'Apa - apaan ini?'
Aira Tanisa terkejut saat melihat lelaki yang baru saja menikahinya.
Lelaki itu adalah salah satu juniornya di kampus! Disaat Aira sudah menginjak semester 7, lelaki itu baru menjadi maba di kampus mereka!
Brian Santoso.
Lelaki yang dulu adalah mahasiswa dengan sikap dinginnya.
Dan sekarang Lelaki dingin itu telah resmi menikahinya!
Aira sangat lemas memikirkan semua ini. Bagaimana ia menghabiskan setiap harinya dengan lelaki berondong yang dingin itu?
Terlebih saat mereka menikah karena dijodohkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elis Hasibuan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33
"Kamu akan pulang dengan Brian sore ini?" Riana yang berjalan bersama dengan Aira di lobby perusahaan menoleh kepada sahabatnya tersebut.
"Aku tidak tahu harus bagaimana Ria." Aira bergumam dan melirik Riana memelas.
"Brian memaksaku untuk berangkat dan pulang bersama dengannya. Tapi jika aku menaiki mobilnya seperti ini. Bukankah akan menjadi tontonan para karyawan dan menimbulkan gosip soal aku?" Wajah lelah Aira dan Brian yang menginginkan itu membuat Riana mau tidak mau kasihan kepada sang sahabat.
Andai saja Aira tidak berniat menutupi pernikahannya. Ia tidak perlu harus sembunyi-sembunyi. Bahkan jika itu untuk pulang dengan Brian.
Tapi Aira dan keinginannya yang begitu besar, selalu tidak bisa terbantahkan oleh siapapun. Riana sangat tahu jelas bagaimana pola pikir Aira.
Bahkan sampai di umurnya yang berusia 28 tahun ini, tidak ada yang tahu jika ia adalah putri dari keluarga Tanisa. Aira benar-benar menutupi itu dan tidak membiarkan informasi itu bocor sedikitpun.
"Mungkin sepertinya, lebih baik jika aku ikut denganmu." Aira menoleh kepada Riana dengan sorot wajah yang sedih.
"Aku bukan melarang kamu ikut pulang bersama denganku." Riana menghela nafas dan mencoba menjelaskan kepada Aira.
"Aku hanya takut jika Pak Brian akan marah, jika kamu memilih pulang denganku dan menolaknya." Kembali ucapan Riana membuat Aira memejamkan mata.
Aira seketika menjatuhkan kepalanya pada pundak Riana, merasa pusing dengan perkataan Brian yang tidak bisa ia kalahkan.
"Bagaimana jika kamu ikut denganku hanya sampai di persimpangan saja? Dan kita akan menunggu Pak Brian di sana." Kembali ucapan Riana membuat Aira tersentak.
Ia mengangkat wajah dan menatap sosok sahabatnya dengan tatapan berbinar. Wajahnya yang sejak tadi cemberut dan terlihat lelah, seketika berbinar dan tersenyum cerah.
"Bisakah seperti itu?" Ia sekali lagi menanyakan karena ragu dengan perkataan Riana.
"Bisa saja, jika kamu memberikan pesan kepada Brian dan membuat lelaki itu menunggu di sana.Aku akan mengantarkan hingga ke persimpangan itu." Riana sekali lagi meyakinkan.
Dengan cepat Aira mengeluarkan ponselnya dari dalam tas, dan mengirim pesan untuk Brian.
"Pulang dengan siapa Aira?"
Suara yang terdengar dari belakang tubuh mereka, membuat Aira tersentak. Ia dan Riana menoleh saat mendapati Arsen berdiri tidak jauh dari mereka. Lelaki itu juga sepertinya sudah siap keluar dari perusahaan ini.
"Saya akan pulang dengan Riana Pak." Aira menjawab dengan singkat.
"Bagaimana jika saya saja yang antar?" Arsen kembali bertanya dan menatap Aira dengan senyuman kecil.
Pertanyaan itu membuat kedua wanita itu saling melirik. Aira yang menatap Riana dan memohon bantuan melalui tatapannya. Memberikan kode kepada sang sahabat. Tidak ingin melewati waktu bersama dengan Arsen lebih lama lagi.
"Masalahnya Aira sudah memiliki janji, ingin makan malam di rumah saya bersama dengan kedua orang tua saya Pak." Riana tersenyum dan menjawab perkataan Arsen.
Mengerti dengan keinginan sahabatnya yang tidak ingin menyetujui perkataan Arsen.
"Dan jika kami tiba lebih lama. Mama saya pasti akan mengomel. Ia sangat cerewet dan sudah sangat merindukan Aira. Karena Aira jarang berkunjung ke rumah kami sekarang." Kembali Riana menjawab dengan jawaban yang cukup panjang.
Merasa lega karena Riana yang mengerti dengan kode yang Aira berikan. Ia merasa bersyukur tanpa harus menolak ucapan Arsen.
"Baiklah kalau begitu. Mungkin besok saya bisa mengantarkan Aira pulang." Seolah tidak ingin kalah, Arsen kembali bersuara.
"Baiklah kalau begitu Pak. Kami permisi terlebih dahulu, karena hari semakin sore." Riana dengan cepat menarik tangan Aira dan membawanya menuju mobilnya diparkirkan.
Arsen yang melihat pergerakan kedua wanita itu yang berjalan begitu cepat, hanya bisa menghela nafas. Sudah 3 tahun ia berusaha mendekati Aira. Namun Aira yang begitu cuek dan tidak peduli dengan sekitarnya sangat susah untuk ia taklukan.
Arsen berpikir keras bagaimana caranya untuk ia bisa mendekati Aira dan membuat wanita itu mengerti, jika ia tertarik dengan Aira. Tetapi selama ini Aira terlalu hati-hati dan selalu berhasil menghindar darinya.
Menghela nafas dengan perlahan, Arsen juga melangkah meninggalkan lobby perusahaan dan menuju mobilnya.
Sedangkan Brian yang melihat itu dari jauh, begitu ia keluar dari lift menyipitkan mata. Ia sedang berada di dalam lift saat mendapati pesan dari Aira, yang akan pulang bersama dengan Riana dan menunggu di persimpangan.
Perasaannya mendadak kesal ketika melihat Arsen yang kembali berusaha mendekati sang istri. Ingin rasanya Ia menjelaskan kepada lelaki itu bahwa Aira adalah istrinya. Dan membuat Arsen mundur dengan cepat.
Tapi Brian juga tidak ingin membuat Aira kecewa, jika ia mengumumkan pernikahan mereka. Saat ini Brian merasa pusing dan kesal.
Sepertinya memberikan istrinya itu sedikit hukuman tidak masalah bukan?
.....................
masa gitu aja ga tau
kau ini Aira lemottttt
semoga aja suamimu jadi imam yg baik ga melenceng
suami istri ada masanya loh kalau berturut turut ga ada nafkah lahir batin jatuhnya apa ?