Karena sebidang tanah, Emilia harus berurusan dengan pemilik salah satu peternakan terbesar di Oxfordshire, yaitu Hardin Rogers. Dia rela melakukan apa pun, agar ibu mertuanya dapat mempertahankan tanah tersebut dari incaran Hardin.
Hardin yang merupakan pengusaha cerdas, menawarkan kesepakatan kepada Emilia, setelah mengetahui sisi kelam wanita itu. Hardin mengambil kesempatan agar bisa menguasai keadaan.
Kesepakatan seperti apakah yang Hardin tawarkan? Apakah itu akan membuat Emilia luluh dan mengalah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Komalasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 23 : Sang Pemikat
Hardin membaca beberapa nama yang tertera dalam daftar. Dia bahkan mengulang hingga tiga kali, sekadar memastikan agar tidak terjadi kesalahan atau ada yang terlewat. Benar saja. Dia tak menemukan nama Grayson dalam daftar itu.
“Jika Grayson tidak ikut melaut pada waktu itu, lalu kenapa dia berbohong pada keluarganya?” gumam Hardin tak mengerti.
“Aku tidak tahu. Mungkin, dia memiliki urusan pribadi. Namun, seperti yang sudah kukatakan tadi, Tuan Rogers. Hingga saat ini, Grayson belum menyerahkan surat pengunduran diri. Kami juga tidak mengetahui keberadaannya secara pasti,” ucap Antonia.
“Bukankah dia mempunyai saudara di sini? Seorang kakak?” Hardin menutup map, kemudian meletakkannya di meja.
“Ya. Gerald Milner.” Antonia membenarkan. “Dulu, Gerald juga bekerja di sini sebagai salah satu staf. Namun, dia sudah mengundurkan diri sejak satu tahun lalu, setelah istrinya meninggal dunia.”
Hardin tak langsung menanggapi. Dia berpikir beberapa saat, kemudian sedikit mencondongkan tubuh ke depan. “Apakah Anda bisa memberikan alamat Gerald padaku?” tanyanya cukup pelan.
“Untuk apa? Mereka bersaudara. Gerald pasti ….” Antonia tak melanjutkan kalimatnya, seakan baru memahami ke mana maksud Hardin. Wanita cantik bertubuh semampai itu mengembuskan napas pelan. “Boleh kutahu kenapa Anda mengurusi hal ini, Tuan?”
“Sudah kukatakan tadi, Nona Ferguson. Aku berjanji pada Nyonya Olsen, akan membantunya mencari informasi tentang Grayson. Untuk alasan lain … itu adalah urusanku.” Hardin tersenyum kalem, diiringi tatapan ringan penuh arti.
Tatapan seperti itu jelas membuat para wanita jadi salah tingkah. Tidak terkecuali Antonia. Meskipun dia terlihat sebagai wanita yang berpendidikan tinggi, tetap saja tak berdaya ketika dihadapkan pada pesona seorang Hardin Rogers yang begitu memikat.
“Seharusnya, aku tidak boleh melakukan ini. Kupikir, kedatangan Anda kemari benar-benar untuk membahas masalah kerja sama atau segala hal yang berkaitan dengan bisnis.”
“Apanya yang salah? Bukankah kedatanganku kemari jadi kehormatan tersendiri bagi Mama Qucha?” Hardin tetap terlihat tenang menanggapi ucapan Antonia. Dia hanya tersenyum simpul, melihat bahasa tubuh wanita cantik itu. Hardin tahu Antonia mulai salah tingkah bukan hanya karena topik yang sedang mereka bahas.
Antonia mengusap leher sebelah kanan, berusaha mengendalikan perasaan yang mulai tak keruan. Dia tersenyum demi menutupi kegelisahannya. “Aku tidak boleh terlalu banyak bicara karena ini bukan ranahku, Tuan Rogers,” ucapnya pelan.
“Apakah karena kita berada di kantor?”
“Di manapun sama saja,” balas Antonia.
Hardin kembali menyunggingkan senyuman, yang membuat Antonia makin salah tingkah. “Kalau begitu, berikan saja alamat Gerald Milner. Aku berjanji ini akan jadi rahasia kita berdua. Hanya kita berdua, Nona Ferguson.”
Antonia terlihat serba salah. Namun, dia harus tetap mengikuti aturan. “Maafkan aku, Tuan Rogers. Aku tidak bisa memberikan alamat Gerald Milner. Alasannya karena …. Entah apa alasan Anda bersedia mengurusi hal kecil seperti ini ___”
“Hal kecil bagimu, Nona Ferguson,” sela Hardin. “Namun, ini jadi sesuatu yang sangat dinantikan oleh dua wanita di Oxfordshire, yaitu ibu dan istri Grayson. Aku hanya ingin membantu mereka.”
“Ya, tapi Gerald dan Grayson adalah saudara. Untuk apa Anda mendatanginya?”
