NovelToon NovelToon
Cinta Datang Dari Kakak Mantan

Cinta Datang Dari Kakak Mantan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Pengantin Pengganti / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:19.6k
Nilai: 5
Nama Author: Ira Adinata

Perselingkuhan antara Kaivan dan Diana saat tiga hari menjelang pernikahan, membuat hati Alisa remuk redam. Keluarga Kaivan yang kepalang malu, akhirnya mendatangi keluarga Alisa lebih awal untuk meminta maaf.

Pada pertemuan itu, keluarga Alisa mengaku bahwa mereka tak sanggup menerima tekanan dari masyarakat luar jika sampai pernikahan Alisa batal. Di sisi lain, Rendra selaku kakak Kaivan yang ikut serta dalam diskusi penting itu, tidak ingin reputasi keluarganya dan Alisa hancur. Dengan kesadaran penuh, ia bersedia menawarkan diri sebagai pengganti Kaivan di depan dua keluarga. Alisa pun setuju untuk melanjutkan pernikahan demi membalas rasa sakit yang diberikan oleh mantannya.

Bagaimana kelanjutan pernikahan Alisa dan Rendra? Akankah Alisa mampu mencintai Rendra sebagai suaminya dan berhasil membalas kekecewaannya terhadap Kaivan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ira Adinata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Persetujuan Bapak

Diana pulang lebih awal dari karyawan lain. Ia pulang bersama Alisa dan menginap lagi di rumah calon kakak iparnya. Alisa masih saja khawatir jika meninggalkan Diana sendirian di kos. Setidaknya, gadis itu bisa tinggal dengan aman sampai hari pernikahan tiba.

"Diana, aku sudah bicara dengan Ibu. Katanya penghulu akan datang dan menikahkan kalian lusa nanti. Kamu bisa, kan, menelepon bapak kamu untuk datang ke sini sebagai wali dari pihakmu?" kata Rendra sambil menatap spion dalam mobil, memperhatikan Diana yang duduk di jok belakang.

Mendengar perkataan Rendra, mata Diana seketika membulat. "Bapak?! A-Aku masih perlu diwalikan oleh Bapak?"

"Tentu saja. Bapak kamu masih ada, kan?" kata Rendra mengangkat kedua alisnya.

Menyadari ketidaknyamanan Diana, Alisa pun menoleh ke belakang. Ditatapnya gadis itu dengan rasa prihatin, lalu mengalihkan pandangan pada Rendra.

"Apa tidak bisa diwalikan oleh wali hakim saja?" tanya Alisa.

"Loh, kenapa? Bukankah yang paling utama menjadi wali nikah itu ayah dari pihak keluarga Diana, ya? Kalau ayah Diana sudah tiada, bisa diwakilkan oleh kerabat," tutur Rendra.

Diana menunduk lesu, bahunya merosot. Entah bagaimana caranya membujuk sang ayah yang bersikap kasar dan keras kepala, apalagi dalam perkara menikahkan dirinya dalam kondisi ini.

Adapun Alisa, menatap lagi Diana yang tampak murung di jok belakang. "Bagaimana, Diana? Apa kamu bisa menghubunginya?"

Diana tersentak, lalu mengangkat wajahnya. "A-Aku ... Aku takut, Alisa," katanya gemetar.

"Kenapa mesti takut? Kamu tinggal memintanya datang kemari dan menikahkanmu," ucap Rendra, matanya masih tertuju ke jalanan.

Melihat ketakutan di wajah Diana, Alisa menepuk pundak Rendra, seraya berkata, "Kak, bapaknya Diana nggak seperti bapakku. Dia orangnya keras, bahkan berani berbuat kasar sama ibunya Diana. Saat ibunya Diana divonis kanker pun dia malah menikah lagi dengan perempuan lain dan meninggalkan keluarga lamanya begitu saja. Jadi, sepertinya akan sulit membujuk bapaknya Diana untuk menjadi wali nikah."

"Apa bapaknya Diana punya watak seperti Kaivan?" Rendra mengernyitkan kening.

Alisa mendesah pelan. "Mungkin."

"Astaga!" Rendra mengembuskan napas pelan sembari menggelengkan kepala.

