NovelToon NovelToon
Proof Of Love Art Paper

Proof Of Love Art Paper

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos / Nikahmuda / CEO / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Skyeuu

"Itu anak gue, mau ke mana lo sama anak gue hah?!"
"Aku nggak hamil, dasar gila!"
Tragedi yang tak terduga terjadi, begitu cepat sampai mereka berdua tak bisa mengelak. Menikah tanpa ketertarikan itu bukan hal wajar, tapi kenapa pria itu masih memaksanya untuk tetap bertahan dengan alasan tak masuk akal? Yang benar saja si ketua osis yang dulu sangat berandal dan dingin itu!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Skyeuu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19

Seperti yang dikatakan peribahasa, bahwa "buah yang jatuh tak akan jauh dari pohonnya" Jay benar-benar membuktikan hal itu secara nyata. Sekarang pria itu tengah bekerja di jam dua belas malam, memang seharusnya dia tidur saja karena besok tidak ada rapat penting, atau kedatangan tamu dan waktu cek kestabilan perusahaannya. Tapi, Jay "bekerja" kali ini dalam artian lain yaitu, menjaga Ning jika perempuan itu butuh bantuan di tengah malam. Dia sampai merelakan diri tidur di sofa yang menurutnya kurang nyaman.

"Jadi laki-laki itu jangan egois!"

Jay mengernyitkan kening, lalu dia membuka matanya. Entah kenapa padahal itu sudah lama terjadi, namun bayang-bayangnya masih sama dan tidak mau pergi. Jay menghela napas, menyimpan laptopnya, lalu meluruskan tubuh di sofa meskipun sebenarnya ia ingin pindah ke ranjang.

"Jangan egois Jay! Semua orang capek, bukan kamu doang!!"

Rasanya pengap, tidak bisakah masa lalu itu hilang saat dirinya hendak istirahat? Lama-lama dia lelah mendengar hal yang sama di kepalanya. Jay merasa bisa gila jika dia terus mengingat perkataan tersebut. Napasnya sedikit tersendat, keringat yang sebesar biji jagung itu mengalir perlahan dari pelipisnya. Jay masih berusaha untuk kuat dan menahan diri, namun yang mananya manusia pasti ada batasan. Jay akhirnya gelisah, melipat kedua tangannya di depan dada, berbalik ke kanan dan ke kiri tidak keruan. Seluruh tubuhnya terasa panas dan laki-laki itu tidak bisa menghalaunya.

"Jay...? Jay?!!" Ning yang tadinya mengantuk sambil berjalan ke arah dapur untuk mengambil air minum, tiba-tiba sadar sepenuhnya saat melihat keadaan Jay yang tidak baik.

Perempuan itu segera mengulurkan tangan, lalu mengambil air putih yang tidak jauh dari meja sofa. Ia berusaha mengangkat tubuh Jay ke atas pangkuannya, memaksanya untuk minum dengan pelan-pelan. Hal itu berhasil dilakukan, namun Jay tetap seperti orang yang sedang meriang. Ning bingung harus menggunakan metode apalagi agar Jay bisa kembali normal. Terbesit di pikirannya bahwa dia pernah melihat yang serupa dengan ini, Ning mencoba untuk mengelus kepala Jay dan menenangkannya. Meraih kepalanya, lalu membiarkan pria itu tenggelam di dalam pelukannya.

"Hiks..." terdengar suara tangisan yang samar-samar, Ning semakin iba dengan Jay.

"Nggak apa-apa, semua orang melakukan kesalahan yang mirip. Jangan pernah berpikir kamu yang paling salah, yang lebih parah dari apa yang kamu lakukan pun ada Jay..." katanya.

Jay mulai tenang setelah mendengar itu, demi apapun Ning tidak tega melihatnya yang seperti itu. Seolah-olah dia menahan rasa sakit semuanya, tanpa berbagi cerita, menyembunyikannya sampai di titik di mana ia sudah tidak sanggup menahannya. Percayalah, itu adalah hal yang paling menyakitkan dalam fase kehidupan. Ning sudah pernah merasakan hal yang sama, namun saat ini dia lebih memilih mengucapkannya walau terdengar egois. Itu lebih baik daripada terus dipendam sendirian.

"Jay, kamu banyak temen, kenapa kamu pendem sendiri?" tidak tahu apa yang membuat Ning seperti terikat dengan laki-laki itu.

