NovelToon NovelToon
SANG TERPILIH

SANG TERPILIH

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Fantasi Wanita / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Aludra08

Hiera seorang gadis yang selalu mendapat perundungunan, baik di kampus maupun di keluarga sendiri.
suatu malam dia disiksa ibu tiri dan keluarganya hingga meregang nyawa, tubuhnya pun dibuang ke sebuah jurang.
Hiera nyaris mati, namun sesuatu yang tak terduga terjadi dan memberinya kesempatan kedua.
apakah Hiera mampu bangkit dan membalas orang orang yang telah menyakitinya?
yuk ikuti kisahnya dalam cerita SANG TERPILIH.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aludra08, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

18

Stp 18

Margareth dan Hanna mengintip dibalik kaca jendela.

"Brengsek! Si Hanna itu diantar pulang siapa ya?" Gerutu Margareth.

Hanna menyipitkan matanya, berusaha melihat pengemudi mobil mewah itu.

Dan pada Saat pria yang mengantarkan Hiera sedikit melongokkan wajahnya keluar kaca mobil,mata Hanna seperti hendak lompat dari tempatnya.

"Itu.., itu Tuan Hugo! Bagaimana Si Hiera bisa kenal dengan Tuan Hugo?" Pekik Hanna dengan hati diliputi rasa iri.

"Siapa Tuan Hugo itu?"

"Dia itu Rektor universitas Tidaria ma, pria idola semua Siswi. Tuan Hugo itu Pria lajang terkaya se-Tidaria. Bahkan namanya terdaftar dalam sepuluh pria terkaya sedunia!"

Mata Margareth membulat sempurna. Kenapa gadis cupu itu bisa dekat dengan pria mapan seperti itu, sedang anaknya tidak.

"BRAKK!" Suara pintu dibuka lebar, membuat Margareth dan Hanna melonjak kaget.

Hiera menatap sinis kedua wanita di depannya. "Kalian gak ada kerjaan lain ya selain mengintip dan bergunjing?" Ucap Hiera sarkas.

"Katakan ada hubungan apa antara kamu dengan pria tadi? Apa kau tidur dengannya? Kau menjual diri?" Tanya Margareth

"Bukan urusanmu!"

"Kamu!! Sentak Margareth dan Hanna berbarengan.

"Apa? Mau apa kalian? Menyiksaku lagi? Memberiku racun? Coba kalau bisa!" Tantang Hiera dengan wajah terangkat.

Margareth hanya mampu menghela nafas menahan geram.

"Oh ya, kalian sudah beresin kamar utama belum?" Tanya Hiera memandang dingin dua wanita di depannya.

"Kalau belum nemangnya kamu mau apa?" Tanya Hanna Sinis. Bibirnya mencebik.

Hiera melangkah santai mendekati dua wanita itu. Kedua tangannya pelan namun pasti menjambak rambut mereka, hingga wajah mereka mendongak ke atas.

"Kalian jangan sok berkuasa lagi di rumah ini, ini rumahku! Jika kalian membangkang, ku pastikan kalian akan tidur di gudang mulai besok!" Ancam Hiera sambil mengencangkan cengkraman tangannya.

"Ampuuun, ampuuun Hiera, kamar nya sudah kami bersihkan kok!" Jerit mereka.

Hiera melepaskan cengkeramannya dari mereka, seringai sinis menghiasi wajahnya yang dingin.

"Bagus!"

Hiera melangkah masuk,menaiki undakan tangga lantai atas rumahnya, dimana kamar utama rumah ini berada.

"Aaaaaargh! Gadis brengsek!" Hanna mengumpat frustasi setelah Hiera terlihat masuk ke kamarnya.

"Ma, kita harus berbuat sesuatu!" Rengek Hanna pada ibunya.

"Tenang sayang, kita akan cari cara supaya gadis itu enyah dari sini,bahkan dari dunia ini!" Ucap Margareth dengan wajah dilumuri amarah dan kebencian

***

Lisa Masih terkapar tak sadarkan diri di atas ranjang ruma sakit. Selang infus menghiasi punggung tangan kanannya. Kedua mata gadis itu terpejam. Sedangkan monitor EKG di tepi ranjang atas kepalanya terlihat terus bergerak menandakan denyut jantung pasien masih berdetak.

Dari hasil pemeriksaan dokter, Lisa dinyatakan koma. Organ dalam gadis itu terluka parah, namun denyut jantungnya normal seperti layaknya manusia sehat. Lisa masih hidup tapi seperti mati.

Hanna menatap kasihan atas kondisi sahabatnya itu. Dia menghela nafas panjang.

"Hiera, gadis cupu sialan itu yang melakukan semua ini pada Lisa". Ucap Sharon lemah. Melihat tubuh Lisa yang babak belur, dia meringis pilu.

Hiera begitu kejam menyiksa Lisa. Sharon tak habis pikir, kenapa gadis cupu itu jadi begitu kuat, padahal dulu, jangankan menyiksa Lisa seperti ini, berkelit dari pukulan Lisa saja Hiera tak berani.

