NovelToon NovelToon
Pewaris Untuk Om Khan

Pewaris Untuk Om Khan

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Lari Saat Hamil / Hamil di luar nikah / Anak Kembar / Menikah Karena Anak
Popularitas:5.7k
Nilai: 5
Nama Author: fania Mikaila AzZahrah

Setiap perempuan yang berstatus seorang istri pasti menginginkan dan mendambakan memiliki seorang keturunan itu hal yang wajar dan masuk akal.

Mereka pasti bahagia dan antusias menantikan kelahirannya, tetapi bagaimana jadinya kalau seorang anak remaja yang berusia 19 tahun yang statusnya masih seorang gadis perawan hamil tanpa suami??

Fanya Nadira Azzahrah dihadapkan pada situasi yang sangat sulit. Dia harus memilih antara masa depannya ataukah kehidupan dan keselamatan kedua saudaranya.

Apakah Caca bersedia hamil anak pewaris Imran Yazid Khan ataukah harus melihat kakaknya mendekam dalam penjara dan adiknya meninggal dunia karena tidak segera dioperasi??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 19

Satu bulan kemudian….

Caca duduk di tempat biasanya yaitu taman belakang paviliun. Dia membawa sebuah kalender duduk dan pulpen. Caca menandai setiap tanggal di kalender itu.

“Sekarang hari Kamis 25 April 2019 berarti usia kandunganku sudah masuk enam bulan. Ya Allah, tiga bulan lagi gue akan pergi dari sini. Gue nggak sabar pergi dari sini. Andaikan bisa hari ini, gue pengen banget pergi menemui Abang Zacky dengan Zaidan,” gumamnya sambil mengelus perutnya yang semakin besar mengingat usia kehamilannya yang sudah enam bulan.

Caca menikmati sore itu sambil menyantap salad dan sup buah sambil sesekali mengusap perutnya yang setiap kali makan ketiga anaknya seolah mengetahui apa yang dilakukan oleh Caca saat ini mereka juga bergerak di dalam sana.

“Sayang-sayangnya bunda, kalian harus lahir sehat, normal dan tidak kekurangan apapun. Jadilah anak yang baik, sholeh dan sholeha, pengertian, penyayang kepada semua orang dan jadilah anak yang tangguh,” ucapnya Caca yang mengajak anaknya berbicara.

Caca selalu mengajak ketiga buah hatinya berbincang-bincang. Karena ini adalah salah satu hiburan baginya dikala merindukan kedua saudaranya.

“Ya Allah, gue sangat merindukan Abang Zacky sama dedek Zidan, Annisa juga. Gimana kabarnya mereka yah? Apa mereka juga kangen padaku?” Cicitnya Caca sambil menyeka air matanya yang tiba-tiba jatuh membasahi pipinya.

Caca masih saja menikmati salad buahnya sampai benar-benar tidak bersisa sedikitpun. Tanpa disadarinya, ada seseorang yang duduk di sampingnya yang kebetulan juga seorang diri sore ini.

“Tumbenan sendirian, teman kamu dimana?” Tanyanya orang yang duduk di sampingnya.

Caca menolehkan kepalanya ke arah kedatangan pria yang sudah duduk tepat di sampingnya.

Kening Caca saling bertautan keheranan mendengarnya, “Teman! maksudnya Tuan Muda Imran siapa?” Tanyanya Caca.

Imran membantu mengupas kulit buah apel untuk Caca,” teman kamu yang selalu kamu temani bercanda, makan bersama bahkan foto-foto bareng juga. Masa kamu melupakan teman baik Kamu itu.”

Imran berbicara sedikit ketus, Caca sudah paham siapa orang yang dimaksudkan Imran.

“Nggak perlu dikupas kulitnya tuan Muda Imran, aku lebih menyukai kalau pake kulit,” cegah Caca yang langsung mengambil alih buah apel dari dalam tangannya Imran.

“Nggak enak makan buah apel kalau nggak dibuang kulitnya terlebih dahulu,” ucapnya lagi Imran yang masih ngeyel tidak mendengar larangannya Caca.

“Kak Emir sudah dua hari ke luar negeri katanya awal bulan mei baru balik dari luar negeri itu paling lambat infonya gitu. Hanya kak Emir dan Rendy yang bisa membuatku santai, nyaman dan sabar menunggu sampai akhir masa perjanjian kita Tuan Muda,” Caca menatap ke arah bunga-bunga yang kelopak dan kuncupnya bermekaran, “sejujurnya, aku sudah sangat ingin pergi dari sini.”

