April terpaksa bekerja lagi setelah melahirkan dan kehilangan anaknya. Eric mengusir dan menceraikannya.
April menjadi menerima tawaran menjadi baby sister di sebuah rumah mewah milik CEO bernama Dave Rizqy. Dave sendiri baru saja kehilangan istrinya karena kehilangan banyak darah setelah melahirkan.
April mendapati bayi milik Dave sangat mirip dengan bayinya yang telah tiada. April seketika jatuh cinta dengan bayi tersebut dan menganggap sebagai obat dari lukanya.
Saat bayi milik Dave menangis,
April tidak tega lalu ia menyusui bayi itu.
Siapa sangka dari kejadian itu, mengubah hidup April menjadi ibu susu anak CEO.
Lalu bagaimana dengan perasaan Dave sendiri apakah ia akan menikahi April yang merupakan bekas dari orang lain ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indah yuni rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
April memeluk tas yang usang itu sebagai penghangat tubuhnya. Kini ia tengah duduk di emperan toko yang sudah tutup dan sepertinya sudah lama ditinggalkan oleh pemiliknya. Ia tidak tahu harus pergi ke mana malam ini, uang saja ia tak punya. Hanya ada cincin emas yang melingkar di jari manisnya, jika terpaksa ia akan menjual cincin peninggalan ibunya itu.
Karena hari begitu senyap dan hujan pun turun membuat gadis berusia 24 tahun itu terlelap dengan posisi meringkuk. Rasa lapar yang sejak tadi melilit tak ia hiraukan lagi. Pil yang diberikan oleh dokter entah jatuh di mana tadi ia juga tak peduli. Baginya yang sekarang adalah beristirahat, untuk masalah besok pikir besok saja.
Keesokan paginya, terdengar kokok ayam jago yang membangunkan April. Bersamaan itu terdengar pula jeritan cacing - cacing di perutnya. Lantas April bangkit dengan sisa - sisa tenaganya pergi dari tempat itu. Langkah pertama yang akan ia ambil adalah menjual cincinnya sebagai bekal untuk membeli makanan dan atau mencari penginapan jika ada lebihnya. Lalu kedepannya ia akan mencari pekerjaan sebagai penghasilan hidupnya.
Setibanya di sebuah toko emas, April langsung bernegoisasi dengan pemilik toko. Karena tidak adanya surat pembelian cincin, cincinnya laku dengan harga yang tidak semestinya.
"Apakah tidak bisa ditambah lagi ?" tawar April pada pemilik toko. Melihat warna cincin emas itu sudah tak semengkilap dulu dan harga jual seharusnya lebih tinggi dari pada harga beli.
"Ini sudah harga pas, jika kamu tidak mau menjualnya di sini tidak apa - apa. Aku harus melayani pelanggan lain." ucap pria bermata sipit itu dan hendak beralih dari hadapannya.
April tampak berpikir. Jika tidak sedang kepepet seperti ini tidak akan ia jual peninggalan ibunya itu. "Tunggu ! Baiklah, aku menjual cincin ini." pasrah April dan segera pergi setelah menerima uang dari pria itu.
April melanjutkan perjalanannya meski kakinya terasa linu akibat terlalu lama berjalan. Sampailah ia di penjual makanan. April tampak sedang memilih menu makanan dan minuman. Ia harus mempertimbangkan harganya agar uangnya tidak terlalu berkurang. Saat penjual makanan berhadapan langsung dengan dirinya tampak ada keraguan karena penampilan April yang kusam dan bau.
"Tenang, aku akan membayar makanan ini." ucap April menyakinkan pedagang itu.
Setelah melakukan pembayaran, lantas April mencari tempat yang nyaman untuk menikmati sarapan paginya.
Begitu lahap ia makan sampai tak bersisa sedikit pun.
.
Sementera itu di kediaman Dave.
Tampak Laurent berlutut di hadapan Dave memohon ampun.
"Kak Dave, tolong maafkan aku dan beri aku kesempatan ! Bukan maksudku untuk berbohong padamu. Sungguh!" April mengiba berharap Dave luluh pada paras cantiknya, terlebih ia baru pulang dari salon kecantikan.
"Segera angkat kaki dari rumahku !" tegas Dave dan sedikit pun tak memberikan kesempatan apalagi ampun.
Sonia tak bisa membantu. Meski jabatannya sebagai ibu mertua tapi apalah daya jika berlawanan dengan orang yang berpengaruh dan kaya seperti Dave ini.
"Dave, berilah kesempatan kedua pada kami untuk memperbaiki kesalahan kecil ini." ucap Sonia berharap bisa dipertimbangkan oleh Dave.
Kedua mata Dave langsung membulat. "Kesalahan kecil Ibu bilang !"
Dada Sonia berdebar seketika, ia langsung menciut.
"Jika saja semua orang mengabaikan kesalahan kecil lalu bagaimana dengan yang besar. Aku tidak akan mengubah keputusanku. Soraya, bawa koper mereka berdua keluar !" ucap Dave memerintah asisten rumah tangganya.
"Kak Dave, ku mohon belas kasihanilah kami." Lagi Laurent mengiba.
Dave memalingkan muka, jengah menatap keduanya. Mereka berdua pun angkat kaki dari rumah besar nan megah itu.
