"Mereka mengira pertemuan itu adalah akhir, padahal baru saja takdir membuka lembar pertamanya.”
Ameena Nayara Atmaja—seorang dokter muda, cantik, pintar, dan penuh dedikasi. Tapi di balik wajah tenangnya, ada luka tersendiri dengan keluarganya. Yara memilih hidup mandiri, Ia tinggal sendiri di apartemen pribadinya.
Hidupnya berubah ketika ia bertemu Abiyasa Devandra Alaric, seorang CEO muda karismatik. Yasa berusia 33 tahun, bukan seperti CEO pada umumnya yang cuek, datar dan hanya fokus pekerjaannya, hidup Yasa justru sangat santai, terkadang dia bercanda dan bermain dengan kedua temannya, Yasa adalah anak yang tengil dan ramah.
Mereka adalah dua orang asing yang bertemu di sebuah desa karena pekerjaan masing-masing . Awalnya mereka mengira itu hanya pertemuan biasa, pertama dan terakhir. Tapi itu hanya awal dari pertemuan mereka. satu insiden besar, mencoreng nama baik, menciptakan gosip dan tekanan sosial membuat mereka terjebak dalam ikatan suci tanpa cinta
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nōirsyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kamar mayat??
Tok tok
Adrian membuka pintu. Pak Rudi, satpam rumah sakit, berdiri di ambang pintu.
"Maaf dok, tapi diluar ada yang mencari dokter Yara"
"Siapa? Kalau wartawan usir saja" Tegas Adrian
"Bukan dok, katanya dia utusan pak Yasa"
"Utusan pak Yasa? Buat apa dia mencariku?" Tanya Yara
"Saya kurang tahu dok, dia cuman mengatakan pak Yasa ingin bertemu dengan anda" Jawab pak Rudi
"Kamu mau ketemu dengan dia Yara?" Tanya Feli
Yara menggeleng
"Usir saja suruhannya itu, bilang dia tidak akan bertemu dengan Yara" jawab Adrian
"Baik Dok, saya permisi" ucap pak Rudi
"Yara, kamu di ruangan aku aja dulu ya. Gausah kerja dulu dan jangan keluar dari rumah sakit ini, wartawan masih menunggu di luar."
"Iya kak" jawab yara
Mereka semua meninggalkan ruangan Adrian, hanya tersisa Yara sendiri.
----
Di rumah yasa
Yasa baru saja menerima telepon dari suruhannya dan mengatakan Yara tidak ingin bertemu dengannya. Yasa sangat frustasi, dia tidak tahu harus menghubungi Yara dengan cara apa untuk membicarakan masalah ini. Sedangkan HP Yara bersama dengannya saat ini, karena tas Yara tertinggal di kamar semalam.
30 menit....1 jam...2 jam pun berlalu. Yasa terus saja gelisah, dia tidak tahu harus melakukan apa sekarang, keluar tidak bisa, bekerja tidak bisa. Yasa bangkit dari tempat duduknya.
"Nggak bisa seperti ini, aku harus temuin dia sendiri" Gumam Yasa.
----
Yara benar benar bosan di dalam ruangan itu, tidak melakukan apa-apa, tidak ada HP. Udara rumah sakit yang pengap seolah menyesakkan dadanya lebih dalam dari luka batinnya.
Yara berjalan keluar dari ruangan Adrian menyelusuri lorong rumah sakit, dia ingin mengecek pasiennya. Toh lagi pula tidak mungkin wartawan masuk ke dalam area rumah sakit, pasti ada satpam yang menghalangi pikirnya.
Ketika Yara berjalan banyak sekali yang memperhatikan dan membicarakannya. Ada yang melihat tatapan iba, dan ada yang menatapnya sinis seakan mencemooh seluruh harga dirinya.
Yara tahu mereka pasti sudah mendengar berita mengenai dirinya dan Yasa, Yara sangat tidak nyaman menjadi pusat perhatian.
Yara berjalan entah kemana, dia yang berniat mengunjungi pasiennya malah berjalan menuju belakang rumah sakit yang sepi dan hanya ada kamar mayat.
Tiba-tiba—
"Mmmph!"
Mulutnya dibekap dari belakang oleh seorang pria yang berpakaian perawat. Yara panik, ia menendang dan mencakar, tapi...
"Ssst! Diam, ini aku!"
Yara memukul tangan yang membekapnya.
"Aku bakal lepasin tanganku, tapi kamu janji jangan teriak. Oke?" Ucap Yasa, dia menyamar sebagai perawat di rumah sakit.
Yara mengangguk cepat. Tapi begitu Yasa melepaskan tangannya...
"TOLONG—"
Yasa membekapnya lagi, "Ck susah banget bilangin wanita keras kepala ini" kesalnya.
"kau jangan macam-macam atau aku akan benar-benar menyiksamu disini!" Ancam Yasa
Yara menendang kakinya
"AW" Yasa kesakitan tapi tenaganya lebih kuat daripada Yara sehingga dia tidak melepaskan tangannya.
Yasa membawa Yara ke dalam kamar mayat
Dia melepaskan tangannya dan menyenderkan Yara di dinding.
"APA YANG KAU LAKUKAN PADAKU!!. BUAT APA KAU KESINI HAH?!" Teriak Yara, mukanya memerah antara marah dan takut.