Caca enggan menatap wajahnya langsung Imran, tidak seperti ketika bersama dengan Emir. Caca tidak akan pernah bosan bertatap muka dengan Emir, bahkan menatap wajahnya Emir yang ganteng dengan ciri khas orang timur tengah itu semakin membuatnya betah berlama-lama menatap ketampanan Emir.

“Bersabarlah, tidak lama lagi kontrak kerjasama kita akan segera berakhir. Setelah itu kita berdua tidak akan pernah ada hubungan apapun lagi. Apa kamu tidak menyukai fasilitas di dalam rumahku ini? Sehingga kamu sudah ingin meninggalkan rumah kami?” Tanyanya Imran sambil menatap intens perempuan muda yang semakin cantik saja setiap harinya, tapi tidak pernah menggetarkan hatinya seperti yang dirasakan oleh adiknya Emir Khan.

Caca menggelengkan kepalanya,” bukan begitu Tuan Muda, aku sangat menyukainya malah hanya saja. Aku seperti seekor burung merak di dalam sangkar emas nggak bisa bebas terbang kemanapun sesuai dengan apa yang aku inginkan.”

Imran terdiam, Caca pun terdiam seraya menikmati buah-buahan yang tidak pernah membuatnya bosan untuk memakannya.

“Tuan Muda Imran, apakah aku bisa memberikan nama untuk anak-anaknya Tuan Muda?” Tanyanya Caca hati-hati yang sangat berharap hal itu dipenuhi oleh Imran.

Imran tidak langsung menjawab ataupun mengiyakan permintaannya Caca. Ia terdiam memikirkan apa yang seharusnya dilakukannya.

“Kalau nggak bisa, nggak apa-apa kok Tuan Muda Imran. Aku sadar diri posisiku kalau aku nggak bisa dan tidak punya hak untuk meminta hal yang mustahil Tuan Muda penuhi, aku hanya ibu pengganti yang tidak punya kewajiban untuk meminta lebih kepada anak-anak yang ada dalam kandunganku,” ucapnya pasrah dengan raut wajah sendu Caca yang sedih karena apa yang diinginkan tidak diizinkan oleh Imran.

“Emangnya kamu sudah punya nama untuk mereka?” Tanyanya Imran tatapan matanya tertuju pada pohon cemara.

“Aku hanya meminta agar di dalam nama mereka kelak ada nama yang aku pilihkan, itupun kalau tuan Muda dan Nyonya Selina tidak keberatan dengan permintaan kecilku ini,” imbuhnya Caca.

“Pasti Selina tidak setuju dengan permintaan Caca, tapi nggak apa-apa sekali-kali penuhi keinginannya, gimanapun juga karena dialah penyebabnya sehingga aku punya keturunan dan juga akan mendapatkan langsung dua anak kembar sekaligus,” batinnya Imran.

Caca sesekali melirik wajahnya Imran, dia menatap lekat wajah itu sambil membayangkan kelak anaknya lahir pasti wajah mereka akan mirip dengan ayah biologisnya.

“Baiklah, kamu sudah punya calon untuk nama bayi kami?” Tanyanya Imran.

Caca buru-buru merobek sebuah kertas kemudian menuliskan sebuah nama yang baginya sangat cantik dan bagus.

“Ario Riyadh Khan dan Abyan Kairo Khan,” Caca menyebut nama calon baby twins sambil menulisnya di atas secarik kertas.

Imran memperhatikan Caca menulis nama itu, dan sedikit kaget melihat tulisannya Caca yang cukup rapi dan bagus seukuran anak tamatan smp saja.

“Tulisan kamu rapi dan bagus juga,” pujinya Imran ketika melihat Caca menyelesaikan tulisannya.

Imran kemudian mengambil kertas itu lalu menyalinnya ke dalam ponselnya agar tidak hilang.

“Setelah Kamu melahirkan, apa kamu sudah punya planning mau ngapain gitu dengan uang kompensasi dan bonus yang kami berikan untukmu?” Tanyanya Imran penuh selidik yang sedikit kepo dengan kehidupannya Caca.

