NovelToon NovelToon
Skandal Cinta Tuan Muda

Skandal Cinta Tuan Muda

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Berondong / Office Romance
Popularitas:8.9k
Nilai: 5
Nama Author: itsclairbae

Nadira Elvarani yakin hidup pahitnya akan berakhir setelah menerima lamaran Galendra, lelaki mapan yang memberinya harapan baru.
Tapi segalanya berubah ketika ia terlibat skandal dengan Rakha Mahendra—anak bos yang diam-diam menginginkannya—menghancurkan semua rencana indah itu.
Di antara cinta, obsesi, dan rahasia, Nadira harus memilih: hati atau masa depan yang sudah dirancang rapi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon itsclairbae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6 — Korban yang Meminta Maaf

Rakha menatap pintu yang telah ditutup dari luar oleh Nadira. Perempuan itu pergi begitu saja setelah mengucapkan sesuatu yang, menurut Rakha, terdengar lucu.

Ia sudah cukup dewasa untuk menyadari bahwa semua tindakannya salah. Namun, ia tetap melakukannya—demi membuat Nadira tetap berada di sisinya. Bukan semata demi kepuasan sesaat, melainkan sebagai bentuk penegasan bahwa hanya Nadira lah perempuan yang ia inginkan, dan ia sungguh-sungguh dalam hal itu.

Sebelum mengambil langkah nekat—menjebak Nadira dengan mencampurkan sesuatu ke dalam minumannya sampai mereka tidur bersama—Rakha sebenarnya telah mencoba bicara baik-baik. Ia meminta Nadira mempertimbangkan kembali rencana pernikahannya, juga keputusan untuk berhenti bekerja dari Mahendra Grup.

Ia bahkan telah menunjukkan perhatian yang tulus, berharap Nadira menyadari bahwa ada dirinya di sana, seseorang yang benar-benar menginginkan perempuan itu. Tapi Nadira tidak pernah melihatnya seperti itu. Baginya, Rakha tetaplah anak dari atasannya, bukan siapa-siapa.

Waktu terus berjalan, hari pernikahan Nadira dan kepergian Nadira dari perusahaan semakin dekat. Itu sebabnya Rakha akhirnya memilih cara yang lebih ekstrem. Ia tahu caranya keliru, tapi ia tidak peduli dan tetap melakukannya.

Ia akan menuruti permintaan Nadira untuk tidak mengulanginya lagi. Bagaimanapun, memaksa Nadira duduk di pangkuannya dan menciumnya bukan bagian dari rencana awal. Itu reaksi yang lahir dari emosi—saat ia mengetahui Nadira belum juga memutuskan hubungannya dengan Galendra.

Namun, Rakha yakin benih yang ia tanam akan tumbuh. Nadira sedang dalam masa subur, dan beberapa hari sebelumnya, ia telah rutin memberinya minuman yang sama setiap hari—minuman yang diam-diam ia campur dengan ramuan penambah kesuburan.

"Baiklah, sekarang lebih baik aku mengurus pekerjaanku," ucapnya pada diri sendiri sambil menatap berkas-berkas yang sudah menumpuk di atas meja kerjanya.

Ia harus mendapatkan Nadira—itu tujuan utamanya. Namun, ia juga harus ingat bahwa dirinya adalah calon pemimpin utama perusahaan ini.

***

Nadira menatap bayangan dirinya di cermin. Lipstik di bibirnya tidak bergeser sedikit pun setelah ciuman itu. Ia tidak langsung menuju ruang kerjanya—sebelumnya, ia menyempatkan diri mampir ke toilet untuk memastikan penampilannya tetap rapi. Ia tidak ingin siapa pun mencurigai apa yang baru saja terjadi.

Ia bisa saja membiarkan semua orang tahu—tentang perlakuan Rakha terhadapnya. Namun, Nadira tidak yakin akan mendapat pembelaan. Ia sadar, dalam hirarki sosial dan kekuasaan yang melingkupi Mahendra Grup, dirinya bisa saja diposisikan sebagai pihak yang bersalah. Dan ia tidak ingin menanggung risiko itu.

“Pak Mahendra pasti mencariku. Aku harus segera kembali,” gumamnya sebelum meninggalkan toilet, setelah memastikan tidak ada yang aneh pada penampilannya.

Ia memutuskan untuk mengalihkan pikirannya dengan tenggelam dalam pekerjaan. Tentang Galendra—tentang kekecewaan yang mungkin akan muncul akibat pengkhianatan yang telah ia lakukan—akan ia pikirkan nanti. Saat ini, pikirannya terlalu lelah untuk diajak berpikir lebih jauh.

Setelah tiba di ruang kerjanya, Nadira langsung duduk dan membuka kembali agenda hari ini. Ia mencoba memusatkan perhatian, meski pikirannya belum sepenuhnya tenang.

Salah satu agenda penting yang tertera adalah Rapat Evaluasi Proyek Prioritas CEO. Beberapa divisi strategis Mahendra Grup dijadwalkan hadir, termasuk Mahendra Digital. Artinya, Rakha juga akan berada di sana.

Nadira menarik napas dalam-dalam. Ia tahu, ia harus bersikap profesional—apa pun yang terjadi sebelumnya, tidak boleh terbawa ke ruang rapat. Ia harus menjaga wajahnya tetap tenang, seolah tidak pernah terjadi apa-apa di luar ruang rapat itu.

