Miang tidak sengaja menemukan membuka kotak terlarang milik leluhurnya yang diusir oleh keluarga seratus tahun lalu. Kotak itu berisi badik keemasan yang bila disentuh oleh Miang bisa berkomunikasi dengan roh spirit yang terpenjara dalam badik itu.
Roh spirit ini membantu Miang dalam mengembangkan dirinya sebagai pendekar spiritual.
Untuk membalas budi, Miang ingin membantu Roh spirit itu mengembalikan ingatannya.
Siapa sebenarnya roh spirit itu? Bisakah Miang membantunya mengingat dirinya?Apakah keputusan Miang tidak mengundang bencana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mia Lamakkara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Percaya Itu bukan Kalian!
I Miang ijin ke toilet tapi justru ke ruangan wakil master. Disana, dia meyakinkan wakil master kalau kedua temannya itu juga dijebak. Pelaku sebenarnya menyembunyikan dirinya dalam-dalam. Wakil master tentu saja mengenal I Miang dengan sangat baik. Anak ini memiliki pemikiran kritis dan sederhana sama dengan kakeknya yang juga guru dari wakil master. Karena itu, dia yakin dengan pemikiran I Miang.
Tidak lama, petugas di samping waki master datang memberi pengumuman kalau kelompok I Miang semuanya dihukum ditambah dengan puang Jumi. Hukumannya adalah membantu wakil master mengolah ramuan dan pil.
“Apa ini hukuman?! Ini jelas bantuan!.” Semua murid berpikir begitu.
Wakil master adalah alkemis tertinggi di akademi zirah, membantunya sama saja dengan mendapat bimbingan.
Ketika para murid yang dihukum mendengar itu, mereka langsung semangat.
“Dibalik hukuman ada berkah.” Kata puang Tompo yang tertarik dengan pembuatan ramuan dan pil.
“Tahukah kalian kenapa semuanya dipanggil kesini?.”
Mereka semua dikumpulkan di ruang ramuan wakil master.
“Karena kasus ini belum dianggap selesai dan pelaku utamanya belum ditentukan.”
“Bukannya kami sekarang dihukum?.” Tanya Timang.
“Apa menurutmu ini hukuman?.”
Mereka saling pandang sejenak namun tidak ada yang menyahut.
“ I Miang, katakan analisamu.”
I Miang terkejut saat namanya disebut. Dia tidak menyangka wakil master akan memintanya menjelaskan secara langsung. Tadinya, dia berpikir wakil master akan mengatakannya sendiri.
“Maju dan bicara!.” Perintah wakil master.
I Miang maju ke depan.
“Aku yakin bukan kalian pelaku sebenarnya dan kalian juga dijebak. Ada banyak hal ganjil kalau kita pikirkan baik-baik.”
“Pertama, Token murid puang Jumi aura energinya sangat samar membuktikan token itu sudah lama tidak bersamanya. Kalau puang Jumi dituduh pemilik jimat sihir karena bukti token, tidak ada aura sihir sama sekali dari puang Jumi.”
“Bagaimana kalau jimat sihir itu dibuat orang lain dan dia hanya menggunakannya?.” Timang bertanya.
“Tetap saja dia harus tahu sihir untuk menggunakannya minimal dia berada di fase kedua sihir.”
“Kenapa kamu tahu banyak tentang sihir?.” Giliran puang Uri bertanya.
“Ayahku seorang hakim, dia harus berpengetahuan luas untuk memutuskan perkara dan aku sering menemaninya belajar dann berlatih.”
“Kemudian, ketika puang Uri mengatakan kalau dia dikendalikan, aku percaya.” I Miang menunjuk bagian dalam puang Uri.
“Lihat, bagian lengan kiri dalammu! Disana ada gambar pentagram samar. Itu mantra penyambung.”
Puang Jumi dan Timang cepat maju meneliti tempat yang ditunjuk I Miang.
“Bagaimana kamu ditempelkan mantra dan tidak merasakannya?.” Timang bertanya. Puang Uri tidak menjawab dan sedikit bingung.
“Pikirkan, siapa yang mendekatimu hari ini.” Kata puang Jumi. Kali ini tidak ada permusuhan pada suaranya.
“Lalu, kenapa kebetulan sekali kelompok puang Jumi menemukan kita di area terlarang?.”
“Terakhir, karena yang dilibatkan langsung adalah kita berempat, maka orang tersebut harusnya tidak menyukai kita sekaligus.” Tandas I Miang.
“Kenapa kamu yakin itu untuk kita berempat? Mungkin saja kalian Cuma umpan. Tujuannya adalah kami karena kamilah yang akan dihukum.” Ujar puang Uri.
“Dampak paling parah ditanggung oleh kita. Di dalam perpustakaan terlarang, ada energy roh yang sangat menindas.”Kata Timang. “Kalau bukan dibantu I Miang, mungkin aku muntah darah.”
“Energi roh dalam perpustakaan terlarang diperuntukkan untuk spiritual tingkat tujuh level menengah.” Wakil master menimpali, membuat semua murid terkejut.
“Pantas saja aku begitu sengsara, aku hanya spiritual level empat.” Timang masih merasa ngeri.
“Saya mengatakan kalau masalah ini belum selesai. Makanya, kalian harus mencari tahu siapa dalangnya agar kalian terbebas dari fitnah. Ingat! Kalian perlu bukti bukan asumsi!.” Tegas wakil master.
“Kami mengerti wakil master.” Ucap La Bulla cepat.
“Kalian pergi mengatur tanaman obat yang sudah dikeringkan. Setelah itu, ambil kertas yang berisi resep ramuan, dan kumpulkan tanaman obat berdasarkan catatan itu. Saya ingin tahu, seberapa mengerti kalian tentang tanaman obat. Bahkan kalau kalian bukan alkemis, kalian harus memiliki pengetahuan dasar pengobatan dan tanaman obat agar kalian bisa menyelamatkan hidup kalian disaat genting tanpa bergantung pada alkemis. Kalian semua tahu, alkemis sekarang sudah sangat jarang dan lebih sedikit lagi yang memiliki kualifikasi yang mumpungi.” Wakil master memberi ceramah panjang lebar.
“Pergi dan laksanakan!.”
********
I Miang baru saja selesai mandi ketika ata' Nursia, pelayan samping puang Murni mendatangi halaman I Miang.
"Puang Miang, puang Nintang dan Puang Murni meminta anda makan malam di kediaman puang Nintang."
"Oh...apa kakak sepupu puang Murni sudah pulang?."Tanya I Miang sumringah. Itu artinya dia akan mendapat hadiah. Setiap kali I Murni pulang, dia akan memberinya oleh-oleh.
Dugaan I Miang memang benar, I Murni memberikannya berbagai hal baik termasuk aksesoris.
Setelah mereka makan malam, I Nintang menyeret mereka mengobrol. Hanya saja, percakapan mereka terusik dengan laporan penjaga rahasia kalau toko aksesoris I Murni dilalap api.