NovelToon NovelToon
Suddenly Become A BRIDE

Suddenly Become A BRIDE

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Nikahmuda / CEO / Nikah Kontrak / Keluarga / Romansa
Popularitas:992
Nilai: 5
Nama Author: boospie

Liliana, gadis biasa yang sebelumnya hidup sederhana, dalam semalam hidupnya berubah drastis. Ayahnya jatuh sakit, hutang yang ia kira sudah selesai itu tiba-tiba menggunung. Hingga ia terpaksa menikah i Lucien Dravenhart , seorang CEO yang terkenal dingin, dan misterius—pria yang bahkan belum pernah ia temui sebelumnya.

Pernikahan ini hanyalah kontrak selama satu tahun. Tidak ada cinta. Hanya perjanjian bisnis.

Namun, saat Liliana mulai memasuki dunia Lucien, ia perlahan menyadari bahwa pria itu menyimpan rahasia besar. Dan lebih mengejutkan lagi, Liliana ternyata bukan satu-satunya "pengantin kontrak" yang pernah dimilikinya…

Akankah cinta tumbuh di antara mereka, atau justru luka lama kembali menghancurkan segalanya?

Cerita ini hanyalah karya fiksi dari author, bijaklah dalam memilih kalimat dan bacaan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon boospie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 11 : Bersama Lucien

Liliana kembali pulang bersama Lucien, hening didalam mobil akan menjadi hiburan yang sering untuk setahun kedepan. Orang disampingnya itu, dia yang akan selalu dilihat dalam setiap harinya.

"Kim—" Liliana menjeda kalimatnya, ia ragu untuk melanjutkan tetapi pertanyaan itu sudah terlanjur keluar dari mulutnya. "Jika berkenan menjawab, Kim saudari anda dari?"

Lucien masih menatap lurus ke jalanan tanpa sedikitpun menoleh, lalu menjawab, "Anak dari kakak mama. Kenapa menanyakannya?"

"Tidak, hanya saja pernah bertemu dengannya," jawab Liliana, lalu kembali menoleh kesamping kaca mobil, mengamati kehidupan yang terus berjalan.

"Tapi saya tidak pernah mendapati artikel yang membicarakan Kim termasuk keluarga Dravenhart?" tanya Liliana yang masih penasaran dengan silsilah Keluarga Dravenhart yang dirasa tidak sesuai dengan yang media tampilkan.

"Jacob, her brother. Thomas Dravenhart ayahnya, kakak dari mama. Mereka berdua, Kim dan Jacob sangat nakal dulu. Mungkin karena hal itu mereka tidak dianggap Keluarga Dravenhart lagi," ungkap Lucien.

Liliana masih menatap pria itu, mendengar pernyataan Lucien membuat dirinya merasa tidak ada kejujuran didalam kalimatnya. Lucien tampak menutupi sesuatu yang Liliana sendiri tidak tahu apa itu.

Memilih untuk tidak membalas ucapan Lucien, Liliana kembali fokus pada jalanan. Lagi dan lagi ia menyadari bahwa Lucien hanya akan selalu membuat dirinya terlihat bodoh yang tidak tahu permasalahan apa didalam rumitnya keluarga Dravenhart. Rahasia yang mereka sembunyikan satu sama lain, membuat Liliana semakin penasaran untuk mengulik segala hal.

"Gunakan bahasa non formal saja, lagipula jika media akan meliput akan terdengar canggung jika kita menggunakan bahasa yang terlalu formal," ucap Lucien

Liliana menoleh pada Lucien yang juga tengah menatapnya sekilas, "Saya bisa menyesuaikan tempat dan kondisi."

Lucien hanya menatap sisi tubuh Liliana yang tengah menatap jalanan yang disinari cahaya lampu. Ia tidak berniat membalas, lagipula bahasa formal lebih baik. Hal itu mampu menjaga batasan antara keduanya karena rasa canggung nan segan yang ditimbulkan dari pengucapannya.

Kesunyian kembali menyelimuti diantara keduanya, fokus pada pikiran masing-masing hingga tanpa sadar waktu sudah berlalu selama setengah jam kurang lebih. Mereka berdua kembali ke apartemen.

Masih dalam keadaan tanpa berbincang, Liliana langsung menuju ke dapur melihat apakah ada beberapa makanan disana. Nihil, tidak ada apapun disana kecuali air putih didalam kulkas. Ia menghela napas, lalu menatap Lucien yang sedang bersantai di sofa.

"Apa anda tidak lapar? Tidak ada bahan masakan atau makanan disini," ucap Liliana dengan raut malasnya.

Ia kembali menyusuri setiap sudut apartemen itu—sepi. Tidak ada perabotan yang memperindah ruangan. Hanya terdapat beberapa barang yang selalu dibutuhkan dibeberapa tempat, bisa diambil contoh, televisi datar yang menggantung di dinding, sofa hitam berserta meja yang terbuat dari marmer.

