Sepanas Cinta Juragan Cabe

Adelia menatap sekeliling, kedua matanya mengagumi tempat yang akan sering dia jadikan tempat paling favorit untuknya, kamar tidur yang luas dan mewah.

Balkon menghadap langsung ke taman depan, semilir angin menerbangkan rambutnya yang sebagian tidak terikat kuat. Senyumannya terlihat saat kedua tangannya mencengkeram pelan pembatas balkon seraya menghirup udara segar di tempat baru ini.

"Gimana, kamu suka kan?" Ucap Azkha yang baru saja datang setelah mengecek kamar mandi.

Dia memastikan kalau semua yang ada didalam rumah ini siap untuk digunakan istrinya, Azkha tidak ingin ada satu masalah pun yang istrinya dapatkan ketika mereka menempati kediaman baru yang membuat Adelia nantinya tidak nyaman.

"Suka kok, suka banget malahan. Makasih ya Mas," Ujar Adelia seraya membalikan tubuhnya menghadap pada Azkha.

Keduanya saling berpandangan, bibir Adelia tersenyum kala melihat Azkha terus saja menatapnya intens. Perlahan tangan Adelia terulur menyentuh rahang berbulu tipis suaminya, memberikan usapan lembut yang membuat Azkha memejamkan kedua matanya dan perlahan mendekatkan wajahnya pada Adelia.

Tidak lama kedua bibir itu kembali bertemu untuk kesekian kalinya, Azkha memberikan ciuman intens bahkan melum*t lembut bibir merah Adelia hingga membuat perempuan cantik itu mati-matian mencari pegangan pada tubuh Azkha.

Tanpa peduli dimana mereka sekarang Azkha terus saja mencumbu istrinya padahal mereka masih di balkon, kemungkinan besar bisa saja ada orang yang melihatnya.

Tapi sepertinya Azkha dan Adelia tidak peduli, mereka terus saja menautkan bibir dengan desah*n tertahan. Ciuman keduanya semakin liar, tanpa beban dan tanpa melepaskan tautan bibirnya Azkha menggendong Adelia di depan membawanya masuk kedalam kamar tanpa menutup pembatas balkon, membiarkan semilir angin menerpa ke dalam ruangan tersebut untuk sedikit menurunkan suhu panas disana.

Entah siapa yang memulai duluan, pakaian yang Adelia kenakan sudah tertanggal tidak lagi membungkus tubuhnya yang indah, menyisakan sepasang underware hitam yang mungkin tidak akan lama lagi terhempas jauh darinya.

Azkha pun sama, dia sudah setengah telanjang menyisakan boxer ketat yang membungkus cabai jalapeno kebanggaannya yang selama ini tidak pernah dipanen oleh siapapun, padahal sudah kelewat matang.

Gula ranum milik Adelia terasa manis untuk Azkha kala dia dengan nakalnya bermain disana, tidak peduli dengan erangan tertahan Adelia yang semakin merasakan pedas dan panas padahal mereka belum sampai membuat sambal rujak.

"Kamu yakin mau sekarang, enggak mau nunggu nanti mal-,"

"Lakuin! aku udah kepedasan tau gak, Mas Azkha tega gitu sama aku!" Sentak Adelia dengan suara tertahan, kedua matanya terpejam erat karena tidak ingin melihat Azkha sekarang, dirinya malu.

Apalagi saat ini Azkha masih berada di antara kedua kakinya, dia tahu apa yang sedang dilakukan laki-laki itu. Azkha tengah memanen gula dan kacang untuk nanti dijadikan rujak pedas dan panas.

Tanpa mau melihat Adelia ngambek Azkha kembali melakukan tugasnya, siap untuk mengulek sambal jalapeno miliknya hingga bercampur dengan kacang dan gula Adelia yang manis dan gurih.

🌶

🌶

🌶

Selang beberapa jam berlalu, Adelia terdiam didalam mobil bersama Azkha untuk kembali pulang ke kediaman mertuanya. Setelah mereka rujakan di siang hari dirumah baru milik mereka itu Adelia merasa sedikit malu.

Ingatannya kembali tertuju pada ulekan Azkha yang benar-benar hot, pedas, panas juga bikin nagih. Gula dan kacang miliknya saja sampai tumpah-tumpah dibuatnya hingga menghasilkan sambal rujak yang mantap.

