Karna obsesinya pada seorang pria tampan, Kimmy nekad menjebak pria itu untuk menjadi suaminya, sampai sang pria tidak memiliki pilihan untuk melarikan diri.
Sipatnya yang bar-bar, ceroboh, dan semaunya, membuatnya merasa terperangkap dengan jebakannya sendiri, ia merasa terpenjara di tempat suci bernama pondok pesantren.
Tempat itu tak lantas langsung merubah diri Kimmy dengan cepat, berbagai tingkah ajaibnya selalu mewarnai orang-orang sekitarnya.
Lantas bagai mana dengan kisah cintanya bersama pria tampan?, yang merupakan seorang anak dari pemilik pondok pesantren. Semua orang memanggilnya Gus Ridwan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indahnya halu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Akan tetap memaksa
"Ridwan sampai semarah itu hanya karna aku belum mengembalikan uangnya, sebenarnya jika aku menjual kembali mobil itu pasti cukup untuk mengembalikan uangnya tapi aku masih sayang sama mobil itu, tapi apa boleh buat semua ini karna kakak-kakakku yang berubah jadi pelit." Kimmy segera meraih ponselnya untuk mentrasfer uang yang ia miliki ke rekening suaminya yang ia pegang, sisanya akan ia lunasi jika ia mendapat pinjaman. Tapi jika tidak dapat juga ia akan menggadaikan mobilnya atau lebih parahnya ia akan menjualnya.
Ridwan kembali ke kamar saat istrinya sudah tertidur, Kimmy sudah berganti pakaian menggunakan piama bertangan panjang.
Pria itu segera menaiki ranjang dan ikut terlelap.
.
Pagi-pagi sekali saat Ridwan pulang dari mesjid seusai mengerjakan shalat subuh, istrinya menghampirinya dan menyerahkan dua kartu Atm ia pernah ia berikan tempo hari.
"Aku kembalikan kartu ini, uangmu yang telah aku pakai telah aku pakai untuk membeli mobil telah aku kembalikan semua, kau bisa mengeceknya sendiri. Jadi tidak usah mendiamkanku lagi."
"Dari mana kau mendapatkan uang sesingkat itu?"
"Biar itu menjadi urusanku. "
"Kau mencuri?, kakakmu tidak mungkin memberikan uang padamu aku sudah melarang mereka."
"Pantas saja, sudahlah yang penting aku sudah melunasi hutangku padamu, terserah kau mau terus mendiamkankupun aku tidak perduli."
"Dek, aku mendiamkanmu bukan karna masalah uang, tapi aku ingin kau terbuka padaku, aku ingin setiap yang kau lakukan kau berbicara dulu padaku bukan seenaknya memutuskan sendiri. Hargai aku sebagai suamimu."
"Terserah saja aku malas berdebat."
Kimmy meletakan kedua kartu itu di atas nakas, ia akan segera beranjak pergi.
"Maaf," Kata itu yang keduanya tunggu, pada akhirnya Ridwan mengalah dan mengucapkan itu lebih dulu.
"Maaf membuatmu tersinggung. Aku tidak keberatan kau membeli apapun dengan uang itu dengan kartu itu, tapi aku ingin kau selalu berbicara dulu padaku. "
Kali ini Aku jangan luluh dengan bujuk rayunya karna masih kesal Kimmy berniat meninggalkan Ridwan, tapi secepat Kilat Ridwan mengunci pintu kamar.
"Aku tau hari ini kamu ga ada kelas, Dek. Aku lagi ingin jadi layani aku."
"Aku masih kesal padamu jadi jangan minta jatah padaku." Raut wajah Ridwan tidak sedap di pandang pun ia tidak memperdulikan ucapan istrinya.
"Kau adalah istriku, aku halal menggaulimu meskipun tanpa seijinmu."
"Aku sungguh sedang tidak ingin."
"Aku tetap akan memaksa."
"Tolong untuk kaki ini saja, setelah aku siap aku akan mendatangimu."
"Kau hanya perlu diam dan nikmati."
Ridwan mulai mencumbu istrinya, tidak dia perdulikan penolakan demi penolakan sang istri ia tetap menjalankan keinginannya dalam memuaskan dahaganya.
Tidak ada Era ngan atau des ahan dari mulut istrinya, yang Kimmy lakukan hanya bungkam menutup mulutnya dengan rapat, ia tidak bisa menolak keinginan suaminya yang terus memacu diri di atas tubuhnya, Kimmy bahkan memalingkan wajah tak ingin menatap suaminya yang tengah mengejar kepuasannya.
Kali ini Kimmy tidak menyukai saat Ridwan menggagahinya, bahkan pria itu tidak mengucapkan basmalah saat pertama mau memulai penyatuan.
Rema san, serta gigitan Ridwan kali ini tidak main-main kasar dan menyakitkan, terutama di bagian dadaa dan lehernya.
Ridwan menyadari bahwa istrinya tidak menikmati permainannya kali ini, ia mengerti karna tadi ia tidak meminta baik-baik atau membujuk istrinya dengan benar, yang ia lakukan tadi justru terkesan memaksa istrinya, keinginannya bercinta sedari semalam membuatnya tidak bisa bertindak jernih. Bahkan di saat Ridwan semakin cepat menggerakan pinggulnya ian semakin menger ang tak terkendali.
"Di luar!, aku tidak sudi menampung benih yang kau keluarkan bukan karna tuhan."
Ya Ridwan lupa menyebut bismillah saat memulai dan ia menyadarinya, saat ia sudah mulai berdenyut Ridwan segera menarik diri dan ia tumpahkan di atas perut istrinya
"Ahhh.. " Era ngan lega terasa pada ditrinya, cairan kental berwarna putih susu itu tumpah dan memancar jauh dari perut hingga ke wajah istrinya, menandakan berapa dahsyat pelepasan yang ia dapatkan.
Tanpa kata Kimmy segera memungut pakaiannya dan segera masuk kamar mandi untuk membersihkan diri.
Kimmy menangis di bilik mandi sembari menatap pantulan dirinya di atas cermin besar, tubuhnya di penuhi dengan tanda memar, pinggangnya juga sakit, karna Ridwan mencengkramnya terlalu kuat, pun dengan lehernya bahkan tangan kekar itu nyaris menvekiknya membuatnya nyaris kesusahan bernapas. Luka memar di tubuhnya tidak seberapa di bandingkan dengan luka hatinya.
Sakit, Kimmy merasa sakitnya di perlakukan secara kasar.