"Apa selama ini si Hiera pura pura lemah? Tapi untuk apa?" Gumam Sharon.

"Kita harus memikirkan gimana caranya menyeret si Hiera ke penjara! Dia harus dipenjara karena melakukan percobaan pembunuhan pada Lisa juga penganiayaan padaku!" Geram Alda sambil memegangi pipinya yang belum lepas perban dan jahitan.

"Lihat Hanna, gadis itu telah membuat wajahku cacat." Alda memandang Hanna dengan mata berkaca kaca.

"Hanna, atau kamu bisa laporin ulah si Hiera ini pada pengacaranya keluarga si Hiera, adukan perbuatannya itu, biar pengacara itu tahu si Hanna tak pantas dapetin hartanya".

"Benar tuh Hanna, kita semua berani kok jadi Saksi. Jika gadis itu tidak bisa kita jebloskan ke penjara, setidaknya dia tidak bisa menikmati harta kekayaannya". Tambah Sharon.

Hanna masih diam,menyimak. Matanya tenang menatap Lisa yang memprihatikan itu.

"Atau, kita bilang bahwa si Hiera itu pemakai narkoba, makanya dia bisa brutal memukuli teman kampusnya hingga masuk rumah sakit. Kita jebak dia dengan barang haram itu hingga dia membusuk di penjara." Tambah Alda.

Kini pandangan Hanna beralih pada Alda, ide yang sangat bagus. Alda tersenyum licik, kemudian menular pada Hanna dan Sharon.

***

"Terimakasih om Andi"

Hiera membungkukkan badannya pada pengacara itu. Tuan Andi baru saja menyelesaikan masalah biaya kuliahnya.

"Ini kartu debit Nona Hiera, nomor PINnya hari ulang tahun nona, nona bisa mengubahnya lagi nanti. Pergunakan uangnya sebaik mungkin ya". Tuan Andimenyerahkan sebuah kartu ATM pada Hiera. Gadis itu menerimanya dengan sumringah, kemudian kembali membungkukkan badannya, berterimakasih.

"Baiklah, om pamit dulu, jika ada masalah, jangan segan segan hubungi om ya!"

Hiera menganggukkan kepalanya sembari tersenyum. Tuan Andi kemudian berlalu dari hadapannya.

Hari ini tak ada lagi jam mata kuliah, tiba tiba Hiera ingin jalan jalan ke pantai. Menikmati sunset sepertinya menyenangkan di sore yang cerah ini.

Hiera menghentikan sebuah taksi, kemudian masuk ke dalamnya.

"Pantai cemara ya Bang!" Hiera menyebut nama sebuah pantai yang sering ia kunjungi.

Sopir itu mengangguk, kemudian melajukan taksinya dengan tenang.

Sesampainya di tempat tujuan, Hiera menyusuri bibir pantai dengan langkah riang. Bibirnya tak berhenti tersenyum saat ombak pantai menjilat nakal kaki jenjangnya.

Sore ini pantai cemara terlihat lengang, hanya tampak dua anak yang sedang berenang di sana. Tampaknya mereka anak nelayan sini

Semilir angin laut menerpa wajah Hiera, gadis itu menghirup segarnya aroma laut. Langit begitu biru nyaris tanpa Mega. Sungguh suasana yang sangat menenangkan.

Sesekali Hiera berselfi ria menggunakan ponselnya, kemudian mengunggahnya ke media sosial yang baru dia punya.

"Ting!"

Ponselnya berbunyi menandakan ada pesan masuk pada ponselnya.

Dia membuka aplikasi hijau itu. Seulas senyum terlukis di wajahnya ketika melihat pengirim pesan.

( Hei Kaiyo, kau sedang berada di mana?), Hugo.

(Aku sedang di pantai Cemara), Hanna.

( Boleh aku vicall?) Hugo.

( Boleh, emoticon senyum), Hiera.

Tak lama kemudian sebuah panggilan video call terpampang di layar ponselnya.

Wajah Hugo yang tampan terpampang jelas di layar ponsel Hiera.

"Kamu dengan siapa di sana?" Tanya Huhi.

"Sendirian aja, aku ingin menunggu sunset di sini".

"Andai aku ada di sana, kita bisa menikmati momen itu berdua". Suara Hugo terdengar menyesal.

Hiera hanya tersenyum.

"Hiera..," Hugo menyebut nama gadis itu lembut. "Aku kangen kamu.

Hiera hanya mampu memalingkan wajahnya yang bersemu, tersipu malu.

"Hiera.., aku mencintaimu".

Suara Hugo diseberang sana tak lagi Hiera hiraukan saat obsidian sebiru samudera itu melihat ke arah laut lepas.

Di tengah laut tiba tiba cuaca berubah mendung. Awan hitam datang bergulung gulung disertai petir yang saling menyambar.

Dan mata Hiera terbelalak lebar saat melihat ombak setinggi pohon kelapa sedang bersiap menyapu pantai.

Jeritan dan pekikan terdengar riuh. Semua manusia sibuk menjauh menyelamatkan diri.

