Tampa harus di gaji samapai utang ke dua orang tua saya lunas". Ucap Zain langsung ke inti.

juragan Kusuma tersenyum kecut dan berkata.

". Tak perlu, hutang mu sudah lunas, semua, dan ini kuitansi pelunasan hutang bapak mu". Ucap juragan Kusuma langsung, yang membuat Zain tak percaya.

". Kok, lunas jurangan, Kan saya belum membayar nya sepeserpun, gi mana bisa lunas". Ucap Zain tak percaya.

". Kau, mau tau jawaban nya, tanyakan itu pada Tuan Fathan murry, dia lebih tau segala nya, saya cuman menerima uang pelunasan". Ucap jurangan Kus.

". Huuuf terimakasih kalau begitu, Juragan, maaf jika sudah merepotkan jurangan, saya harap jurangan tetap berbaik hati pada bapak saya untuk terus bekerja pada juragan supaya hati nya tidak sedih". Ucap Zain berharap.

". Kau tak perlu khawatir, Aku tak akan memecat bapak mu dari perkebunan ku, karena pekerjaan sangat aku butuh kan". Ucap Juragan Kus datar.

". Baik lah, kalau begitu saya permisi, maaf menganggu waktu Juragan, ucap Zain sopan.

". Heum.

". Eh, Eneng kok udah mau balik saja, atuh, ini bibik udah buat kan teh, ucap, mbok Surti kaget.

". Eh mbok, kok jadi ngerepotin, maaf mbok tapi saya udah selesai urusan sama juragan". Ucap Zain tak enak.

". O walah, ya sudah, tak apa, biar mbok minum saja kalau gitu". Ucap mbok Sur tersenyum.

". Hehehe maaf ya mbok, ucap Zain lagi.

". Yo wes tak apa, hati-hati neng di jalan". Ucap mbok Sur ramah.

". Iyo mbok, Zain pamit ya, permisi mbok". Ucap Zain.

Setelah, keluarga dari rumah mewah, Juragan Kusuma, Zain kembali dengan perasaan penuh tanya.

". Eum, buat apa dia akhirnya melunasi hutang KU, apa maksud dan tujuan nya, nanti deh akan ku tanyakan pada nya, jika ketemu, dan aku akan cicil uang itu, sesuai janji ku". Ucap Zain