yang Xian dan Zhong yao adalah 2 saudara beda ayah namun 1 ibu,.
kisah ini bermula dari bai hua yg transmigrasi ke tubuh Zhong yao dan mendapati ia masuk ke sebuah game, namun sialnya game telah berakhir, xiao yu pemeran utama wanita adalah ibunya dan adipati Xun adalah ayahnya,,.
ini mengesalkan ia pernah membaca sedikit bocoran di game love 2 dia adalah penjahat utama, ini tidak adil sama sekali
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aludra geza alliif, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
pasar daging
Suara riuh menyambut mereka di pasar daging. Bau amis, anyir, dan sedikit aroma kematian bercampur jadi satu—kombo sempurna untuk bikin perut mual dan selera makan hilang, kecuali kau zombie.
Zhong Yao berjalan santai, seolah sedang meliput untuk acara kuliner ekstrem. Di tengah kerumunan, seekor sapi mengamuk, menolak dijinakkan. Si penjual sudah ngos-ngosan, sementara sapi itu tampak masih punya tenaga buat joget.
Zhong Yao mendekat. Matanya menyapu kotoran sapi di tanah seperti seorang detektif mencium aroma kejahatan.
Dengan senyum datar yang lebih mirip senyum ingin ngebacok, dia menatap penjual itu.
> "Aku bisa bantu kau menjualnya… asal kau jujur. Dari mana sapi ini?"
Suaranya tenang, tapi ada tekanan dingin macam kredit macet. Si penjual tampak panik.
> "Kalau tidak, aku sebarkan rumor bahwa keluargamu mencuri sapi kaisar. Siap-siap dipanggang bareng satenya."
Si penjual mencoba menggertak, tapi nadanya justru terdengar seperti anak ayam kehilangan induk.
> "S-siapa kau? Apa kau tahu siapa aku?!"
> "Kau saja nggak tahu siapa dirimu, ngapain tanya aku?" balas Zhong Yao, sambil menaikkan alis seenaknya.
Baru saja keributan naik level, Hua Jia datang dan langsung ngeh: itu sapinya! Tanpa basa-basi, ia mengangkat wajan bekas gorengan tahu dan—BAK!—mendarat pas di wajah si penjual.
Penjual panik dan lari terbirit-birit. Hua Jia mengejarnya sambil mengumpat macam penyiar bola.
Zhong Yao? Tentu ikut. Mau seru-seruan.
Tapi pengejaran ini malah membawa mereka ke kawasan pegunungan. Tanpa aba-aba, si pencuri meniup peluit nyaring.
Zhong Yao langsung menyipitkan mata.
> "Wah, ini pasti gawat. Ayo kabur!"
Belum jauh melangkah, sekelompok bandit gunung muncul. Mereka mengepung dengan tatapan khas tukang palak lintas generasi.
Zhong Yao mencoba bertarung... gaya bebas. Hasilnya? Panah bersarang di dadanya dan—BYUR!—dia jatuh ke jurang.
> "ZHONG YAO!" teriak Hua Jia histeris.
Pengawal Lu Yu datang terlambat. Lu Yu menyipitkan mata tajam, memberi perintah dingin.
> "Kejar para bandit itu."
Lalu ia menuruni jurang. Untungnya, Zhong Yao jatuh di tumpukan bambu dan tanah lunak. Masih hidup. Napas ada. Denyut nadi ada. Tapi kelakuan… ya tetap aneh.
Lu Yu menggendongnya dengan susah payah. Tubuhnya tinggi, beratnya hampir 160 jin. Bahkan Lu Yu, seorang pendekar, merasa punggungnya mau pensiun dini.
---
Saat itulah, kenangan lama Zhong Yao bangkit.
Ia bukan orang baik. Ia seorang psikopat fungsional. Main catur politik dengan nyawa orang sebagai bidaknya. Pernah mengacaukan seluruh pemerintahan untuk... hiburan.
Akhirnya, ayahnya sendiri mengusir dan menghancurkan kekuatan bela dirinya.
Saat diracun, dia memancing duel dengan Yang Xian dan… kalah. Masuk koma.
Lalu, muncullah Bai Hua—jiwa dari dunia luar yang kini menempati tubuh Zhong Yao.
> "Bai Hua... aku titip tubuhku, jaga baik-baik..."
> "Aku nggak mau jadi psikopat kayak kamu!" Bai Hua panik.
Namun roh Zhong Yao menghilang pelan-pelan sambil melambaikan tangan malas.
---
Zhong Yao (alias Bai Hua) terbangun. Kepalanya nyut-nyutan, tubuhnya penuh perban.
> "TIDAAAAAAK! Kenapa aku yang harus hidup di dunia tanpa Wi-Fi dan AC ini!?"
Ia bangun dan marah. Meja ditendang. Bantal dilempar. Bahkan sandal dijadikan senjata.
Lu Yu datang, ekspresinya datar tapi ada sedikit senyum geli di ujung bibirnya.
> "Sudah bangun? Sudah tenang?"
> "Kau siapa lagi, dasar NPC premium!"
> "Apa kau gila?" tanya Lu Yu mulai kesal.
> "Ya aku gila, dan sekarang lapar!"
Perutnya berbunyi keras. Lu Yu tersenyum kecil.
> "Pelayan, bawakan makanan untuk... Pangeran Xun."
Makanan datang. Zhong Yao langsung menyerbu ayam tumis... lalu berhenti.
> "Rasanya seperti... plastik mahal."
Ia menyingkirkan ayam dan hanya menyentuh mie kuah.
Lu Yu penasaran, ikut coba ayamnya.
> "Hmm... rasanya memang... biasa banget."
Zhong Yao tidak menggubris. Ia berdiri, berjalan ke balkon sambil menatap langit kelabu.
> "Aku akan bertahan... walau tanpa Netflix."