“Rencananya, aku akan balik ke kampung halamannya bapak di Sulawesi. Kami akan memulai hidup baru di sana dan rencananya aku ingin melanjutkan pendidikanku sayang kan sudah privat berapa bulan nggak dilanjutkan dan dimanfaatkan kemampuan yang aku miliki,” jelas Caca yang bahagia padahal baru merencanakan saja sudah sesenang itu.

Rendy yang sedari kedatangannya Imran tidak pernah pergi dari sana dan tetap menguping pembicaraan mereka berdua tanpa berniat untuk mencampuri atau ikut berbicara dari pembicaraan mereka untuk pertama kalinya padahal biasanya ikut berkomentar memberikan masukan untuk Caca.

“Nyonya Selina baik-baik saja kan, Tuan Muda?” Tanyanya Caca.

“Alhamdulillah, dia sangat baik meskipun dia kesal karena mama Maryam mengutus Tante Aminah tinggal bersamanya di Singapura,” ujarnya Imran.

Imran berbicara sambil terkekeh ketika mengingat Selina merengek minta pulang karena tidak bebas beraktivitas kemanapun sesuai dengan apa yang diinginkannya, karena pergerakannya dibatasi oleh mamanya dan tantenya.

Caca tanpa sengaja melihat senyuman di wajahnya Imran yang baru pertama kali dilihatnya, membuat darahnya berdesir seketika itu juga. Sama halnya ketika melihat wajahnya Emir ketika tersenyum.

“Kan jadi kangen sama kak Emir, kapan kakak balik dari Singapura? Baru lima hari kakak pergi gue sudah nggak sabar kakak balik dari sana, sudah pengen ketemu,” batin Caca yang senyam-senyum memikirkan pria yang selalu membuatnya tertawa lepas dan bahagia.

Imran yang melihat Caca tersenyum tanpa sebab hanya menautkan kedua alisnya melihatnya.

“Anak ini terkadang normal kadang-kadang aneh juga. Ya Allah semoga saja kedua anak kembarku tidak seperti ibunya,” monolognya Imran bergidik ngeri-ngeri sedap.

Caca menimbang sesuatu yang ingin disampaikannya, takutnya Imran tersinggung dengan ucapannya.

“Tuan Muda Imran, misalnya ini yah kalau dua-duanya calon bayinya Tuan Muda adalah perempuan, kira-kira apa yang Tuan Muda lakukan kepada mereka?” Tanyanya Caca hati-hati yang ingin memastikan apakah keputusannya sudah tepat untuk merahasiakan anaknya yang diprediksi lahir dengan jenis kelaminnya cewek.

“Aku akan membuang anak itu ke panti asuhan kalau perlu dibuang jauh-jauh hingga ke luar negeri. Karena anak perempuan itu nggak ada gunanya dan hanya akan merepotkan hidupku saja. Anak perempuan bisanya hanya bermanja-manja dan cengeng dan menghabiskan harta. Berbeda dengan anak lelaki yang bisa jadi pewaris dan melanjutkan perusahaan Papa,” jelasnya Imran yang berbicara serius tanpa terlihat keraguan sedikitpun.

Caca akhirnya semakin yakin, kalau pilihan dan keputusannya sudah tepat untuk menyembunyikan keberadaan calon bayinya yang berjenis kelamin cewek.

“Gue nggak bakalan sudi dan rela anakku darah dagingku dibuang ke panti asuhan, gue yang susah payah hamil dan mengandung tapi dengan seenak jidat mereka ingin buang, emangnya putriku sampah apa!” batinnya Caca sambil mengepalkan kedua tangannya tanpa terlihat oleh Imran.

Keduanya terdiam sejenak memikirkan kehidupan mereka masing-masing. Caca termenung memikirkan kelak nasib putrinya sedang Imran membayangkan kedua anaknya jadi pewaris tunggal tahta keluarga besarnya.

“Tuan Muda Imran apa aku boleh meminta sesuatu?” Tanyanya Caca hati-hati.

“Meminta sesuatu lagi! Seperti apa misalnya?” Tanyanya balik Imran.

“Aku pengen makan buah salak boleh dibeliin di pasar nggak Tuan Muda Imran?” Pintanya Caca sambil memperlihatkan puppy eyesnya kayak anak kecil yang merengek kepada bapaknya.