“Aku tidak perlu memberikan penjelasan secara detail padamu, Nona Ferguson,” ucap Hardin, seraya menyentuh pangkal hidungnya, kemudian melihat lagi arloji di pergelangan kiri.
“Boleh kutanya sesuatu?” Hardin menatap lekat wanita dengan setelan blazer hijau emerald, yang duduk tak jauh dari dirinya.
“Apa?” Antonia menatap penuh waspada.
“Apa Anda tidak bosan di sini? Maksudku Yorkshire.”
“Tempat tinggalku tak jauh dari kantor ini. Bagaimana bisa merasa bosan?” Antonia tidak mengerti dengan maksud pertanyaan Hardin.
“Baiklah.” Hardin merapikan bagian depan blazernya sambil berdiri. “Aku tidak ingin mengganggu waktumu lagi, Nona Ferguson,” ucapnya, seperti hendak berpamitan.
“Sebenarnya, masih ada sekitar 10-15 menit lagi. Namun, bila Anda merasa sudah cukup … um …. Ya, baiklah. Tentu, Tuan Rogers.” Antonia ikut berdiri. Namun, wanita cantik bermata hazel itu terlihat tak nyaman.
“Apakah Anda bersedia mengantarku sampai pintu?” tanya Hardin, diiringi senyum kalem.
Antonia terpaku sejenak, sebelum mengangguk setuju. Dia berjalan di sebelah sang pemilik Rogers Farm tersebut, menemaninya hingga ke pintu.
“Aku pikir, Anda mungkin bosan terus berurusan dengan sesuatu yang berbau laut. Jika mau, berkunjunglah ke peternakanku di Oxfordshire. Siapa tahu, Anda akan lebih terhibur saat melihat sapi, domba, padang rumput dan danau. Kanal berair jernih, semilir angin. Wanita pasti menyukai keindahan seperti itu,” ucap Hardin, setelah berdiri dekat pintu yang masih tertutup rapat.
“Terdengar sangat menyenangkan, Tuan Rogers.” Antonia menanggapi kikuk.
“Apa Anda suka berkuda, Nona Ferguson?” tanya Hardin, diiringi tatapan kalem penuh rayuan.
Antonia mengusap leher jenjangnya. Dia kerap melakukan itu, ketika sedang merasa gelisah. Bahasa tubuh yang mulai dipahami oleh Hardin.
“Aku memelihara beberapa kuda yang didatangkan langsung dari Irlandia. Anda pasti tahu, mereka memiliki ras kuda terbaik di dunia,” ujar Hardin tenang.
Antonia makin salah tingkah mendengar ucapan Hardin, yang dianggap sebagai rayuan. Dia menatap si pemilik tinggi 185 cm tersebut, sekadar memastikan apakah Hardin hanya mengatakan omong kosong, atau benar-benar menawarkan sesuatu yang menarik baginya.
Embusan napas pelan meluncur dari bibir berpoles lipstik burgundy. Antonia mengangguk pelan. “Tunggu sebentar, Tuan Rogers,” ucapnya, kemudian berbalik ke meja kerja. Dia tampak mengirimkan pesan pada seseorang, lalu menulis sesuatu dalam secarik kertas.
Tak berselang lama, Antonia kembali ke hadapan Hardin. “Ini adalah alamat Gerald Milner. Kuharap, Anda bisa menjaga rahasia,” ucapnya, seraya memberikan kertas berisi tulisan yang merupakan alamat lengkap Gerald.
Seulas senyuman tersungging di bibir Hardin, yang dihiasi kumis rapi terawat. Dia langsung menerima kertas itu. “Ini akan jadi rahasia kita berdua. Katakan saja bahwa aku akan berinvestasi di sini.”
Antonia mengangguk ragu. “Lalu, bagaimana dengan tawaran berkuda tadi?”
“Masih berlaku. Datang saja kapan pun Anda mau, Nona.”
“Terima kasih, Tuan Rogers. Aku sangat suka berkuda.”
“Maaf.” Hardin meminta telepon genggam yang dipegang Antonia. “Anda bisa menghubungi nomor ini,” ucapnya, setelah mengetikkan deretan angka di layar.
Antonia tersenyum cukup lebar. “Tentu, Tuan. Terima kasih.”
“Sama-sama, Nona Ferguson. Permisi.”
Setelah berpamitan, Hardin melangkah gagah keluar dari ruangan Antonia. Dalam hati, dia merasa begitu puas. Betapa Tuhan sangat baik karena memberinya kelebihan, yang bisa dijadikan sebagai sarana untuk mempermudah segala urusan.
Setelah masuk ke mobil, Hardin langsung membaca dengan cermat alamat yang tertera dalam kertas. “Baiklah. Kita lihat apa yang akan kutemukan di sana,” ucapnya tenang, kemudian melajukan kendaraan dengan kecepatan sedang.
Dengan bantuan aplikasi penunjuk arah di ponsel, Hardin akhirnya tiba di tempat tujuan, yaitu kediaman Gerald Milner.
Aku mikirnya jauh ya
upss..kok cacingan sih..