"𝘈𝘬𝘶 𝘦𝘯𝘨𝘨𝘢 𝘯𝘺𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢 𝘴𝘪𝘩 𝘶𝘭𝘦𝘬𝘢𝘯 𝘤𝘢𝘣𝘦𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘢𝘮𝘱𝘦 𝘴𝘦𝘨𝘦𝘥𝘦 𝘪𝘵𝘶? 𝘌𝘮𝘢𝘯𝘨𝘯𝘺𝘢 𝘔𝘢𝘴 𝘈𝘻𝘬𝘩𝘢 𝘢𝘥𝘢 𝘬𝘦𝘵𝘶𝘳𝘶𝘯𝘢𝘯 𝘣𝘶𝘭𝘦 𝘺𝘢, 𝘬𝘢𝘵𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘤𝘶𝘮𝘢 𝘣𝘶𝘭𝘦 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘶𝘯𝘺𝘢 𝘶𝘭𝘦𝘬𝘢𝘯 𝘨𝘦𝘥𝘦 𝘥𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘯𝘫𝘢𝘯𝘨, 𝘬𝘰𝘬 𝘔𝘢𝘴 𝘈𝘻𝘬𝘩𝘢 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘱𝘶𝘯𝘺𝘢. 𝘈𝘥𝘶𝘩 𝘪𝘯𝘪 𝘢𝘬𝘶 𝘮𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘱𝘦𝘳𝘪𝘩, 𝘶𝘭𝘦𝘬𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘣𝘦𝘯𝘦𝘳𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘯𝘵𝘦𝘱 𝘢𝘬𝘶 𝘴𝘶𝘬𝘢, 𝘪𝘪𝘩𝘩𝘩... 𝘱𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘬𝘢𝘯 𝘸𝘢𝘭𝘢𝘶𝘱𝘶𝘯 𝘴𝘢𝘬𝘪𝘵."

Adelia menelan salivanya kasar, dia diam-diam terus melirik pada Azkha yang mulai memasukkan mobil ke dalam halaman rumah Bunda Cia.

Suaminya itu tidak banyak bicara, Azkha hanya terlihat lebih sumringah dan segar bahkan tidak jarang Adelia bisa melihat senyuman di bibirnya sepanjang perjalanan pulang karena mereka harus izin terlebih dahulu pada Kanjeng Ratu sebelum memutuskan untuk tinggal sendiri dirumah itu.

"Ayo Sayang, pelan-pelan turunnya." Ucap Azkha seraya mengulurkan tangannya pada Adelia.

Dia melebarkan senyumannya kala melihat wajah malu-malu istrinya, Azkha terus saja menatap Adelia dengan nakal hingga membuat perempuan itu semakin salah tingkah.

Adelia berjalan perlahan, sebisa mungkin dia terlihat biasa agar orang-orang dirumah ini tidak menyadari keanehannya sekarang.

Kedua mata Adelia melotot kala melihat suasana rumah Bunda Cia ternyata ramai, saudara ipar dan saudara lainnya masih berkumpul disini ternyata.

𝙃𝙖𝙙𝙪𝙝, 𝙖𝙡𝙖𝙢𝙖𝙩 𝙞𝙣𝙞 𝙢𝙖𝙝!

"Loh kalian udah pulang? Sore banget sih, kalian engga makan siang. Padahal Bunda udah masak banyak kirain kalian pulang pas makan siang." Bunda Cia menyambut kedatangan Azkha dan Adelia, interaksi mereka mengalihkan atensi para saudara Azkha menatap pada keduanya.

"Iya Bun, kita beres-beres rumah dulu, maaf enggak ngabarin." Sahut Azkha lembut, dia segera membawa Adelia menuju kursi yang duduki oleh Ais adiknya.

Dia tahu kalau Adelia masih tidak nyaman dengan area bawah tubuhnya karena ulahnya. Sayangnya pergerakan Adelia tertangkap oleh mata seseorang yang jeli, Delila istrinya Baron terus saja menelusuri setiap lekuk tubuh keponakannya tersebut.

"Aduh penganten kita udah ngerujak siang-siang, pantesan kagak pulang pas makan siang." Bisiknya pada seseorang yang berada tepat disampingnya. Dia terkikik geli, merasa senang karena tidak lama lagi akan ada bayi baru di keluarga ini.