Tidak menginginkan menjadi duri dalam hubungan dua orang yang saling mencintai. Tetapi takdir sudah menjadi seperti itu. Kesalahan besar yang membuat Aletta harus berada diantara hubungan Thalia Kakak kandungnya dengan Devan orang yang seharusnya menjadi Kakak iparnya.
Aletta kehidupannya sudah dihancurkan, berusaha menerima takdirnya dan mengalah demi kebahagiaan sang Kakak. Tetapi ternyata semua tidak mudah.
Lalu bagaimana Aletta harus berada di posisi yang benar-benar sangat sulit ini?
Apa dia mampu bertahan?
Siapa yang menjadi korban sebenarnya!
Lalu siapa yang paling tersakiti dalam hal ini?"
Jangan lupa untuk mengikuti novel terbaru saya sampai selesai. Jangan tabung bab dan terus dukung dengan beri komentar.
Follow Ig Saya ainuncefeniss
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonecis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 33 Vallen Hilang.
Mentari pagi kembali tiba. Kamar tempat percintaan pasangan itu sudah kembali rapi dengan Devan yang membersihkannya
Aletta yang masih tertidur di atas ranjang tertutupi selimut putih. Devan merapikan selimut Aletta agar tertutup seluruhnya pada tubuhnya.
Aletta sama sekali tidak terbangun yang masih tetap memejamkan mata, walau sinar matahari masuk dari sela-sela jendela yang tetap saja tidak menganggu tidurnya.
Devan mencium lembut kening Aletta.
"Tidurlah yang nyenyak Aletta," ucap Devan yang melihat Aletta sebentar dan kemudian langsung meninggalkannya.
Tidak lama Devan pergi, mata Aletta yang terbuka. Aletta membuka dan menutup kembali sampai akhirnya terbuka dengan sempurna.
Aletta melihat di sekitarnya yang tampak sepi yang tidak ada siapa-siapa. Aletta menghela nafas dan mencoba untuk duduk dengan memegang selimut yang berada di dadanya.
Aletta melihat ke atas nakas yang terdapat sarapan.
"Apa dia menyiapkan semua ini?" batin Aletta dengan penuh tanya.
Aletta jelas masih mengingat bagaimana dia dan Devan menghabiskan malam bersama. Aletta memejamkan mata sembari mengusap wajahnya menggunakan kedua tangan dengan kembali membuang nafas perlahan kedepan.
"Apa yang aku lakukan adalah kesalahan dan aku sudah tahu itu. Aku tahu semua itu adalah kesalahan besar. Lalu kenapa aku masih bertahan pada titik ini?" batin Aletta dengan mata terpejam.
"Apa aku kembali mengkhianati kak Thalia!" ucapnya yang merasa sedih
"Aku tidak tahu apa semua ini bisa berjalan atau tidak?" batin Aletta yang sebenarnya sampai detik ini belum bisa mengambil keputusan yang tegas.
Jika Aletta yang terus saja galau dengan perasaannya. Berbeda dengan Devan yang ternyata bersama dengan Thalia di depan Resort.
"Aku mencari kamu semalaman dan kamu tidak mengabariku," ucap Thalia dengan wajah kesalnya berdiri di depan Devan sembari kedua tangannya dilipat di dadanya.
"Aku minta maaf yang seharusnya aku mengabari kamu. Tetapi ponselku mati. Aku pikir juga kamu sudah tidur, jadi aku sama sekali tidak bermaksud untuk mengganggu kamu," ucap Devan memberikan alasan.
"Ya sudahlah yang terpenting kamu tidak apa-apa dan memang baik-baik saja," jawabnya yang membuat Devan menganggukkan kepala.
"Aku juga tidak tahu apakah Aletta sudah kembali atau tidak. Tadi malam kamarnya juga di kunci dan aku tidak enak jika harus menyuruh Bayu untuk mengambil kunci serap," ucap Thalia.
"Aletta sudah baik-baik saja, kamu tidak perlu khawatir padanya," ucap Devan.
"Darimana kamu tahu kalau dia baik-baik saja?" tanya Thalia.
"Hmmm, aku melihatnya masuk ke kamarnya dan mungkin terjadi hanya butuh waktu sendiri," jawab Devan yang pasti ada saja alasannya.
"Begitu!" sahut Thalia.
"Sayang ayo kita sarapan, jangan hanya cerita saja!" ajak Thalia membawa Devan untuk duduk dan Devan menurut saja.
Thalia tidak terlalu banyak tanya dan tidak mencurigai yang tidak kelihatan di malam hari karena memang Devan memiliki alasan yang masuk akal.
"Sayang kamu tunggu sebentar di sini. Aku mau ambil sup dulu," ucap Thalia yang membuat Devan menganggukkan kepala.
Thalia tersenyum dan langsung pergi. Devan menghela nafas dan meneguk kopi yang disiapkan di sana.
Devan mengerutkan dahinya ketika melihat Aletta dari kejauhan yang berlari buru-buru
"Aletta!"
"Ada apa dengannya?" tanyanya yang seketika khawatir.
Karena Devan sangat khawatir terjadi sesuatu pada Aletta yang akhirnya Devan meninggalkan meja makan itu.
