Sebuah kisah asmara dia orang anak remaja yang sudah berjalan hingga 2 tahun lamanya. Perjalanan cinta yang indah tapi retak di tengah perjalanan.
Dihadapkan dengan cinta baru oleh kehadiran orang yang baru. Perasaan yang dulu membara kini terasa hampa dan dingin.
Mampukah mereka mempertahankan kisah cinta mereka yang retak menjadi utuh. Atau melepaskan demi cinta baru yang membuat mereka bahagia. Mari kita ikuti kisah cinta mereka. Selamat membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marya Juliani Jawak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pemandangan Sakit Mata
Pagi telah menyapa, kini Permata sedang berjalan menuju ruang keuangan. Di depan pintu masuk langkahnya terhenti, jantungnya berdetak lebih cepat, matanya melotot melihat pemandangan yang ada di depan matanya. Pemandangan yang membuat mata dan kepalanya pusing.
Apa - apaan ini? Ini mereka betulan kah? Mataku gak salah kan?
Diva dari luar jendela berbincang dengan sang kekasihnya Ivana dan Pak Natan. Mereka bertiga tampak akrab dan berbincang secara ringan.
Pembicaraan mereka tidak terdengar oleh Permata. Matanya sedari tadi fokus pada kedua tangan yang saling berpegangan tangan di bawah meja. Ya... Natan dan Ivana saling berpegangan tangan sambil berbincang dengan Diva. Diva sendiri tidak tau atau tidak menyadari bahwa salah satu pegawai laki - laki tempat dia praktek sekaligus abang tingkatnya sedang bermesraan dengan sang pujaan hatinya.
Mata Permata menelusuri dari tangan mereka naik keatas. Hingga tatapan mata Permata ketemu dengan mata Diva tanpa sengaja. Mereka saling memandang. Ada kegusaran yang tersembur dari mata Permata. Sinar kemarahan, kekecewaan, dan kesedihan terpancar jelas di kedua matanya.
"Udah sampai aja. Aku duluan ya. Bye... bye.... " Suara Patricia mengagetkan semua orang. Permata mundur ke samping seolah menunggu Patricia untuk masuk ke ruangan secara bersama.
Sedangkan Natan dan Ivana langsung melepas tangan mereka. Perhatian Diva juga teralihkan oleh kedatangan Wendy.
"Ayo pulang" Ajak Wendy secara tiba - tiba datang mengalihkan atensi Diva.
"Pagi bang, pagi Ivana" Sapa Wendy menyapa yang ada di ruangan.
"Pagi pak, pagi kak." Ucap Patricia yang baru memasuki ruangan bersama Permata.
"Pagi" Ucap Permata acuh antara niat dan tidak niat.
"Ya udah yank, kami pulang dulu. Kamu juga langsung pulang, bersih - bersih, makan lalu istirahat ya." Ucap Diva dengan lembut.
"Ia sayang" Ucap Ivana dengan senyum manisnya.
"Ia sayang. Kamu juga yang semangat ya" Ledek Wendy pada pasangan di depannya.
"Eh Wendy, cari jodohmu. Jangan jodoh orang yang kau ganggu." Ucap Natan ikut nimbrung dengan kehadiran Wendy
"Kalau masalah jodoh, yang dibelakang Bapak pun bisa kalau aku mau." Ucap Wendy dengan PD melihat ke arah Permata dan Patricia.
"Ia kan dek" Goda Wendy dan Permata hanya cuek enggan membalas yang gak penting.
"Boleh bang, kalau mau datang ke rumah juga boleh." Goda Patricia menanggapi jawaban Wendy
"Ajar Wen ajar..... " Semangat Natan menggoda Wendy.
"Ya udah lah ayok pulang. Kami pulang dulu ya bang, Ivana, Dini dan calon pacar." Senyum Wendy sebelum benar - benar pergi pulang dengan Diva.
"Bapak shift malam ya?" Sedih Patricia karena tidak ada yang mengajak dia berbincang selama praktek nanti.
Permata langsung operan dengan Dini. Ia melanjutkan pekerjaan Dini yang belum selesai dan ia langsung fokus pada komputer dan berkas.
Ia. Kalian baik - baik sama ibu pegawainya ya." Nasihat Natan melirik Permata yang yang sudah sibuk mengerjakan pekerjaannya.
"Yah, enggak seru lah Pak. Kalau sama Ibu Pegawai nanti yang ada bersuara pun kami bisa salah." Canda Patricia
"Itu makanya baik - baik praktek, seperti teman mu itu. Baru aja sampai langsung kerja." Sindir Natan melihat kelakuan Permata
"Kalau Permata jangan di tanya pak. Isi kepalanya cuman belajar dan praktek aja." Adu Patricia mengenai temannya yang gila belajar.
"Itu makanya Permata pintar. Ia kan dek?" Bela Ivana yang membuat Permata mau tak mau menjawabnya.
"Ah, oh ia kak." Jawabnya singkat
"Biarlah Permata belajar. Jangan sampai dirimu stres ya Permata." Nasihat Dini pada Permata
"Ia kak." Jawabnya singkat kembali
"Lusa lah baru kita sama. Lusa kalian yang masuk sini lagi kan?" Tanya Natan pada Patricia
"Ia pak. Lusa lah baru ketemu kita." Senyum Patricia yang menyimpan sedikit kekecewaan. Ia merasa sangat cocok jika sudah berdinas dengan Natan. Mereka bisa bersantai maupun berbincang - bincang hingga waktu tidak terasa.