"T-Tapi ... Kalau memang mendesak, nanti aku akan coba menelepon Bapak. Siapa tau dia bersedia menjadi wali nikahku," ucap Diana.

"Kamu yakin?" tanya Alisa merasa ragu.

Diana mengangguk.

"Tapi kalau seandainya bapakmu nggak mau, nanti aku carikan wali hakim. Sepertinya sulit membujuk pria kasar dan keras hati, apalagi kelakuannya seperti Kaivan," tutur Rendra.

Setibanya di rumah, Alisa masuk lebih dulu bersama Diana di belakangnya. Tampak, Diana sedang mengutak-atik ponsel, mencari nomor ayahnya. Sementara itu, Alisa menyalakan lampu satu per satu hingga semua ruangan menjadi terang.

Setelah menemukan nomor ponsel yang dituju, Diana langsung menghubungi ayahnya. Cukup lama ia menanti panggilan diangkat, tapi tak ada jawaban sama sekali.

"Bagaimana?" tanya Rendra sambil menaruh sepatunya ke rak, lalu menutup pintu.

Diana menggeleng pelan, kemudian mencoba kembali menghubungi ayahnya.

"Tapi nomornya masih aktif, kan?" tanya Rendra menatap Diana.

"Masih, Kak," jawab Diana sembari menempelkan ponsel di telinganya.

Rendra pun mengangguk, kemudian berlalu menuju kamarnya. Adapun Alisa, kembali ke ruang depan dan memperhatikan Diana yang sedang menghubungi ayahnya.

Tak berselang lama, terdengar jawaban dari seberang telepon. Rupanya yang mengangkat panggilan itu merupakan seorang perempuan.

"Bu, apa Pak Praja ada?" tanya Diana, dengan suara pelan.

"Oh, kamu nyariin bapak kamu?" Suara perempuan di seberang telepon balik bertanya.

"Iya. Tolong panggilkan, ya," ucap Diana dengan sungkan.

Samar-samar terdengar suara perempuan itu memanggil 'bapak' dari seberang telepon. Tak berselang lama, suara seorang pria muncul dari ponsel Diana.

"Halo, ini dengan siapa?" tanya seorang pria yang diyakini Pak Praja dari seberang telepon.

"Pak, i-ini aku ... Diana," jelas Diana dengan suara terbata-bata.

"Ck. Ada apa kamu menelepon Bapak? Kamu udah nggak sanggup lagi membiayai ibu kamu buat pengobatan? Sudah Bapak bilang, Bapak nggak mau berurusan lagi sama kalian. Kalian berdua itu bisanya bikin susah aja," ketus Pak Praja.

"B-Bukan begitu, Pak. A-Aku cuma mau minta Bapak buat ... buat datang ke sini dan menjadi wali nikah," sanggah Diana, masih dengan suara gemetar.

"Wali nikah? Wali nikah buat siapa? Buat kamu?" tanya Pak Praja dengan heran.

"Iya, Pak," jawab Diana.

"Untuk apa Bapak datang ke sana segala? Harusnya kamu menikah di rumah ibumu dan menyambut calon mempelai pria di sana. Bukan menyuruh Bapak datang ke perantauanmu," gerutu Pak Praja.

"Aku tahu, Pak. Tapi ... Keadaannya mendesak. Jadi, aku belum bisa pulang dan mengadakan acara hajatan di kampung," jelas Diana, dengan suara tercekat.

"Mendesak? Kamu hamil di luar nikah?" Pak Praja meninggikan nada bicaranya.

Diana menundukkan kepala, matanya berkaca-kaca. Dengan lirih, ia menjawab, "Iya, Pak. A-Aku sedang hamil."

"Ya ampun! Kamu ini memang nggak tau diuntung! Merantau ke luar kota bukannya kerja yang rajin, malah senang-senang dengan laki-laki. Kamu ini memang nggak tau malu! Bapak bersyukur meninggalkan kamu dan ibumu, daripada terus menerus bertahan, kemudian menanggung malu karena memiliki anak yang nggak bisa jaga diri sama sekali," maki Pak Praja dengan meninggikan suaranya.