"Hiera! Ada apa? Apa yang terjadi?" Tanya Hugo di seberang sana ketika dia mendengar keributan di sekitar gadis itu.

"Tuan Hugo maaf! Sesuatu sedang terjadi di pantai ini, aku tutup dulu teleponnya!" Jerit Hiera di tengah riuh suara kepanikan.

"Hiera! Hie....,"

Suara Hugo terputus saat Hiera mematikan teleponnya.

Dua anak kecil yang sedang berenang tadi, berebut keluar dari air, namun sepertinya dua anak itu tak akan selamat. Air laut keburu datang menggulung mereka.

Tak ada yang peduli pada mereka, semua sibuk menyelamatkan diri masing masing.

Hiera berusaha menahan ombak dengan kekuatannya, namun kekuatannya itu hanya mampu menahan sedikit pergerakan ombak. Hiera terus berusaha sekuat tenaga, agar ombak tidak sampai ke pemukiman.

Namun kekuatan ombak itu semakin besar. Sekilas Hiera melihat sesosok wanita di tengah laut sana, menjulang sangat tinggi. Wajahnya sangat menyeramkan, dan matanya yang laksana petir itu memandang penuh amarah ke daratan.

Hiera tertegun. Siapa sosok wanita itu?

Hiera pun bingung, antara harus menolong dua anak yang tergulung ombak itu, atau terus menahan pergerakan ombak itu supaya tidak menimbulkan kerusakan parah. Tapi dia harus menahannya sampai kapan? Sementara dua anak itu mungkin saja akan kehilangan nyawa.

Pada akhirnya Hiera berlari dengan cepat, menyongsong ombak yang datang. Dia harus menyelamatkan anak yang tergulung ombak itu. Tubuhnya kini berenang secepat ikan marlin. Meskipun air laut begitu pekan, Hiera masih bisa melihat sekitar dengan baik.

Dua anak itu tengah mengambang terombang ambing terbawa ombak. Sepertinya mereka sudah tak sadarkan diri. Hiera segera mengangkat tubuh mereka, membawanya ke tempat aman.

Ketika Hiera menginjak tempat yang lebih tinggi, ombak laut perlahan kembali tenang.

Hiera meletakkan kedua anak itu di atas tanah. Kedua tangannya bergerak berputar di atas mulut anak anak itu.

Air yang berada dalam perut anak anak itu secara ajaib keluar. Mereka terbatuk batuk,kemudian segera siuman.

Hiera bernafas lega. Dia tersenyum pada dua anak yang sedang menatapnya heran. Pada pikir dua anak itu, pasti mereka sudah diselamatkan oleh Dewi laut, sebab gadis yang menolong mereka itu sangat cantik.

"Terimakasih sudah menyelamatkan kami. Apa kau seorang peri?" Tanya salah satu anak dengan wajah polos.

Hiera tersenyum lembut, "bukan, aku manusia seperti kalian. Jangan khawatir, kalian sudah selamat, sekarang pulanglah!" Titah Hiera.

Tanpa banyak kata dua anak itu membungkukkan badannya ke arah Hiera, kemudian mereka pun pergi.

Hiera memandang laut yang ombaknya perlahan kembali tenang. Pikirannya berkecamuk sekarang.

Kenapa laut yang tenang tiba tiba mengamuk? Dan sosok itu! Siapa sosok perempuan yang menjulang menyeramkan di tengah laut itu?

Kenapa ombak laut bisa tiba tiba tinggi dan seolah dihempaskan oleh kekuatan yang sangat besar?

Berbagai pertanyaan berkecamuk di benak Hiera. Dia harus segera menemukan jawabannya.

1
Fransiska Husun
dan tidak jadi lg karena ad penguntit
Muliati Sherina
ceritanya seru
Diyah Pamungkas Sari
hiiii....serem nya si pangeran.
Aludra08: ganteeeeng
total 1 replies
Diyah Pamungkas Sari
kmren pas baca sm si hugo kyk ad yg kurang gt klo misal jd sm hera. apa sm pangeran ki aja?
Aludra08: Hugo ganteng loh
total 1 replies
Diyah Pamungkas Sari
ikan laut dalam bukan?? yg ad lampu d antenanya gitu???
Aludra08: angker fish
total 1 replies
Diyah Pamungkas Sari
liat notif lgsg gass...seruuuuu
Diyah Pamungkas Sari
seruuuuuuuuuu!!!!! ❤️❤️❤️❤️❤️❤️
Aludra08: terimakasih sudah mampir ya 🥰
total 1 replies
Star
Cerita nya bagus kak 😍
Aludra08: terimakasih banyak atas dukungannya 🙏☺
total 1 replies
@Risa Virgo Always Beautiful
lautan memang bikin hati adem
pєkαᴰᴼᴺᴳ
ceritanya menarik kk
Aludra08: terimakasih ya 🥰
total 1 replies
🌺Ana╰(^3^)╯🌺
Aku rela begadang supaya bisa selesain baca cerita ini. Seru banget!
Aludra08: terimakasih atas dukungannya ya 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!