Tidak ada hiasan dinding seperti lukisan atau pot bunga ataupun hal hal indah lain, tempat ini sangat tidak cocok jika harus ditempati oleh seorang CEO dari Zetther, namun itulah kenyataannya. Melihat kembali pada kepribadian nya yang dingin dan datar itu, bisa Liliana simpulkan bahwa Lucien tidak cukup waktu hanya untuk menatap hiasan dirumahnya.

"Go food." Lucien menjawab dengan singkat sambil memejamkan matanya.

Liliana kembali berjalan ingin keluar sembari berucap, "Saya akan pergi ke rumah sakit, dan besok saya berniat untuk kembali bekerja ditempat saya dulu."

"Dimana? Tempat kerja dulu?" tanya Lucien.

Liliana yang hampir meraih pintu logam tersebut pun harus tertunda, "Restoran Ayam bakar."

Lucien masih menutup matanya sambil mengatakan, "Resign saja, besok pergi ke Aehara."

Tidak mendengar balasan apapun dari Liliana, Lucien pun melanjutkan ucapannya, "Jika menolak silahkan, saya hanya mempermudah pekerjaan anda untuk mendapatkan uang yang sepadan."

...~• suddenly become a bride •~...

Liliana bersenandung kecil sembari berjalan disepanjang trotoar, kaki jenjang yang tak tertutup sepenuhnya itu menendang kecil ke udara, dengan bibir mungilnya sesekali mencibir. Gadis itu pergi ke rumah sakit dengan jarak tempuh sekitar 10 kilometer dari apartemen Lucien berada, ia berjalan kaki sampai dimana jika sudah merasa lelah, Liliana akan menaiki bus.

Pikirannya sedikit lebih baik, tapi juga tidak sepenuhnya baik. Menikah dengan Lucien membuat sebagian permasalahan hidupnya berkurang, tapi kehidupan Lucien yang bisa saja membuatnya semakin jatuh dalam permasalahan rumit. Liliana segera membuang jauh pikiran itu, untuk saat ini bukanlah ketenangan hidup yang dia pilih. Namun, kenyamanan untuk sang ayah.

Setiap hari pikirannya tidak pernah berhenti memikirkan pria tua dengan segala kerja kerasnya, Liliana selalu ingat saat dimana ia menyaksikan dunia perusahaan begitu melelahkan. Meskipun begitu, sang ayah masih tersenyum dihadapannya, seolah semua hal melelahkan itu tidak sebanding dengan melihat dirinya.

Seberapa beruntungnya Liliana waktu itu, mungkin dari hal ini menjadikan gadis itu lebih sabar dan sadar bahwa kita akan selalu merasakan kebahagiaan dan kesulitan.

Cukup dalam hampir satu jam ia sampai di rumah sakit, ia langsung menuju kamar rawat inap sang ayah. Saat masuk ia mendapati seorang dokter dan dua perawat tengah berdiri disana, ia juga melihat pengawal Lucien berada disamping ayah.

"Ada apa dokter? Apa yang terjadi pada ayah saya?" tanya Liliana dengan lembut meskipun begitu jelas dari raut wajahnya tersirat ketakutan.

"Tidak ada yang terjadi, kami hanya melakukan pengecekan kepada saudara James. Karena baik-baik saja jadi kami ijin permisi," ucap sang dokter diikuti langkah keluar bersama dua perawat.

Seperginya dokter tersebut, pengawal yang berkulit tan itu ikut melangkah ingin keluar.

"Pak, sudah makan belom?" tanya Liliana yang duduk disofa seraya membuka plastik yang dia bawa, berisi makanan dua bungkus dan minum.

Pria yang berumur kurang lebih diatas 30 tersebut menoleh, masih dengan sikap tegak ia menjawab dengan tatapan lurus. Seolah sedang menghadap orang besar, "Belum."

"Bapak santai aja gak perlu bersikap seperti didepan Lucien, dia tidak kemari." Liliana tersenyum kemudian menyodorkan sebungkus makanan tersebut.

"Silahkan duduk pak, makan bareng saya—tadi beli di warung depan rumah sakit," sambung Liliana, yang mana kemudian pria tersebut ikut duduk dan meraih sebungkus makanannya.

"Kalau mau ngobrol juga silahkan pak, santai aja. Bapak juga ga perlu jaga didepan terus, bisa tidur disofa juga kalau capek," ucap Liliana dengan nada lembut tetapi santai.

"Baiklah nona."

Usai meneguk sisa aliran air putih dalam tenggorokan nya, ia bertanya untuk memecah keheningan, "Setelah beberapa hari ini apa ada sesuatu yang mencurigakan, Pak?"

"Sekira saya tidak ada nona," jawab pria itu sambil menyantap makanan.

Liliana mengangguk kecil, "Syukurlah, karena waktu itu saat saya pergi hanya beberapa menit. Ada orang dengan setelan serba hitam keluar dari ruangan ayah, setelah itu saya melihat alat medis sudah berantakan."

Liliana mengambil napas sejenak, sebelum melanjutkan bicaranya.

"Jadi saya sangat khawatir untuk meninggalkan nya sendirian, dan saya sangat berterima kasih karena kerelaan anda untuk menjaga ayah saya."

Pria itu tersenyum sambil mengangguk kecil, mencoba memahami perasaan Liliana.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!