Berderai air mata Diana menerima cacian menyakitkan dari sang ayah. Ia menangis terisak-isak, sembari gemetar memegangi ponselnya yang masih melekat di dekat telinga.

Menyadari ada sesuatu yang tidak beres pada calon adik iparnya, Alisa segera mengambil ponsel Diana dan memberanikan diri bicara dengan Pak Praja.

"Halo, Pak. Apa ini dengan bapaknya Diana?" tanya Alisa dengan santun.

"Siapa lagi ini?" geram Pak Praja dari seberang telepon.

"Ini Alisa, calon kakak iparnya Diana," jelas Alisa dengan suara tegas.

"Iya, ada apa? Memangnya kamu mau bicara apa sama saya?" tanya Pak Praja dengan angkuh.

"Pak, saya tegaskan di sini kalau Diana hanya meminta Bapak untuk menjadi wali nikahnya. Kalau Bapak nggak setuju, tolong bicara dengan baik-baik," tutur Alisa, berusaha menahan kekesalan yang siap meledak dari batinnya.

"Untuk apa saya bicara baik-baik sama anak yang nggak tau malu kayak Diana? Dia itu sudah ternoda! Perempuan jalang! Nggak pantas perempuan yang kelakuannya macam pelacur diperlakukan dengan baik," cerocos Pak Praja.

"Iya, saya tahu, Pak. Saya mengerti kalau perbuatan Diana itu salah. Tapi bagaimanapun juga Bapak ini ayahnya Diana. Tolonglah bersikap lebih bijak sedikit saja. Bisa, kan, Pak?" jelas Alisa.

"Alah! Nggak usahlah kamu bicara soal bijak tidak bijak sama saya. Yang jelas, saya nggak sudi punya anak nggak tau malu macam Diana," tukas Pak Praja.

"Hm ... baiklah kalau begitu. Jadi, apa keputusan Bapak? Bapak bersedia menjadi wali nikah Diana atau tidak?" tuntut Alisa.

"Sudah saya bilang, saya nggak sudi punya anak macam Diana. Jangankan menjadi wali nikah, mengakui Diana sebagai putri kandung pun saya merasa terhina," tegas Pak Praja.

1
irma hidayat
jahat banget kaivan jelmaan iblis, moga obsesinya tidak diwujudkan, renda dan Alisa selalu terlindungi
Myra Myra
betul bu Ani cepat bagi tahu diorang...kavian dah gila
irma hidayat
Rizki itu diatur Allah Swt pa Lukman jangan merendahkan orang lain hanya karna karyawan toko kue, nasib tuh berubah kalau diperjuangkan
irma hidayat
rumit ya chika
irma hidayat
kaivan jahat banget jadi orang ketakbahagianmu adalah buah yg kau tuai, jika tak sadar juga dari jahatmu maka tunggu hancurmu sehancur hancurnya
irma hidayat
lanjut thor
Ira Adinata: siap!
total 1 replies
irma hidayat
miris Diana karakter calon suami tak berbeda dengan ayanya
irma hidayat
bahagia banget akhirnya istri Rendra udah luluh buka hati ikhlas terima takdir, lanjut up nya thor semangat
irma hidayat
lanjut up nya thor
irma hidayat
bagus ceritanya thor meskil ilfil pada karakter kaivan masa perempuan hamil sama dia tega ditendang, tak layak dapat maaf
Reni Anjarwani
lanjut thor
irma hidayat
laki2 psiko kayanya kaivan, bahaya harus dibawa ke rmhskt jiwa
irma hidayat
mimpi tinggi Chika sampai ingin dapat ceo dari keperawananmu jadi ilfil
Reni Anjarwani
lanjut
Reni Anjarwani
lanjut thor
irma hidayat
katanya perempuan cerdas Alisa bukti vidio/potonya perlihatkan
Reni Anjarwani
doubel up thor
Ah Serin
alisa bodoh jangan jadi bayangan kaivan. lupa masalalu dan bina hidup baru dengan rendra
lanjut thorrrr.
Nur Adam
lnjut
Mundri Astuti
cihhhh Diana pake ngomong cinta, mana ada cinta yg diawali perselingkuhan, kamu tu cuma dianggap selingan, bersyukurlah Alisa ngga jadi sama kaivan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!