Embun Dan Tama
Dulu, Arkatama Barry Daneswara melihat Embun hanya sebagai mahasiswa sekaligus sahabat adiknya saja. Namun sekarang sepertinya akan berubah, karena Tama sadar kalau dia benar-benar menyukai Embun.
"Kamu beneran enggak mau jawab ajakan saya tadi, Mbun?" tanya Tama kepada Embun.
Saat ini Tama dan Embun sedang dalam perjalanan menuju acara resepsi pernikahan Shenina, mantan Tama. Dan disini Embun menjadi pasangan bohongan Tama. Iya, hanya bohongan, sebelum akhirnya Tama benar-benar menginginkan Embun untuk menjadi pasangannya yang sesungguhnya.
Mendengar pertanyaan Tama, Embun menghela nafas pelan.
"Jangan sekarang Pak, saya sedang mencerna semuanya. Saat ini saya sedang tidak bisa berpikir apa-apa," jawab Embun.
Semua terjadi begitu tiba-tiba, dan Embun tentu saja sangat terkejut dibuatnya. Embun tidak menyangka saja kalau Tama benar-benar menaruh hati pada dirinya. Dan yang pasti, Embun masih belum yakin apakah Tama serius atau tidak dengan ucapannya.Karena ya itu, semua ini terlalu tiba-tiba.
"Baiklah kalau begitu, kamu pikirkan saja dulu. Saya akan menunggu jawaban kamu, Mbun," ujar Tama.
Embun sendiri tidak mengatakan apa-apa, dia hanya berdehem pelan saja sebagai jawabannya.
Sesampainya di gedung tempat acara resepsi pernikahan Shenina dilangsungkan, terlihat Amara, Ando, Vero, dan--- Nirina sudah berada di parkiran menunggu kedatangan Tama dan Embun.
"Loh Nirina, kamu kenapa ada disini? diundang juga?" tanya Tama.
Nirina adalah sekretaris Tama, dan selama Tama menjalin hubungan dengan Shenina, keduanya jelas saling mengenal. Jadi Tama menebak kalau Shenina juga mengundang Nirina.
Nirina tidak mengatakan apa-apa, wanita itu hanya tersenyum tipis.
"Dia dateng sama gue," ujar Vero.
ucapan Vero membuat Tama langsung mengalihkan perhatiannya kepada Vero dan Ando. Kini alis Tama tampak terangkat satu seolah bertanya 'bagaimana bisa kalian datang bersama?'
"Mereka pacaran," ujar Ando, "jadi perempuan yang Vero rahasiain dari kita itu ternyata sekretaris lo," tambahnya lagi.
Varo dan Nirina berpacaran? Tama sendiri bahkan tidak tau kalau antara Sekretaris dan sahabatnya itu dekat. Selama ini mereka bahkan sangat jarang terlibat interaksi satu sama lain. Hanya sesekali saja saat Vero main ke kantornya. Mengingat Vero adalah seorang arsitek dan sering keluar kota, Vero lebih jarang main ke kantor dibandingkan dengan Ando.
"Sejak kapan kalian pacaran? gue kok enggak tau kalau kalian deket," ujar Tama.
"Udah cukup lama sih, sekitar 3 bulanan yang lalu. Dan kalau deket? ya jelas lo enggak tau. Kan gue sama Nirina deketnya diem-diem," jawab Vero santai.
Memang antara Vero dan Nirina jarang terlibat interaksi saat bertemu di kantor Tama. Namun dibalik itu, mereka sangat dekat saat diluar. Awalnya tentu saja Vero yang mendekati Nirina, dia meminta nomor telfon wanita itu. Dan setelahnya hubungan mereka berlanjut begitu saja. Namun, Nirina meminta kepada Vero agar hubungan mereka dirahasiakan untuk sementara waktu. Nirina belum siap saja kalau Tama tau dia menjalin hubungan dengan sahabat atasannya sendiri. Dan untungnya Vero pun paham akan keinginan Nirina.
"Oo gitu, ya udah deh, selamat atas hubungan kalian," ujar Tama.
Tama sendiri sama sekali tidak masalah dengan hubungan keduanya. Bukan urusannya juga Vero dan Nirina harus menjali hubungan dengan siapa. Kalau mereka saling menyukai ya sudah.
"Ini udah kan ngobrolnya? yuk masuk, kita udah lama berdiri di parkiran loh," ujar Amara.
Yang lain langsung menganggukkan kepala.
"Iya, ayo masuk," ujar Ando.
Vero dan Nirina berjalan didepan, keduanya tampak bergandengan tangan. Kemudian disusul ada Amara dan Ando dibelakangnya, namun keduanya hanya berjalan bersisian saja. Karena biar bagaimana pun Amara dan Ando memang tidak memiliki hubungan apa-apa. Dan meskipun Ando adalah sahabat Abangnya sendiri dan mereka juga sudah saling mengenal cukup lama, namun tetap saja Amara merasa sungkan kalau harus menggandeng Ando terlebih dahulu.