Aletta berlari sembari menelpon dengan panik yang membuatnya bertabrakan dengan Devan yang hampir saja wanita itu jatuh dan untung kedua tangannya ditahan Devan.
"Aletta kamu kenapa?" tanya Devan menatap serius wajah Aletta dengan kepalanya sedikit menunduk dan melihat wanita itu tampak menangis.
"Devan..." lirih Aletta
"Ada apa Aletta?" tanya Devan semakin panik.
"Vallen hilang," jawab Aletta yang membuat Devan kaget dengan mata melotot.
"Apah!" pekik Devan.
"Aku tidak tahu apa yang terjadi. Aku harus mencari Vallen," ucap Aletta yang tidak ingin membuang-buang waktu langsung berlalu dari hadapan Devan.
"Aku ikut Aletta," ucap Devan menahan Aletta
"Bagaimana dengan kak Thalia?" tanya Aletta.
"Apa kamu masih sempat memikirkan perasaan orang lain dalam keadaan seperti ini hah!"
"Ayo kita cari Vallen!" Devan menggenggam tangan Aletta dan langsung membawa Aletta pergi.
Devan bahkan sama sekali tidak peduli dengan Thalia, mau seperti apapun Thalia, bagi Devan yang terpenting bisa menemani Aletta pergi.
Thalia yang sudah kembali ke meja makan dan heran tidak melihat kekasihnya berada di sana.
"Kemana Devan?" tanya Thalia bingung yang melihat di sekitarnya dan juga tetap tidak ada Devan.
"Apa-apaan sih Devan? kenapa dia suka sekali menghilang, heran banget lihat Devan!" ucapnya dengan emosi yang mana mood Thalia yang kembali berantakan.
***
Pesawat.
Aletta dan Devan yang sudah berada di dalam pesawat yang mencari penerbangan paling awal yang mereka bahkan meninggalkan sebagian barang-barang mereka di dalam kamar masing-masing.
Aletta sejak hari tidak berhenti menangis yang benar-benar sangat mengkhawatirkan Vallen yang hilang dari tempat latihan baletnya.
Aletta sangat schok yang baru saja kembali dari kamarnya dan mendapatkan kabar bahwa putrinya hilang.
Devan menggenggam tangan Aletta yang mencoba untuk menenangkan Aletta.
"Semua akan baik-baik saja? Kamu harus percaya padaku," ucap Devan.
"Ini semua salahku, aku tidak seharusnya meninggalkan Vallen. Aku sudah berjanji pada Vallen untuk pulang dan aku malah tidak melakukan hal itu. Aku ibu yang tidak becus mengurus anak," ucap Aletta yang menangis terus.
"Tidak semua Aletta! Tidak semua yang terjadi adalah kesalahan kamu. Aku juga memiliki tanggung jawab atas hilangnya Vallen. Kamu jangan terus-terusan menyalahkan diri kamu!" tegas Devan.
"Lalu bagaimana jika terjadi sesuatu pada Vallen? Bagaimana jika ...."
"Aletta sudah kamu jangan berpikiran negatif dulu," Devan memotong kalimat Aletta.
"Percaya padaku akan baik-baik saja," ucap Devan yang membuat Aletta terdiam.
Devan membawa Aletta ke dalam pelukannya agar Aletta benar-benar tenang.
"Kita berdoa dan yakin jika yakin jika Vallen akan kembali," ucap Devan.
******
Devan dan Aletta sudah berada di Jakarta dan bahkan mereka sudah ke kantor Polisi untuk melaporkan kejadian atas kehilangan Putri mereka berdua.
Orang tua Aletta juga ada di sana. Tetapi tidak ada pertanyaan kenapa Devan dan Aletta datang secara bersamaan dan di mana Thalia. Orang tua Aletta juga sangat mengkhawatirkan cucu mereka dan tidak sempat untuk memikirkan hal-hal lain.
"Aku akan ikut mencari Vallen," ucap Aletta saat melihat beberapa anggota Polisi memasuki mobil untuk melakukan pencarian.
"Aletta biarkan saja Polisi yang melakukannya. Bukannya tadi sudah dijelaskan bahwa orang yang menculik Vallen meminta tebusan dan mereka bukan orang sembarangan. Kamu bisa bahaya," ucap Ratih memberikan nasehat kepada putrinya itu.
"Jika orang-orang itu memang sangat berbahaya dan itu artinya Vallen dalam keadaan bahaya. Aku tidak bisa membiarkan semua ini. Aku akan mencari Vallen," ucapnya dengan panik.
"Kalau begitu aku akan menemani kamu," sahut Devan yang memang tidak memungkinkan Aletta untuk pergi sendirian.
Danu dan Ratih tidak bisa melerai hal itu yang mereka tahu bagaimana khawatirnya kepada putrinya.
"Om, Tante. Kami pergi dulu," ucap Devan yang langsung berpamitan memasuki mobilnya bersama dengan Aletta dan ikut mencari di mana Vallen.
Orang tua Aletta tidak bisa ikut dan hanya menunggu yang berharap jika cucu mereka baik-baik saja.
Bersambung....