Kedua alisnya saling bertautan, “Buah salak? Belinya harus di pasar tradisional gituu?” Tanyanya balik Imran.

“Apa bapak tidak pernah makan buah salak? Atau jangan-jangan nggak juga pernah juga lihat bentukannya salak itu kayak gimana?” Caca geleng-geleng kepala melihat reaksinya Imran yang kebingungan mendengar kata salak.

Imran mengangguk,” aku tidak pernah melihat bagaimana buah salak itu dan tidak pernah mencoba makan buah itu juga.”

“Ya Allah ya Robbi! Apa bapak dari negara antah berantah sehingga buah salak saja nggak pernah lihat!?” ejeknya Caca.

Caca kemudian mengambil ponselnya dan membuka Mbah Google dan mensearching gambar buah salak.

“Karena sulit untuk ngejelasinnya pasti Tuan Muda akan semakin kebingungan lebih baik aku cariin. Di sini saja langsung gambar, model dan penjelasan lengkapnya tentang buah salak buah khas Indonesia,”

Caca memperlihatkan layar ponselnya ke hadapannya Imran. Bibi Minah dan Rita yang melihat dan mendengar langsung apa yang mereka lakukan tertawa terpingkal-pingkal.

Untungnya mereka tidak mendengar pembicaraan dari awal hanya mendengar masalah buah salak saja sehingga rahasia masih terjamin aman.

“Caca kayaknya itu lagi ngidam dan pengennya dibelikan sama orang ganteng,” celetuk Bi Minah.

“Iya pasti begitu Bi Minah, secara kan Tuan Muda itu ganteng banget keturunan Timur Tengah lagi jadi wajarlah Caca kepengen anaknya lahirnya mirip Tuan Imran,” timpalnya Rita.

“Rendy! Tolong ke pasar belikan Caca buah salak lima kilo,” titahnya Imran.

“Tuan Muda, bayiku ingin Tuan Muda langsung yang pergi ke pasar bukan orang lain,” rengeknya Caca yang sudah menangis tersedu-sedu sambil mengusap perutnya yang sudah buncit.

“Caca jangan menangis yah kalau kamu menangis nanti terjadi sesuatu kepada calon bayi kembar mu,” bujuknya Rendy.

“Iya Caca cantik, kalau kamu menangis pasti mereka di dalam sana juga menangis,” sahut Pak Ado yang tiba-tiba muncul di tengah-tengah mereka.

Imran mengusap wajahnya dengan gusar dan tidak mungkin dia rela terjadi apa-apa kepada anaknya. Mau tidak dia terpaksa melakukan dan memenuhi keinginannya Caca.

1
Yani
Bagus Caca jangan lemah meng hadapi orang kaya Selina
Yani
Semoga aja anaknya Caca laki"
Yani
Ayo Emir selidiki ke curigaan mu
Nar Sih
mimpi mu emang bnr imran ,kau punya dua ank permpuan dri dua ibu ,seperti nya zacki sdh tergoda wanita lain nih
Yani
Apa adiknya Imran ?
Nar Sih
makasih kak udah up panjang
sunshine wings
kenapa Caca gak kenal???
siapa yaa???
🤔🤔🤔🤔🤔
sunshine wings
duh kasian banget ya Emir 🥹🥹🥹🥹🥹
sunshine wings
hah!!! ketahuan kan!!!! 😏😏😏😏😏
sunshine wings
Kan.. gak salah lagi.. 😘😘😘😘😘
sunshine wings
♥️♥️♥️♥️♥️
sunshine wings
Apa benihnya tuan muda Imran ya thor??? 🤔🤔🤔🤔🤔
sunshine wings
Aamiin3 🤲🤲🤲🤲🤲
sunshine wings
🥺🥺🥺🥺🥺
sunshine wings
Apakah ada jodohnya mereka author nemandangkan tuan muda Imran gak peduli keberadaannya Caca??? Huhhh! 😔😔😔😔😔
sunshine wings
Sakitnya hatiku author.. 😭😭😭😭😭
sunshine wings
Siapa ya??? 🤔🤔🤔🤔🤔
sunshine wings
duh! Gak kebayang gimana sakitnya bersalin ceasar dengan perasaan sakit hatinya bersamaan.. 😭😭😭😭😭
sunshine wings
🙄🙄🙄🙄🙄
sunshine wings
aku juga author 🤣🤣🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!