NovelToon NovelToon
Rahasia Hati

Rahasia Hati

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:591
Nilai: 5
Nama Author: Yunsa

Sebuah Cinta mampu merubah segalanya.Begitulah kiranya yang akan dirasakan Mars dalam memperjuangkan cinta sejatinya.
gaya hidup Hura Hura dan foya foya berlahan mulai ia tinggalkan, begitu juga dengan persahabatan yang ia jalin sejak lama harus mulai ia korbankan.
lalu bisakah Mars memperjuangkan cinta yang berbeda kasta, sedangkan orang tuanya tidak merestuinya.
Halangan dan hambatan menjadi sebuah tongkat membuatnya berdiri tegak dalam memperjuangkan sebuah cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yunsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 19

Di mobil yang berbeda, Mars tersenyum sendiri melihat Amara akhirnya mau masuk dan duduk di samping kemudinya. Ia mencuri curi pandang dengan sebuah senyum yang tidak bisa ia tutupi. Senyum yang sempat hilang beberapa hari ini, kini muncul lagi. Segala pikiran hinaan, pertentangan tidak ia hiraukan lagi. Yang ia rasakan sekarang adalah bahagia, bahagia bisa bersama dengan Amara gadis yang ia cinta.

"Mars... Kenapa kamu melihatku seperti itu?" tanya Amara merasa risih.

Mars tidak menjawab, ia hanya membalik wajahnya ke depan sebentar untuk melihat jalan, namun kemudian kembali menatap Amara kembali.

"Mars lihatlah ke depan!! Kamu sedang mengemudi, aku tidak mau kecelakaan karena ulahmu." kata Amara sedikit emosi, karena Mars masih terus memandangnya dengan sebuah senyuman.

"Kamu malu?" tanya Mars

"Aku tidak malu, tapi kamu sedang mengemudi. Lagi pula aku tidak suka caramu memandang. Ingat Mars, Rebbeca teman baik ku sejak kecil, jadi aku harap kamu tidak bermain main dengan hatinya." ucap Amara dengan nada tegas.

Bukan tersinggung atau marah, Mars justru semakin tersenyum mendengar ucapan Amara. Ia sangat menyukai cara berpikir Amara, yang selalu berbeda dengan gadis lainnya yang ia kenal.

"Aku rasa aku turun di sini saja." ucap Amara mulai jengkel, karena bukannya menjawab atau menjelaskan, Mars justru hanya tersenyum saja dan masih saja mencuri pandang.

"Berhenti di sini Mars." kata Amara masih dengan nada jengkel.

"Berhenti kataku Mars." ucap Amara lagi semakin keras. Akhirnya Mars menepikan mobilnya di jalan namun pintu mobilnya belum di buka.

"Aku tahu ini mustahil Amara, tapi bisakah nanti malam kamu datang ke acara ulang tahunku?" tanya Mars

"Kamu bahkan sudah tahu jawabannya mustahil, lalu untuk apa masih bertanya." jawab Amara ketus, sambil membuka sabuk pengaman, Mars hanya menelan ludah dan mengerutkan dagunya.

"Bisa buka kunci mobilnya sekarang?" tanya Amara, karena ia sudah membuka sabuk pengaman dan mencoba membuka pintu namun pintu masih terkunci.

Klik ... Terdengar kunci mobil di buka.

Klek.... Amara membuka pintu mobil

"Mama Rebbeca adalah adik Papa." kata Mars dengan cepat agar Amara bisa mendengar.

Sebenarnya Mars ingin menjelaskan tidak di dalam mobil, ia ingin membawa Amara ke suatu tempat terlebih dahulu, namun sayang emosi Amara yang selalu tidak terkontrol membuat Mars mengalah, agar emosi Amara tidak semakin naik dan kembali membenci dirinya.

Amara yang sudah terlanjur membuka pintu pun tetap keluar, hanya saja rasa jengkel kemarahan itu sudah berubah menjadi sebuah senyuman. Amara menutup pintu mobil dan memilih berjalan, karena apartemennya sudah tidak terlalu jauh lagi. Sedangkan Mars hanya bisa melihat Amara yang semakin jauh dari pandangan matanya.

"Kamu bisa membuatku rapuh Amara. Hanya kamu yang bisa." gumam Mars akhirnya mulai kembali melajukan mobilnya.

Sampai di rumah Amara terus melamun dan tersenyum, membayangkan ucapan terakhir Mars. Ternyata dirinya sudah salah paham selama ini, ia berpikir jika Mars dan Rebbeca menjalin hubungan, ternyata mereka adalah saudara.

