Menikah?
Setelah mengajaknya berpacaran secara tiba-tiba, kini Tama mengajak Embun menikah.
"Pak Tama ngomong apa sih? nggak usah aneh-aneh deh Pak," ujar Embun.
"Aku serius, Embun. Ayo kita menikah!"
Sebenarnya tidak seharusnya Embun heran dengan ajakan menikah yang Tama layangkan. Terlepas dari status Dosen dan Mahasiswi yang ada diantara mereka, tapi tetap saja saat ini mereka berpacaran. Jadi, apa yang salah dengan menikah?
Apakah Embun akan menerima ajakan menikah Tama? entahlah, karena sejujurnya saat ini Embun belum siap untuk menikah.
Ditambah ada mantan kekasih Tama yang belum move on.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggi Dwi Febriana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Semua Setuju, Mbun!
Jam setengah 8 masakan Embun sudah siap. Hari ini simpel saja, Embun hanya memasak ayam goreng dan tumis labu siam. Mengingat hanya Embun sendiri yang akan memakannya, dia memang tidak memasak banyak.
"Mending bawa bekal enggak ya?" gumam Embun.
Embun menatap makanan yang tersaji diatas meja. Hari ini jadwalnya akan sangat padat. Nanti kelas baru akan selesai sekitar jam 3 an, dan setelah itu dia akan langsung ke cafe tempat dirinya bekerja. Dan baru pulang setelah menjelang tengah malam. Sudah pasti makanan yang dia masak ini hanya akan dimakan saat sarapan saja kalau tidak dibuat bekal.
"Bawa bekal aja lah. Dari pada nanti makanannya mubazir kan?" gumamnya lagi.
Baiklah, sudah diputuskan nanti dia akan membawa bekal saja.
"Oke lah, kalau gitu mandi dulu kali ya."
Kelasnya memang baru akan dimulai jam 9. Tapi butuh waktu juga untuk Embun bersiap kan? dan itu sudah pasti tidak cukup sebentar. Ditambah perjalan dari rumah ke kampus saja setidaknya butuh waktu sekitar 15 menit.
Dengan langkah santai Embun berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.
Tepat jam setengah 9, Embun sampai di kampus. Kini sepeda motornya sudah terparkir di area parkir kampus. Hanya saja saat ini Embun tidak langsung masuk menuju kelasnya. Kenapa? karena Amara saat ini belum datang. Dan gadis itu tadi mengirimkan pesan kepada Embun agar dia menunggu kedatangannya. Katanya sih sekitar 10 menit lagi Amara akan sampai.
Karena area parkiran sudah mulai panas, Embun memilih untuk duduk disalah satu kursi panjang yang tidak jauh dari area parkir. Sebelumnya dia juga sempat memfoto lokasi dimana dirinya berada dan mengirimkannya kepada Amara. Hal ini agar Amara tidak bingung saat sampai nanti.
Baru saja Embun duduk, tanpa sengaja tatapannya bertemu pandang dengan Dimas. Biasanya kalau melihat Embun, Dimas akan datang menghampiri dirinya untuk bertegur sapa atau mengobrol sebentar. Tapi kali ini tidak, Dimas hanya tersenyum tipis sebelum akhirnya melewati Embun begitu saja. Melihat itu, Embun pun juga hanya tersenyum tipis sebagai balasan.
\-*Wajar dong kalau sikap Kak Dimas sekarang jadi kaya gini. Itu artinya Kak Dimas masih punya sopan santun dan harga diri buat enggak deketin perempuan yang udah punya pasangan*.-
Ngomong-ngomong soal pasangan, Embun benar-benar tidak menyangka kalau pada akhirnya dia memiliki pasangan. Dan itu tidak lain adalah Arkatama, kakak dari sahabatnya sendiri.
Padahal mereka sudah saling mengenal sangat lama. Dan selama ini pun Tama selalu cuek pada dirinya. Jadi siapa yang akan menyangka kalau pada akhirnya mereka malah berpacaran coba?