Dan dibelakang sendiri, tentu saja ada Tama dan Embun. Yang mana sejak tadi Embun hanya diam, gadis itu tidak mengatakan sepatah kata pun sejak keluar dari mobil Tama. Tama sendiri sadar kalau Embun pasti sedang memikirkan ucapannya tadi.
"Jangan terlalu dipikirin, santai saja Mbun," bisik Tama lirih namun masih bisa Embun dengar secara jelas.
Setelah itu, tanpa meminta izin terlebih dahulu Tama menggandeng tangan Embun dan berjalan mengikuti yang lain. Embun lagi-lagi hanya bisa diam, meskipun saat ini jantungnya berdetak menjadi lebih cepat.
Begitu masuk, tatapan Tama langsung tertuju kedepan, dimana ada Shenina dan Andito yang berdiri diatas panggung pelaminan sebagai raja dan ratu sehari. Dan bersamaan dengan itu, Shenina ternyata menatap kearah Tama juga.
Apakah Shenina sengaja menunggu kedatangan Tama? entahlah, tapi sejak pintu terbuka, Shenina akan mengalihkan perhatiannya kearah pintu.
Mengetahui kalau Shenina melihat kearahnya, secara refleks Tama menarik tubuh Embun agar semakin mendekat kearahnya.
"Pak---" Pekik Embun lirih.
Tama tersenyum tipis, kini tatapannya bertemu dengan Embun yang memang sedang menatap kearah dirinya. Tinggi Embun yang hanya sebatas pundak Tama membuat gadis itu harus mendongakkan kepalanya.
"Disini jangan panggil aku 'Pak', Mbun. Panggil aku 'Abang' kaya Amara. Dan tolong jangan berbicara dengan bahasa formal, kita enggak lagi di kampus loh," ujar Tama.
"Tapii---"
Embun mana bisa memanggil Tama tanpa embel-embel 'Pak'. Mengingat dari awal mereka kenal, memang seperti itulah cara Embun memanggil Tama.
"Tolong dibiasakan ya, Mbun. Sekarang aku jadi enggak nyaman kalau kamu panggil 'Pak'. Kesannya aku tua banget, padahal kita cuma beda beberapa tahun doang," ujar Tama.
Karena sekarang Tama sudah sadar kalau dia menyukai Embun. Jadi Tama tidak mau kalau Embun masih memanggilnya 'Pak'. Kecuali kalau mereka sedang ada di kampus, itu tidak baru tidak apa-apa.
Tidak ingin mendebat, Embun memilih untuk menganggukkan kepala. Hal ini membuat Tama tersenyum cerah.
"Baguss," ujar Tama.
Setelah itu, Tama menggandeng Embun untuk bergabung bersama dengan yang lain. Dan tanpa mereka ketahui, diatas panggung ada Shenina yang sejak tadi tidak bisa mengalihkan tatapannya dari Tama dan Embun.
"Kamu lagi liatin apa sih Yang?" tanya Andito yang berada disamping Shenina.
Shenina menggelengkan kepala, lalu tersenyum tipis.
"Enggak liat apa-apa Yang. Cuma liatin tamu doang," jawab Shenina.
"Oo, aku pikir kamu lagi liat apa. Soalnya kaya fokus banget," ujarnya.
Kali ini Shenina tidak mengatakan apa-apa, dia hanya sekedar memperlihatkan senyumnya.
-Apa keputusan aku kembali ke Andito adalah keputusan yang tepat?-
Padahal Shenina yang berselingkuh dibelakang Tama. Dia juga yang memilih untuk kembali pada mantan kekasihnya dan memutuskan hubungannya dengan Tama. Tapi melihat Tama bersanding dengan perempuan lain kenapa membuat hati Shenina terasa nyeri ya? tidak mungkin Shenina cemburu kan?
-Enggak, aku enggak mungkin cemburu hanya karena melihat Tama sama perempuan lain. Untuk apa juga ku cemburu? aku sudah memiliki Andito yang sangat aku cintai.-
Meskipun Shenina mencoba sekeras mungkin agar tidak lagi memikirkan Tama dan menatap kearah mantan kekasihnya itu, tapi ternyata Shenina tidak bisa. Karena kemana pun Tama melangkahkan kakinya, tatapan mata Shenina selalu mengikutinya. Dan setiap kali melihat bagaimana Tama memperlakukan perempuan disampingnya dengan begitu manis, hati Shenina terasa nyeri.
-Padahal dulu aku yang mendapatkan semua perhatian Tama.-
Seharusnya Shenina tidak boleh merasa seperti ini kan? dia bahkan sudah memiliki pengganti Tama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
rania rayyana
Waaah setelah sekian lama (lebih kayaknya setahun) akhirnya Kak Anggi bikin karya baru lagi disini
2025-04-20
2
Sugiharti Rusli
lha dia yang mengkhianati si Tama, kenapa juga dia yang cemburu lihat mantannya,,,
2025-04-10
0
Opi Sofiyanti
kak jgn nge gantung lg crt nya kyk putri dan davian y....
2025-04-10
0