Senyum Mars, aroma parfum Mars masih serasa ada sekitarnya. Laksana remaja yang sedang jatuh cinta, itulah yang di rasakan Amara saat ini.

"Amara....." panggil Ibu Amara dari ruang tamu, karena sejak datang dari kampus Amara memilih di kamar saja.

"Iya Bu." jawab Amara sembari keluar kamar.

Amara menatap Ibunya dan Ayahnya yang sudah rapi, terlihat ada dua tas di samping mereka.

"Amara. Untuk pemulihan Ayah, Ayahmu ingin tinggal di desa dulu beberapa waktu." ucap Ibu Amara

"Kenapa Bu?" tanya Amara sedih, dan mulai ingin meneteskan air mata.

"Tidak apa apa. Hanya ayah ingin ketenangan, dan udara yang bagus agar Ayah cepat pulih. Lagi pula di desa biaya pengobatannya jauh lebih murah, namun kualitasnya tak kalah dengan yang di Jakarta." jawab Ayahnya dan langsung di peluk oleh Amara. Amara takut jika kesehatan Ayahnya tidak kunjung membaik.

"Apakah akan lama Ayah?" tanya Amara

"Ibumu hanya mengantar Ayah, mungkin tiga hari ia sudah sampai Jakarta lagi." jawab Ayahnya sambil mengusap rambut putrinya

"Selama tiga hari, aku harap kamu dan Amar mau menjaga apartemen dengan baik Amara, aku sudah memberi tahu Amar semalam. Kalian harus rukun selama Ibu nggak ada." pesan Ibunya, karena ia sadar jika anaknya sering bertengkar.

Mereka pun akhirnya berpelukan dan Amara mengantar Ayah dan Ibunya sampai di halaman, karena Amar ternyata pulang lebih awal dan memesankan taxi online untuk mereka.

Setelah kepergian Orang tua mereka, Amar dan Amara masuk ke dalam rumah mereka, Amara merasa sedih dengan kondisi sekarang ini. Keduanya duduk di kursi ruang tamu sekarang.

"Jangan menangis terus, Ayah pasti sehat. Di desa Ayah justru bisa lebih tenang sehingga Ayah bisa cepat sehat. Jika di Jakarta ia akan sulit sembuh, karena sering melihatmu." ucap Amar membuat Amara jengkel dan melempar tisu ke arah Amar

"Memangnya kenapa denganku? Yang ada Ayah stres melihat wajahmu yang menyebalkan." jawab Amara sembari beridri dan memilih masuk ke dalam kamar, karena enggan bertengkar dengan Amar lagi.

"Justru Ayah bangga padaku sudah bekerja. Kamu kuliah hanya menghabiskan uang saja tahunya." Amar seakan belum puas membuat kesal adiknya.

"Lihat saja setelah aku lulus, aku akan mempunyai penghasilan sepuluh kali lipat dari gajimu." ketus Amara sambil menutup pintu kamarnya dengan keras, karena ia sudah masuk, tak lupa ia juga mengunci kamar itu.

Sore harinya Amar mendapat telpon dari teman kerjanya, ia bergegas membersihkan diri dan hendak keluar rumah.

"Amara aku ada kerjaan sampingan, kamu jaga rumah!!" ucap Amar namun tidak ada sahutan membuat Amar mengeraskan suaranya.

"Amara...!!!" panggil Amar

"Iya aku dengar!!!" jawab Amara dengan berteriak juga, tanpa membuka pintu.

"kalau dengar kenapa nggak di jawab." gerutu Amar seraya meninggalkan rumah.

Menjelang Magrib Amara terbangun dari tidurnya, ia hendak keluar untuk mandi namun ada suara dering dari telponnya.

Ternyata Amar menghubungi Amara, memberitahukan jika pekerjaan sampingan mereka adalah membenarkan mobil, jadi malam ini ia tidak bisa pulang karena lembur. Amar tidak ingin ijin di tempat kerjanya lagi, karena hari ini sudah ijin setengah hari untuk melepas kepergian Ayah Ibunya.

"Kamu berani kan di rumah sendiri Amara?" tanya Amar memastikan, karena bagaimana pun ia kasar pada Amara, sesungguhnya ia juga sangat perduli dengan Amara.

"Iya." jawab Amara sedih

"Jangan lupa kunci pintu. Jika pekerjaanku selesai cepat, aku akan segera pulang." kata Amar sebelum memutuskan panggilan.

Amara merasa sedih karena saat ini dia sendirian. Di saat ia melamun, dirinya justru teringat ucapan Mars, yang meminta dirinya untuk datang ke acara ulang tahunnya.

"Lavela Bar..." gumam Amara

Bersambung.......

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!