"Hentikan, Alexa!." Alan mengepalkan tangannya dan menutup matanya sebelum dirinya tenggelam dalam tatapan mata Alexa yang intens nan memabukkan.
"Kenapa? Apa kau semakin sulit mengendalikan perasaan mu?." Tanya Alexa, bergerak lebih dekat dengan Alan dan terbentuk seringaian di wajah cantik gadis itu.
Alan Delvanio dia adalah seorang mafia kejam dan tak memiliki hati. Namun, tiba di suatu hari. Terdapat seorang gadis yang tertarik padanya. Semua orang takut padanya, kecuali gadis itu.
Seperti apa kisah mereka? Dan mengapa gadis itu tidak takut pada sang mafia? Lalu apa yang mafia itu lakukan pada gadis yang tidak patuh pada nya itu? Akan kah sang mafia bertindak kejam pada nya? Ikuti kisah nya mereka hanya di sini!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3
Pada malam harinya.
Alan duduk di ruang kerjanya, sembari menghisap rokok dan tenggelam di dalam pikirannya. Raut wajahnya terlihat serius dengan tiga kancing kemeja bagian atas nya di biarkan terbuka dan memperlihatkan dada bidangnya yang kotak-kotak. Pria itu terlihat sangat tampan dan memukau.
Saat ini ia tengah merenungkan tentang Alexa, gadis misterius yang tidak takut padanya. 'kenapa ketika aku mengarahkan pistol ku di depan dia dari wajahnya sama sekali tidak terpencar ketakutan? Apalagi cara dia melawan anak buahku yang sudah terlatih, dia melawan dua orang sekaligus yang kekuatannya jauh lebih besar daripada dia. Itu menunjukan jika dia bukanlah gadis biasa dan itu membuatnya sangat mencurigakan. Apakah dia mata-mata rahasia?'. Gumam Alan, lalu menyeringai. "Alexa, aku akan mengungkap siapa kau sebenarnya." Kata Alan bermonolog.
**
Di hari berikutnya. Tepat nya di malam hari.
Alexa memarkirkan mobil BMW hitam nya di parkiran klub dan melangkah keluar, berjalan hendak memasuki klub milik Alan. Meski tau pria itu telah melarang nya untuk tidak datang lagi, nyatanya hal tersebut seakan terasa seperti tantangan bagi Alexa yang tertarik pada mafia kejam itu.
Gadis itu tampak memukau dalam balutan gaun ketat selutut berwarna putih dan sepatu hak tinggi yang senada. Rambut pirang coklat nya di gerai, menambah kesan cantik pada gadis berkulit putih itu.
Saat dia hendak melewati pintu masuk, seorang penjaga menghentikannya dengan meraih lengan Alexa. Membuat Alexa mengernyitkan dahinya karena marah atas kelancangan penjaga itu.
Alexa memelototi penjaga itu dan dengan gerakan cepat, gadis itu telah mencengkram lengan penjaga dari belakang punggung pria itu. "Beraninya kau menyentuh ku, hah? Tidak ada seorang pun yang boleh menyentuh ku." Alexa menghukum pria itu atas tindakannya.
"Nona, saya hanya melakukan apa yang di tugaskan pada saya. Saya di perintah oleh atasan saya." Kata penjaga itu menjelaskan dengan raut wajah nya meringis menahan sakit.
Mendengar hal itu, Alexa langsung melepaskan cengkeramannya dari si penjaga.
"Kau bisa mengatakan itu pada ku, tidak perlu memegang tanganku." Kata Alexa menegur.
Sementara itu, di tempat yang sama. Alan tengah duduk kursi belakang mobilnya dengan mengenakan kacamata dan sedang mengamati Alexa dari jendela mobil. Ke dua orangnya duduk di kursi depan dan dua mobil lagi di tempatkan di sisinya untuk menjaga keamanan Alan. Seperti biasanya pria itu mengenakan tuksedo hitam dan rambutnya yang hitam legam di tata rapi.
Saat pandangan Alexa tak sengaja tertuju padanya, mata gadis itu berbinar dan bibirnya melengkung membentuk senyuman kemenangan.
'Jadi misi ku untuk datang ke sini telah tercapai.' Pikir Alexa. Dan tetap menatap ke arah Alan.
Alexa yang masih tersenyum memberikan kedipan menggoda dan langsung berjalan menghampiri mobilnya.
"Ikuti dia dan jangan sampai kehilangan jejak!." Perintah Alan pada sopir nya dan dua mobil yang mengikutinya dari belakang.
**
Alexa tiba di kediamannya dan saat dia baru saja keluar dari dalam mobil. Pandangan gadis itu tertuju pada sosok Alan yang telah berjalan menghampirinya dengan raut wajah tegas nya.
Senyuman nakal terlihat di bibir Alexa. "Apa kau mengikuti ku, Tn tampan?." Jari telunjuk Alexa dengan berani menyentuh rahang tegas Alan, mata nya terpaku pada pria itu.
Alan tiba-tiba mencengkram lengan Alexa. "Diam! Kenapa kau kembali ke Klub ku meskipun kau tau aku telah memperingati mu?."
"Alasanku pergi ke sana telah terpenuhi." Alexa menyeringai.
"Alasan apa?". Alan bertanya dengan nada serius.
"Alasan untuk melihat mu sekilas. Aku tidak menyangka jika kau akan mengikutku. Tapi aku senang sekarang, karena aku bisa melihatmu dari dekat. Kehadiran dan penampilanmu yang memikat membuatku menjadi liar, aku menyukainya." Balas Alexa.
