Di zaman sekarang ini adakah laki-laki yang serba bisa? sempurna!
jawabannya di novel kali ini ada!
Dia dijuluki Human Perfect oleh semua orang karena kesempurnaannya. Dia bernama Badai Bagaskara.
Lalu, sesempurna apakah dia?
Baca kisahnya dalam Novel Human Perfect. Dan disarankan bagi yang belum membaca Novel Tafsir Mimpi Sang Inspirator diharapkan membacanya terlebih dahulu, karena novel ini berhubungan dengan itu.
happy reading 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febby Sadin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penelitian Nabila dan Ali
Di Kerajaan Raja jin laut Utara, tidak ada pagi ataupun malam, karena semua suasana memang gelap. Dibawah laut, tanpa penerangan. Karena memang jin dapat melihat dan merasa kerajaan nya terang walaupun tanpa penerangan.
Pagi telah datang, di alam bangsa manusia. Matahari mulai menyemburatkan sinarnya yang begitu terang benderang. Namun tidak ada yang menakutkan untuk keluar dari kediamannya bagi jin kelas atas seperti Satria. Kini dia menuju ke alam bangsa manusia.
Dia menuju ke tempat Badai berada. Dimana kini Badai sedang bersiap-siap hendak pergi.
"Kamu mau kemana? Kok udah siap-siap aja?!" yang tiba-tiba Satria melontarkan pertanyaan itu untuk Badai.
Walaupun Satria sering muncul tiba-tiba kalau di dekat Badai, dia tetap saja terkejut akan kedatangan Satria didekatnya, "Kamu ini ngagetin aja!" pekik Badai.
"Mau kemana kamu? Memangnya musim liburan udah tiba?" kembali Satria bertanya.
"Nggak sih.... Tapi aku di minta kiyai buat Nemani mas Ali pergi ke suatu tempat." ucap Badai.
"Siapa itu mas Ali?!" semakin kepo lah Satria.
Dan tak lama kemudian Ali pun muncul masuk ke dalam kamar yang sama sedang di tempati Badai. Dimana awalnya Badai sendirian, namun karena Badai lah yang diberi tanggung jawab untuk menangani tamu ini oleh kiyai nya, jadi Ali di persilahkan oleh Badai untuk menginap di kamarnya.
"Oh dia?! Siapa dia?"
Kini Badai menjawab dalam hati, tanpa bergerak bibirnya, setelah Ali datang.
"Sudah lah diam! Dia nanti kaget kalau liat aku ngomong sendiri. Kamu kalau kepo, liatin aja apa yang akan aku lakukan dengan mas Ali." ucap Badai dalam hatinya. Namun di tujukan untuk menjawab pertanyaan dari Satria. Dan Satria, seorang bangsa jin yang memiliki kekuatan khusus pula. Dia dapat mendengar ucapan hati Badai, seperti biasanya. Selagi ucapan itu ditujukan untuknya, pasti Satria mendengarnya. Kalau bukan ditujukan untuk Satria, dia juga tak dapat menembus nya.
"Jadi aku boleh ikut nih?!!" pekik Satria dengan bahagia mendengar ucapan ambigu dari Badai.
"Ya udah deh boleh!!" ucap Badai lagi dalam hati.
Kemudian Badai menyudahi obrolan nya dengan Satria, dan Ali telah siap untuk berangkat.
"Bagaimana? Pagi ini sudah siap untuk mengikuti apa yang akan menjadi pengalaman baru bagimu?" ucap Ali.
"Siap." jawab Badai.
Ali tersenyum senang, dengan mendapatkan partner seperti Badai dia merasa akan dapat mendapatkan informasi bahkan jawaban yang sebenarnya dari hal yang sedang dia cari. Dia jadi merasa tak salah datang ke pondok pesantren Ma'rifat Billah itu. Dan obrolannya kemarin dengan sang kiyai Robbi juga ada Badai disana. Semuanya telah jelas. Bahwa tujuannya datang ke pondok pesantren Ma'rifat Billah adalah untuk meminta bantuan salah satu santri menemukan jawaban atas kasus yang telah lampau itu.
Yaitu Kasus hilangnya nyawa seseorang tanpa hal yang diketahui sebab yang sebenarnya.
Oia, disini Ali adalah seorang mahasiswa juga dengan adiknya, yang lebih tepatnya saudari kembarnya Nabila. Adalah kedua mahasiswa dari fakultas Parapsikologi, Universitas Edinburgh, Skotlandia. Bidang ini mempelajari topik-topik seperti sihir dan paranormal. Dan di Indonesia khususnya di Jawa Timur, salah satunya adalah pondok pesantren Ma'rifat Billah yang sejurusan dengan apa yang menjadi penelitian Ali dan Nabila.
