Rania Zakiyah, gadis berumur 21 tahun yang terpaksa nikah dengan laki-laki yang tidak dikenalnya. Akankah pernikahan mereka berlanjut atau harus berpisah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Star123, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Lanjutan bab sebelumnya ya.
Akhirnya mereka pergi untuk makan malam. Keyla mengajak mereka bertiga makan di sebuah restoran seafood terkenal. Keyla jelaslah yang memesan makanannya karena kalau menanyai satu-satu jawabannya pasti juga akan sama terserah. Keyla memesan berbagai macam makanan ada kepiting, lobster, udang serta cumi.
Grey, Rania dan juga Rafa sempat kaget ketika melihat berbagai macam makanan sudah hadir di meja makan mereka.
"Ini yakin habis?" tanya Rafa yang melihat Grey dan Keyla yang duduk disebrangnya. Rania duduk disamping Rafa.
"Habis, Kak" Keyla mengangguk-anggukan kepala dengan cepat. Keyla rasanya sudah tidak sabar untuk memakan apa yang baru saja di lihatnya. Setelah tahu Grey datang dan ada waktu bebas, Keyla segera mencari tahu kuliner yang enak di Surabaya lewat aplikasi tok tok. Syukurnya sekarang mereka berempat jadi yang dipesan Keyla ga akan terlalu mubazir atau terbuang sia-sia.
"Pacar Lu kecil-kecil makannya banyak juga ya. Untung saja calon suaminya kaya jadi masa depan cerah lah" sindir Rafa lalu tertawa. Grey langsung melempar kulit udang ke arah Rafa.
"Ga papa kecil yang penting hot" Grey asal ngucap aja sambil memasukkan seekor udang yang baru saja dikupasnya. Ucapan Grey sontak membuat ketiga orang yang berada di situ membulatkan matanya.
"Kak" Keyla duluan yang menegur, mulut calon suaminya ini.
"What? Waa, berita panas nih. Gue kasih tau Mama Tamara kalau ternyata kalian berdua sudah DP duluan" Rafa menepuk tangannya.
"Gak Kak, Kak Grey itu asal bicara. Kami ga ada ngelakuin hal kayak gitu. Bisa digantung sama mami kalau gue sudah begitu" kata Keyla mencoba meluruskan kesalahpahaman yang sudah dibuat calon suaminya.
"Sudah yang, santai aja gin. Kita begitu juga ga masalah, kalau hamil ya tinggal nikah" ucap Grey yang santai. G perlu waktu lama, Keyla langsung memukul bahu Grey.
"Kakak ini bukannya dijelasin malah tambah dibumbui" omel Keyla yang mukanya sudah memerah seperti kepiting rebus.
"Sudah-sudah, ayo makan. Kami percaya kok Key. Iya kan, Bang?" Rania menatap Rafa untuk memberikan jawaban atas pertanyaannya. Rania yang sejak tadi hanya jadi pengamat sekarang malah harus jadi pemisah.
"Iya, gue percaya" ucap Rafa mengakhiri perbincangan mereka sebelum makan. Keyla akhirnya bernafas lega. Berbeda dengan Grey yang sejak tadi tidak mengambil pusing.
"Mau tidur bareng abang?" tanya Rafa ketika mereka sudah berada di dalam mobil.
"Abang kan lagi sama Bang Grey?" jawab Rania yang sedang memasang safety belt, Rafa yang melihat langsung membantu Rania memasang safety beltnya. Shock. Lagi-lagi jantung Rania serasa berhenti saat itu juga, rambut Rafa menyentuh dagu Rania. Jarak mereka dekat. Bayang-bayang kejadian sebelum makan malam kembali hadir.
"Abang bisa ambil kamar lain. Mau ya? Abang ga bakal ngapa-apain kamu, kita hanya tidur bareng aja" Rafa melihat wajah Rania.
Plak. Rania memukul lengan Rafa. Hal yang sama yang dilakukan Keyla tadi. Segampang itukah laki-laki kalau bicara.
"Ga mau, Rania mau balik ke penginapan. Ga enak sama dokter Mala. Apalagi Rania belum beresin barang Rania. Ok" ucap Rania panjang lebar. Besok adalah waktu kepulangan mereka dan dokter Aida memberi waktu sampai jam 8 pagi karena jam 9 mereka harus sudah berangkat.
"Kita kan bisa tidur bareng di rumah. Sekarang kita pisah dulu ya. Jangan ngambek nanti gantengnya hilang" Rania mengusap wajah tampan Rafa, Rafa memejamkan matanya dan mengangguk. Sentuhan yang diberikan Rania di pipinya membuat Rafa mengalah.
***
Esok harinya, Rafa dan Grey kembali membuat kegaduhan. Tiba-tiba saja mereka sudah duduk manis di lobby. Kegantengan mereka membuat para mahasiswi sedikit goyah.