"Oke, masih ada satu jam lagi sebelum rapat dimulai," gumamnya, mencoba menenangkan pikirannya yang masih berantakan.

***

Waktu rapat pun tiba. Rakha duduk di ujung meja sebagai pemimpin rapat, mengenakan jas hitam dan ekspresi serius seperti biasanya. Nadira mengambil tempat di sisi kanannya—posisi yang memang disediakan untuk perwakilan langsung dari kantor pusat. Peserta lain dari berbagai divisi strategis duduk mengitari meja, membawa dokumen dan perangkat masing-masing, siap untuk evaluasi proyek prioritas yang telah dijadwalkan.

Satu per satu, ketua dari berbagai divisi maju ke depan ruangan, mempresentasikan rencana dan capaian mereka. Rakha menyimak dengan serius, memberi tanggapan seperlunya. Namun, di sela-sela konsentrasinya, matanya kerap mencuri pandang ke arah Nadira yang duduk tenang di sisi kanannya—terlihat profesional, namun sorot matanya kosong, seolah pikirannya sedang melayang ke tempat lain.

"Baik, sampai di sini rapat kita kali ini. Terima kasih, dan saya harap semuanya berjalan lancar," ucap Rakha sambil menutup laptopnya, mengakhiri sesi rapat.

Beberapa peserta mengangguk, sebagian mulai membereskan catatan mereka. Ruangan mulai dipenuhi suara kursi yang bergeser dan langkah kaki yang bersiap keluar. Namun Rakha tetap duduk, matanya secara refleks kembali melirik ke arah Nadira.

Peserta rapat lain sudah meninggalkan ruangan. Hanya mereka berdua yang masih tertinggal, dalam keheningan yang canggung. Nadira baru saja menarik kursinya untuk berdiri ketika suara Rakha terdengar, tenang namun tajam.

"Kamu bilang kamu akan melupakan semuanya, dan memintaku melakukan hal yang sama. Tapi kenapa kamu yang terlihat tidak bisa melupakan semuanya?"

Nadira terhenti. Punggungnya masih menghadap Rakha, tetapi genggaman pada map kerjanya sedikit mengencang.

"Maaf, saya harus pergi," ucap Nadira, berusaha agar tidak terpengaruh oleh perkataan Rakha.

Namun, sebelum ia benar-benar melangkah pergi, Rakha lebih dulu meraih pergelangan tangannya, membuat langkah Nadira terpaksa terhenti.

"Nadira ..." Rakha menariknya perlahan, mencoba membuat Nadira menatapnya.

"Rakha—"

"Jangan terlalu banyak pikiran. Saya tidak mau kamu sakit," potong Rakha, tidak memberinya kesempatan berbicara. Ia tahu ke mana arah ucapan Nadira akan menuju—penolakan, atau permintaan untuk menjaga jarak.

"Saya berjanji tidak akan memaksamu. Kejadian di ruanganku tadi akan menjadi yang pertama dan terakhir," lanjutnya dengan suara yang lebih tenang.

Ia tidak menganggap peristiwa di kamar sebagai awal dari segalanya, karena saat itu Nadira tidak benar-benar terpaksa. Mereka melakukannya atas dasar saling suka—meski Nadira dalam pengaruh obat yang ia berikan.

Nadira hanya mengangguk. Ia tidak tahu harus bereaksi seperti apa untuk menanggapi itu.

Rakha sempat mengusap pelan tangan Nadira yang masih berada dalam genggamannya, lalu berdiri dan melepaskannya perlahan.

"Ingat yang saya katakan—jangan terlalu banyak pikiran," ucapnya sebelum melangkah pergi, meninggalkan Nadira seorang diri di ruang rapat yang kini sunyi.

Nadira menatap kepergiannya dalam diam. Ia tahu, sebenarnya, ia tidak cukup pantas untuk menolak Rakha. Namun, statusnyalah yang mengharuskannya melakukan itu—karena ia sudah akan menjadi istri orang.

"Maaf, Rakha..." gumamnya.

Ya, begitulah Nadira. Ia tetap merasa harus meminta maaf, padahal dirinyalah yang menjadi korban dalam segala hal yang terjadi antara mereka. Rakha tidak pernah menuntut permintaan maaf darinya, bahkan tidak sekalipun menyalahkannya. Namun, ada sesuatu dalam dirinya—sebuah luka lama yang tidak pernah sembuh—yang membuatnya merasa bahwa semua ini salahnya. Dan karena itulah, ia merasa harus meminta maaf.

1
Syaira Liana
lanjutt kak
Rian Moontero
mampiiir🖐🤩🤸
Syaira Liana
awas aja keira 😡😡😡😡
Syaira Liana
sebel banget sama keira 😡😡😡
ALRININGSIH ALRININGSIH
awal cerita yang bikin penasaran 😊
Clair Bae: Makasih udah mampir ❤
total 1 replies
Asphia fia
mampir
Clair Bae: Terimakasiu sudah mampir, semoga suka sama ceritanya 🙏
total 1 replies
Syaira Liana
lanjuttt kaka
Syaira Liana
Luar biasa
Clair Bae: Terimakasih sudah memberi ulasan ❤
total 1 replies
Susanti
semangat
Clair Bae: Terimakasih banyak ❤
total 1 replies
Trà sữa Lemon Little Angel
Jangan sampai ketinggalan!
Diva Rusydianti
Seru banget! Gak sabar nunggu kelanjutan ceritanya!
Beerus
Suka banget sama buku ini. Jangan lupa update terus ya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!