Seorang sekuriti terlihat berlari untuk membukakan pintu gerbang.
Laurent dan Sonia kembali ke rumah kecil mereka.
Dan terpaksa semalam Dave mengurus bayinya seorang diri. David juga sudah terbiasa dengan dot barunya. Namun ketika tengah malam, David terbangun karena masih lapar. Dave sampai tak tidur mengurus bayinya seorang diri.
Barulah pukul 3 pagi, Dave bisa tidur bersama dengan bayinya yang berada dalam pangkuan.
"Begitu susahnya mengurus bayi rupanya. Pantas Laurent merasa bosan terkurung di sini." gumam Dave dalam diam ketika bangun.
Dave sudah berniat tidak masuk ke kantor hari ini. Lantas ia menghubungi Connor untuk menghendel rapat siang nanti.
"Tuan Dave tidak ke kantor hari ini, apakah Anda sakit ?" tanya Connor begitu sambungan telepon terhubung.
"Tidak. Aku baik, Connor. Terima kasih sudah mengkhawatirkan ku. Aku ingin berkunjung ke makam Lara."
"Oh, begitu. Baik Tuan. Oh, ya Tuan. Saya sudah mendapatkan beberapa calon baby sister. Saya akan kirim file biodata mereka."
"Kerja bagus." Lalu Dave mengakhiri panggilan nya dan mulai beranjak. Pertama, ia akan memindahkan David ke dalam box bayi. Kedua, ia akan pindah ke kamar dan bersiap.
Tampak David begitu nyenyak tidurnya hingga tak terasa jika tubuhnya sudah berpindah tempat.
Dave segera mandi dan sarapan. Hidup sendirian baginya terasa sepi dan hampa. Sekelumit kenangan manis dan indah bersama Lara terlintas dalam ingatannya.
"Aku sangat merindukan mu, Lara." tak terasa buliran air matanya jatuh.
"Ini kopi Anda, Tuan Dave !" Soraya datang dengan secangkir kopi panas. Dave menghapus cepat air matanya agar tak terlihat oleh wanita paruh baya itu.
"Terima kasih, Soraya."
"Anda menangis lagi, Tuan Dave ?"
"Tidak. Ini hanya terkena debu." Dave mengucek matanya seolah benar - benar kemasukan debu.
"Tuan, kita hidup bersama sudah cukup lama. Saya tidak bisa Anda bohongi. Jangan terlalu larut dalam kesedihan, itu bisa membuat mendiang nyonya merasa tersiksa di alam sana ! Fokuslah untuk merawat dan membesarkan buah cinta kalian dan gapailah masa depan yang baru." ucap Soraya dengan bijak.
"Soraya, kau tahu ? Sangat sulit untuk melupakan seseorang yang begitu dekat dengan kita. Aku tidak bisa melupakan Lara."
"Kalau begitu bersabarlah. Karena hanya dengan bersabar hati akan kembali tenang." lalu Soraya kembali lagi ke dapur.
Usai sarapan, Dave membuka laptop dan sejumlah file masuk lalu ia mulai membaca biodata calon baby sister. Kebanyakan dari mereka berusia antara 30 sampai 40 tahun dan sudah sangat berpengalaman.
Dave tertarik pada wanita bernama Manda lalu meminta Connor untuk menjemputnya.
Manda wanita berusia 33 tahun itu begitu datang langsung menggendong David untuk ia mandikan. David terkejut dan seketika menangis kencang. Manda tak perduli dengan tangisannya dan tetap memandikan hingga selesai.
David terus menangis, Manda membuatkan dot dan seketika langsung habis tapi David terus saja tak berhenti menangis.
Dave selalu memantau setiap apa yang dilakukan baby sister baru itu. Agaknya Dave tidak tertarik dengan cara kerjanya yang kasar dan memaksa.
Dave meminta Connor mencarikan baby sister lain hingga ke sepuluh dalam sehari namun tidak ada yang cocok.
"Sudah, cukup ! Kalian bisa pergi dan ini gaji kalian." ucap Dave lalu membagikan amplop ke masing - masing orang.
Waktu untuk berkunjung ke makam menjadi tersita hingga sore hari. Dave menitipkan bayinya pada Soraya.
.
"Sial ! Dompetku tertinggal." umpat seorang pria tampan dengan lesung di pipinya.
"Ini karangan bunga Anda Tuan," ucap seorang nenek tua penjual bunga yang sejak pagi tadi dasar.
Dave teramat malu untuk mengakui jika dia tak membawa uang sepeser pun karena dompetnya tertinggal di kamar karena buru - buru pergi tadi.
"Em, sebenarnya aku lupa membawa dompet. Bagaimana aku tukar saja dengan arlojiku ini." Dave melepas jam tangan mahalnya.
Nenek penjual bunga itu agaknya menjadi tersinggung lalu marah. "Kalau tidak berniat ingin beli jangan mampir ke tokoku ! Jika semua orang sepertimu, aku bisa bangkrut. Aku butuh uang untuk makan bukan jam tanganmu ! Cepat bayar atau aku teriak maling !" ancam nenek itu.
Dave menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Bagaimana ini ?"
Jika ditimbang jam tangan yang harganya puluh jutaan itu seharusnya bisa membantunya.