Selama ini Embun bahkan tidak pernah memasukkan Tama sebagai salah satu laki-laki yang ada kemungkinan untuk menjadi kekasihnya. Dan apa yang menurutnya tidak mungkin saat ini justru malah terjadi.
Tanpa sadar Embun tersenyum tipis.
\-*Siapa yang sangka kan? aku aja enggak nyangka sama sekali*.-
Asik dengan pikirannya sendiri, Embun tidak sadar kalau ternyata Amara sudah sampai. Melihat Embun yang tampak tengah melamun seraya mengulum senyum, Amara pun ikut tersenyum.
\-*Embun lagi mikiran apa coba sampai senyum-senyum sendiri? pasti mikirin Bang Tama nih*.-
"Dorrrrr!!!!!"
Dengan isengnya Amara mengagetkan Embun.
"Astaghfirullah!!!!"
Embun yang terkejut refleks memegang dadanya karena saking terkejutnya. Melihat itu, bukannya merasa bersalah yang ada Amara malah tertawa. Menurutnya reaksi kagetnya Embun itu lucu.
"Hahahaaa, kamu lucu banget sih, Mbun," ujar Amara masih tertawa.
Embun yang melihat itu tampak menggeleng-gelengkan kepala.
"Iseng banget sih jadi orang. Untuk aku enggak latah jorok. Coba kalau begitu, aku pasti malu, Ra," ujar Embun.
Amara tertawa kecil.
"Ya lagian dari tadi aku liatin kamu senyum-senyum sendiri. Lagi mikirin apa coba sampai-sampai enggak denger aku dateng?"
Embun terdiam sejenak.
"Enggak lagi mikirin apa-apa kok," jawab Embun seolah enggan memberitahu, "udah ayo, mending kita ke kelas aja. Kurang 15 menit lagi kelas kita mulai loh," ujarnya.
"15 menit itu masih lama, Mbun. Coba kasih tau aku, kamu lagi mikirin apa coba?" tanya Amara lagi.
Dan Embun masih menolak untuk memberitahu. Hal ini membuat Amara menemukan sebuah ide jahil.
"Mau kasih tau aku atau aku aja yang tebak isi pikiran kamu?" ujar Amara.
Embun mengerutkan dahinya.
"Emangnya kamu tau apa yang lagi aku pikirin?" tanya Embun balik.
"Tau lah, aku jelas tau apa yang sekarang lagi kamu pikirin. Dan apa yang bikin kamu dari tadi senyum-senyum sendiri."
"Apa dan siapa coba?" tantang Embun.
Embun tidak mengira kalau saat ini Amara sudah tau soal hubungannya dan Tama. Mengingat bagaimana sifat Tama, laki-laki itu sudah pasti tidak akan memberitahu orang-orang kalau tidak ditanya kan? soalnya hubungan mereka saja bahkan belum ada 24 jam. Bisa dipas---
"Bang Tama kan?" jawab Amara santai.
Mendengar ucapan Amara, Embun tampak melebarkan kedua matanya karena terkejut.
"Kok--- kok kam--" Embun sampai kehabisan kata-kata karena dia tidak menyangka ternyata Amara benar-benar tau.
Amara mendekat kearah Embun, kemudian berbisik ditelinga sahabatnya itu.
"Enggak usah ditutup-tutupi, semalam Bang Tama sendiri yang bilang kalau dia sekarang pacaran sama kamu, Mbun. Dan kamu tenang aja, aku, Bunda, sama Papa setuju kok sama hubungan kalian," bisiknya lagi, "kalau Bunda sama Papa pengennya kalian bisa cepet-cepet nikah."
Nikah? what, Amara bilang nikah? semalam Tama juga mengajak dirinya untuk cepat-cepat menikah.
Ada apa ini? kenapa semua orang sepertinya terburu-buru sekali membahas soal menikah? Embun bahkan belum memikirkan itu sama sekali.