Alan menggelengkan kepalanya karena kesal mendengar balasan Alexa. "Sekarang kau akan melihat bagaimana aku akan membuat mu mengungkapkan kebenaran dan siapa kau sebenarnya. Kau ikut denganku!." Kata Alan, dalam keadaan masih mencengkram lengan Alexa, Alan menarik gadis itu untuk masuk ke dalam mobil nya.
"Kenapa kau memaksaku? Aku bersedia ikut bersamamu dengan senang hati." Alexa menawarkan diri, namun Alan justru melayangkan tatapan tajamnya ke arah Alexa.
Pria itu membukakan pintu mobil untuk Alexa dan meminta gadis itu untuk duduk. Sementara itu anak buah Alan pergi dan menaiki mobil yang lainnya.
"Sekarang tidak perlu mengatakan apa pun, masuk saja ke dalam mobil." Kata Alan mengintruksikan dengan nada tegasnya, ia terlihat menahan amarah nya karena tingkah Alexa yang menyebalkan. Tidak ada seorang pun yang pernah berperilaku seperti ini di depannya kecuali Alexa.
"Oke bos." Alexa meletakkan jari telunjuknya di bibir dan memberikan anggukan yang lembut sebelum akhirnya menduduki kursi mobil.
Saat Alexa telah duduk di dalam mobil. Alan masuk dari sisi berlawanan dan membanting pintu hingga tertutup.
"Jalan!." Perintahnya pada sopir.
Selama di perjalanan, tidak ada obrolan yang tercipta. Alexa diam dan duduk dengan patuh. Sesekali gadis itu melirik ke arah Alan, tetapi ekspresi pria itu tidak goyah sedikitpun. Dan Alexa pun tetap menunjukkan senyuman main-main, bersenandung kecil, hingga tak lama kemudian, mereka pun sampai di mansion Alan.
Mobil berhenti, Alan kembali mencengkram lengan Alexa dan menariknya keluar dari dalam mobil. Pria itu membawanya ke ruang penyiksaan.
Setibanya di ruangan itu, mata Alexa melebar saat Alan menyalakan lampu yang ada di ruangan itu, memperlihatkan ruangan dengan pencahayaan temaram yang penuh dengan peralatan penyiksaan. Alexa mengamatinya dengan cermat, terkejut dengan kurangnya rasa takutnya.
"Apakah ini ruang penyiksaan? Apa kau pernah menyiksa orang di sini?." Tanya Alexa, tanpa rasa takut di matanya dan dia bertanya karena merasa ingin tau.
Alan terkejut ketika dia mengamati tidak adanya rasa takut di mata Alexa. Alan mengira jika Alexa akan ketakutan saat melihat ruang penyiksaan. Tetapi gadis itu terbukti berbeda dan tidak takut.
"Ya dan sekarang aku akan menyiksamu sampai kau mengakui kebenarannya!." Kata Alan menatap tajam kearah Alexa.
"Kau akan membuang-buang waktumu dan aku tidak akan keberatan, karena itu akan memberikan aku banyak waktu untuk mengagumi mu." Balas Alexa tersenyum dan Alan memutar bola mata nya karena kesal..
"Sekarang tutup matamu dan duduklah di kursi itu!." Perintah Alan sembari menunjuk ke arah kursi yang ia maksudkan.
"Kenapa kau berteriak padahal aku berdiri di sampingmu?." Tanya Alexa, terkekeh pelan.
Sementara Alan memperlihatkan tatapan mengerikannya.
"Cepat lakukan apa yang aku perintahkan, nona Alexa." Alan terlihat geram dan mengepalkan tangannya.
Alexa pun berjalan dan duduk di kursi itu. Dia tidak dapat menyangkal bahwa Alan terlihat jauh lebih menarik ketika dia sedang marah. Alan lalu mendekati Alexa dengan tali di tangannya, sementara Alexa hanya memperhatikan nya.
Saat Alexa duduk di kursi itu, Alan mengamankan pergelangan Alexa ke sandaran tangan. Alexa terus menatap Alan dan senyuman manis menghiasi bibirnya.
Alan tak habis pikir mengapa Alexa benar-benar tidak takut padanya? Dan gadis itu justru terus menerus menggodanya tanpa ragu-ragu. Alan belum pernah bertemu gadis seperti Alexa sebelumnya. Dia penuh kejutan, kuat dan berani.
Namun di sisi lain. Alexa juga sedikit kesal pada Alan, karena pengaruh pria itu sangat besar padanya. Alexa tidak mengerti mengapa detak jantungnya berdebar kencang setiap kali ada di dekat Alan atau ketika pria itu menyentuh nya.
Setelah mengamankan Alexa. Alan berdiri dan berjalan keluar meninggalkan ruangan.
"Hai! Pria tampan! Kau akan pergi kemana?." Teriak Alexa.
Sementara itu, dua pria berjaga di luar ruangan dengan senjata di tangan mereka. Alan mengintruksikan pada salah satu anak buahnya untuk menakut-nakuti Alexa agar gadis itu mau mengungkapkan kebenaran tentang siapa dirinya dan mengapa selalu menggangu Alan. Tetapi Alan juga melarang anak buahnya untuk tidak menakut-nakuti Alexa dengan alat penyiksaan yang ada di dalam ruangan tersebut.
Untuk pertama kali nya, Alan merasa bingung dengan keputusannya sendiri dan tidak menyangka bahwa gadis yang dia ikat di ruangan penyiksaan akan menjadi orang yang dapat meluluhkan hatinya hanya dalam waktu yang singkat.