"Ck, tidak bisa kah kau santai? Aku ingin berbicara" jawab Yasa
"Aku tidak!" Yara mendorong dada Yasa
Yasa memegang erat kedua tangan Yara
"Nayara kau jangan susah diatur! Aku ingin membicarakan masalah ini denganmu. Kau pasti sudah membaca berita itu" geram Yasa
"Memangnya apa solusi mu hah??" Teriak Yara.
"Semua sudah terjadi dan menyebar dengan sangat cepat.
"Jadi kau mau diam saja?" Tanya Yasa, dia menatap tajam Yara
"Lalu kau mau apa? Menyuruh seluruh media berita menghapus berita itu? dan menyuruh semua orang diam dan melupakan apa yang sudah terjadi? huh, aku sangat kagum padamu tuan" Yara meledek
"Kita akan klarifikasi"
"Wow, jadi kau ingin menjelaskan satu persatu kejadian malam itu, dan mengatakan kau tidak memperkosa ku? Kau pikir semua orang akan percaya?"
"Tapi aku memang tidak melakukan apapun kepadamu!" Tegas Yasa, suaranya meninggi
"Dan mereka tidak akan segampang itu percaya padamu tuan!" Yara menekankan kalimatnya
"Aku akan menikahimu!"
"A-apa?" Yara sangat terkejut mendengarnya
"Kita akan melakukan konferensi pers, dan mengatakan bahwa kita hanya sepasang kekasih yang sedang dimabuk cinta dan akan segera menikah"
"KAU GILA?" Bentak Yara, dia mendorong keras dada Yasa.
"Keluarkan aku dari sini, aku tidak ingin mengikuti ide konyol mu itu!"
Tapi lagi-lagi Yasa menahan tangan Yara
"Dengarkan aku, cuman ini satu-satunya solusi agar kita selamat" pinta Yasa
"Hanya kau dan perusahaan mu yang selamat tuan. Lalu bagaimana denganku? Semua orang akan mencemooh ku wanita murahan!"
"Oh ayolah Naya, zaman makin maju, sex bebas sudah biasa di kota-kota besar seperti ini, mereka akan memakluminya!" Bujuk Yasa
"Tidak. Aku tidak akan mau menikah denganmu! Dan namaku bukan Naya!"
"Bukannya namamu Ameena Nayara Atmaja?" Tanya Yasa heran
"Ya tapi dipanggil Yara, bukan Naya!" tegas yara
"Memangnya kenapa kalau naya?" Tanya Yasa penasaran. Kenapa malah jadi beda topik?
"Aku tidak suka dan tidak terbiasa dengan nama itu, pokoknya aku ga mau dipanggil Naya!"
"Ck, haruskah kita mempeributkan hal ini?"
"Intinya aku tidak mau menikah denganmu! Tidak ada untungnya. dan aku tidak mau menikah dengan pria asing."
"Kau pikir aku mau menikah denganmu? aku juga tidak! aku hanya menyelamatkan perusahaanku"
Yara sangat sakit hati mendengarnya, dia tahu Yasa tidak mungkin menikahi orang sepertinya. Tapi kenapa rasanya sangat sakit? Kenapa orang-orang selalu memaksakan kehendaknya terhadap Yara? dari dia kecil hingga dia remaja, dia selalu di paksa ayahnya untuk berdiam diri di rumah dan hanya belajar, ketika dia kuliah temannya melecehkannya, dan sekarang? Dia dipaksa menikah dengan orang yang tidak dia cintai dan bahkan tidak mengenal pria itu. kenapa semua orang menganggap nya remeh?
Mata Yara berkaca-kaca, tapi sebisa mungkin menahan agar air matanya tidak jatuh, dia tidak mau menangis di depan Yasa!.
"intinya aku tidak mau menikah denganmu" kali ini nada nya tidak setinggi tadi. Yara mendorong Yasa dan berjalan pergi
Yasa juga tidak menahannya lagi, tapi...
"Kau ingin aku menghancurkan keluargamu?
Yasa berjalan mendekati yara, "Kau ingin melihat ayahmu di pecat dan tidak bisa bekerja di manapun?" lanjutnya lagi
"Aku tidak peduli dengannya!" ucap yara gemetar
"Kau yakin Naya? Kau tidak akan menyesal? Apa kau tidak kasihan melihat ayahmu di maki-maki oleh istrinya?" Yasa terdiam sejenak. "Sekarang keadaan berbanding balik bukan? Dulu ayahmu memperlakukan ibumu dengan sangat kasar, tapi sekarang ibu tirimu yang sering memarahi dan memaki ayahmu. Bahkan membuatnya bekerja banting tulang tanpa kenal istirahat" Lanjut Yasa
Yara berbalik menghadap yasa dan menatapnya tajam "Dari mana kau tau semua itu?" Ucapnya gemetar
"Apa yang tidak aku tahu dan apa yang tidak bisa aku lakukan?" tanyanya sambil tersenyum remeh
"Sekali lagi aku tegaskan Naya! aku tidak akan mengemis kepada siapapun, tapi jika memang kau tidak mau menikah denganku, aku akan membuat ay-"
"Aku akan menikah denganmu" potong yara cepat
"Pilihan yang bagus naya, kita akan melakukan konferensi pers malam ini" kata Yasa dan berjalan pergi meninggalkan Yara sendiri.
Air matanya tumpah, Yara ingin menangis dengan sangat kencang, tapi kemudian teringat...
"K-kenapa banyak mayat disini" Yara sangat ketakutan, dia membuka pintu dengan gemetar dan berlari dengan sangat kencang.
-----
To be continued