Ali merogoh hp di saku celananya, kemudian dia meng calling seseorang. "Halo assalamualaikum... Aku sudah siap untuk keluar pondok. Jadi, kamu bersiaplah. Kamu bagaimana disana? Sudah siap mengajak seseorang dalam penelitian kita kali ini?" tanya Ali.
Diseberang sana, tampaknya telah memberikan jawaban kepada Ali, kemudian Ali kembali menganggukkan kepalanya, dan kemudian dia menutup telepon nya.
Ali dan Badai pun pergi keluar pondok, atas izin dari sang kiyai.
Sedangkan di seberang, ada Nabila. Yang kini ada di pondok pesantren putri tempat Najwa mondok.
"Siapa yang menelpon mbak?" tanya Najwa.
"Mas Ali. Ayo dia sudah keluar pondok, sebentar lagi mereka pasti ada di depan pondok." ucap Nabila.
Najwa yang masih tak mengerti pun bertanya lagi, "Mereka? Siapa aja mbak?"
"Seperti yang tadi malam mbak ceritakan ke kamu dek, jadi... penelitian ini membutuhkan bantuan subjek lain. Ali membawa teman barunya, namanya katanya Badai. Sedangkan mbak minta bantuan mu. Kemarin juga Bu nyai sudah mengizinkan, kiyai pondokmu juga. Jadi aku rasa kamu paham." ucap Nabila.
"Oh... Sekarang aku paham. Jadi mas Ali gak sendirian. Oke deh aku siap. Aman kan ini mbak?" tanya Najwa, dimana sebenarnya pertanyaan nya bukan karena dia takut akan hal baru. Tapi hanya basa basi saja dia bertanya tentang keamanan.
"Aman Najwa... tenang aja. semua sudah ada izinnya. Dan kamu, mbak doain juga bisa kuliah di luar negeri! aamiin...." ucap Nabila.
Disusul dengan jawaban Najwa, "Aamiin...."
Kemudian mereka berdua pun keluar pondok. Saat telah keluar gerbang, terkejut lah Najwa dengan apa yang dilihatnya kini. Sedangkan Nabila, senang karena Ali datang tepat waktu dengan Badai.
Najwa yang merasa Nabila tak mengetahui hal ini, dia pun menoleh bergantian ke arah Nabila dan ke arah Ali yang tengah berdiri tak sendirian juga tak berdua saja.
"Ngapain laki-laki tampan itu ikutan?!! Siapa ya mamanya... Em... Iya, Satria!" pekik Najwa dalam hati.
Sedangkan bersamaan dengan itu, Satria yang melihat adanya Najwa pun langsung melambaikan tangannya ke arah Najwa.
Kembali Najwa melihat ke Nabila, dan benar. "Mbak Nabila ini beneran gak lihat deh! Huh kenapa aku bisa lihat dia sih. Jadi malas. Kenapa juga Satria ikutan?! Kayaknya Badai ini sengaja deh ngajak Satria!" pekik Najwa lagi dalam hatinya.
Nabila menepuk lembut pundak Najwa, yang dari tadi bengong aja. "Najwa... Ayo...." ucap Nabila. Yang mengajak Najwa untuk berjalan menyeberangi jalan raya yang lebar itu.
"Kenalkan dia Badai." ucap Ali kepada Nabila, tanpa memperkenalkan Satria kepada Nabila.
"Mas Ali juga gak tau kalau Satria ikutan??!" pekik Najwa lagi dalam hatinya.
Nabila tersenyum sambil bersalaman dengan Badai, namun Badai tak menerima uluran tangan Nabila dan mensedekapkan kedua tangannya ke dada. Akhirnya Nabila pun juga mengikuti apa yang Badai lakukan.
"Aku Badai Bagaskara mbak..." ucap Badai, sambil tersenyum.
"Oia, kenalkan juga... Ini Najmi Hawa. Dipanggil Najwa.... Ini adalah partner ku untuk penelitian ini." ucap Nabila, memperkenalkan Najwa kepada Ali dan Badai.
Badai pun menyahut, "Aku sudah mengenalnya mbak." ucapnya.
"Wah bagus dong. Jadi kita akan lebih mudah melakukan penelitian ini nantinya."
Dan tak lama kemudian jemputan mereka datang. Sebuah mobil bis mini menjemput Nabila dan Ali, yang telah di tugaskan dari kampusnya, untuk mengantarkan Ali dan Nabila sampai ke tempat yang hendak di tuju nya.
"Mau kemana kita mbak?" tanya Najwa.
"Nanti kalian akan tahu. Anggap saja ini adalah trip pertama kalian selama mondok." ucap Ali. Nabila hanya menjawab dengan senyuman.
Ali duduk di belakang dengan Badai, sedangkan barisan tengah di isi oleh Najwa dan Nabila.
Sedangkan Satria? Dia berada tepat di dekat Najwa.
.
.
.
lanjutannya besok 😘