"Sayang dua-duanya sudah ada pawangnya" celetuk seseorang yang tidak jauh dari tempat duduk mereka.
"Iya, yang satu udah nikah e yang satunya sebentar lagi nyusul" balas teman satunya lagi.
"Ahhhh, beruntung banget sih Rania dapetin Pak Rafa. Apa ga sawang ya Rania kalau setiap hari dikelonin Pak Rafa?"
"Hush, bicaranya. Masih kecil"
"Kecil apanya? Kita ini sudah dewasa, sudah tahu cara bikin anak" mendengar kalimat itu, sekumpulan wanita yang berada dilingkaran tersebut tertawa.
"Bang Rafa.. Bang Grey. Ngapain disini?" tanya Rania yang baru saja datang ke lobby tempat dimana mereka berkumpul.
"Kami mau ikut pulang" jawab Grey.
"Kalian ga naik pesawat?" Rafa menggeleng.
"Sini" Rafa memukul kursi yang berada disampingnya, sejak mereka datang tidak ada yang berani untuk duduk disamping mereka berdua. Padahal masih ada 2 kursi yang kosong.
"Kita duduk bareng lagi ya" bisik Rafa di telinga Rania. Saat ini, Rania sudah duduk di samping Rafa. Banyak pasang mata yang memperhatikan mereka.
"Masih kangen?"
"Iyaaa, kangen banget" kalimat yang Rafa ucapkan sukses membuat pipi Rania bersemu merah. Rafa tersenyum melihat istri kecilnya malu. Hal ini tidak luput dari pandangan Arlo yang baru saja datang ke lobby.
Sepanjang mereka pulang, tangan Rania dan Rafa bertaut mesra. Rania juga tidak malu lagi menyandarkan kepalanya pada bahu Rafa. Pukul 8 malam mereka sampai di Penthouse Rafa, siapa lagi yang mengantarnya pulang kalau bukan Dustin yang direpotkan Rafa. Dengan bibir yang memggerutu, Dustin tetap menjemput Rafa dan Rania.
Motor Rania dibiarkannya bermalam lagi dikampus. Rafa tidak memperbolehkan Rania untuk pulang membawa motornya.
"Ahhhh, akhirnya sampai dirumah juga" ucap Rania masuk setelah Rafa sukses membuka pintunya.
"Malam ini tidur dikamar Abang" ucap Rafa membuat Rania mematung. Tangan yang tadinya diangkat ke atas dengan pelan kembali ke samping kiri kanan badan Rania.
"Bang"
"Ga ada penolakan, Rania. Kemarin abang bersabar, malam ini gak. Abang tunggu di kamar, jangan lama-lama" Rafa membalikkan badannya meninggalkan Rania yang masih saja diam ditempat. Rafa mengangkat ujung bibirnya.
Tiga puluh menit berlalu, Rania belum juga berkunjung ke kamar Rafa. Bolak-balik Rania berjalan maju mundur di depan pintu kamarnya.
"Arrgggghhh, Kami ga akan melakukannya malam inikan?" Rania menggigit ujung jarinya sambil melihat jam yang berada di dinding kamarnya.
Dengan keberanian yang sudah dikumpulkannya, Rania melangkah keluar kamarnya dan menuju kamar Rafa.
Tok.. Tok..
"Bang, ini Rania"
Tidak terdengar jawaban dari dalam karena kamar Rafa kedap suara namun tiba-tiba pintu terbuka. Tangan Rania ditarik masuk ke dalam kamar Rafa. Rania yang tidak siap menabrak dada Rafa yang sedang polos. Rania mengangkat kepalanya dan melihat ke wajah Rafa. Masih ada tetes-tetesan air yang berasal dari rambut Rafa.
"Kenapa masih pakai kerudung?" tanya Rafa yang melihat pakaian yang dikenakan Rania sama seperti pertama kali mereka tidur bareng..
"Itu.. Karena..." belum sempat Rania menjawab, Rafa sudah menarik dagu Rania dan menempelkan bibirnya diatas permukaan bibir Rania. Berbeda dengan yang di mobil tadi, kali ini Rafa mulai bermain di bibir Rania. Rafa mencium Rania dengan lembut, mengabsen bibir atas dan bawah Rania dengan bibirnya. .
"Manis" ucap Rafa setelah melepaskan ciuman mereka. Jangan ditanya lagi bagaimana wajah Rania, jelas banget sudah memerah. Ini adalah pengalaman pertamanya melakukan olahraga bibir dan Rafa, orang yang mengambil first kissnya,
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
beri dukungan di Novel terbaruku juga ya kak, jangan lupa kritik dan saran untuk membangun penulisanku