Dia bisa saja meninggalkannya, Ning juga boleh saja tidak peduli pada Jay seperti dia tak peduli pada Daniel. Namun, ada sesuatu yang menariknya untuk duduk di sana, menemani anak laki-laki yang seperti kehilangan jati dirinya. Lama Ning menatap wajah Jay yang mulai tenang dalam keadaan tertidur, lalu ia tersenyum. Membiarkan laki-laki itu terlelap dalam keadaan memeluknya.

"Selama ada aku, kamu bisa ngomong apapun yang kamu mau ke aku." Ning menguap sambil menutup mulutnya, kemudian menyandarkan kepala di sofa dan tertidur. Rencana untuk minum air putih di dapur itu batal karena dia terlalu ngantuk.

Beberapa menit setelah Ning tidur, mata Jay perlahan terbuka. Dia terdiam sesaat, lalu kembali menutup matanya tanpa mengeluarkan sepatah kata. Malam itu adalah momen di mana hati keduanya masih terikat satu sama lain tanpa perasaan lebih jelas. Baik Ning atau Jay tidak paham apa yang sebenarnya mereka rasakan, mengapa demikian, atau bagaimana bisa hati mereka terikat. Hanya Tuhan yang tahu ke depannya akan seperti apa hubungan dan perkembangan perasaan mereka berdua.

......🪶......

Keesokan harinya, saat Ning membuka mata dia melihat Jay masih tertidur pulas. Memegangi dahinya yang kemarin dia yakin kalau Jay sedang demam. Beruntung karena Ning tidak merasakan panas berlebihan dari dahi laki-laki itu, Ning tersenyum lega dan memilih untuk tidak membangunkannya. Biarkan saja Jay bangun sendiri.

"Dia kalau tidur mukanya damai banget ya," katanya setengah berbisik.

"Hmm," Ning langsung mengalihkan pandangan ke sembarang arah saat mendengar Jay bergumam pelan.

Dia tidak mau terlihat sok perhatian di depan pria itu, namun siapa sangka perkataan yang pertama kali Ning dengar justru membuatnya terkejut setengah mampus. Saking tidak menyangka apa yang akan keluar dari mulut seorang Jay.

"Lo juga kalau tidur damai banget muka lo," siapapun tolong jelaskan apa maksudnya itu, jadi dari tadi Jay sudah bangun?!

Rasanya Ning bisa darah tinggi jika terus emosi begini, dia beranjak dari duduk dan masa bodoh dengan Jay yang jatuh ke lantai. Perempuan itu meninggalkan Jay yang sedang mengaduh begitu saja, sempat beberapa kali salah arah sampai akhirnya dia memutar bola mata kesal. Jay terkekeh, lucunya masih sama kalau dia salah tingkah. Kemudian Jay bangkit dari acara jatuhnya, dia melakukan peregangan tubuh sebentar, sebenarnya ketika jatuh tadi sakitnya tak seberapa tapi dia ingin membuatnya dramatis saja.

"Kenapa?" tanyanya begitu mengangkat dering ponsel yang memunculkan nama "Rey" di dalamnya.

Terdengar sahutan yang sangat antusias di seberang sana, mau tak mau Jay menjauhkan ponselnya dari telinga agar telinganya tetap sehat walafiat. Rey memang biasa merespon dengan heboh begitu, sangat tidak cocok dengan wajahnya yang keren abis, dan termasuk ketampanannya yang sama-sama luar biasa seperti anggota geng For Seven Rich lain.

"Gue denger-denger si Ning ilang bro! Lo di mana dah malah cuek banget sama tunangan lo!!"

Jay menghela napas, Mama pasti bilang seperti itu pada teman-temannya dan sengaja memberitahu tentang rencana pernikahan dirinya dengan Ning.

"Bukan urusan lu," katanya masih dengan nada santai bukan main. Dia tidak mau mengubah suasana hatinya menjadi buruk pagi-pagi begini, apalagi hanya karena teman sejenis Rey yang sibuk mengurus urusan orang lain ketimbang diri sendiri.

Aneh juga dia mau berteman dengan manusia-manusia unik di sekolahnya dulu.

"Ya pokoknya lu santai aja, Ning aman kok, kalau nggak ada yang penting lagi gue tutup."

Tanpa basa-basi lagi, Jay segera mematikan sambungan telepon tersebut dan mematikan ponselnya. Mengganggu pagi yang cerah saja si Rey itu, sudah lama Jay tidak merasa senyaman ini berada di rumah, dia sedang tidak mau diganggu siapapun. Kemudian berjalan menuju kamarnya yang memang berada di lantai satu, ia pergi untuk membersihkan diri.

1
Towa_sama
Gak nyesel baca cerita ini, recommended banget!
Skyeuu: aww terima kasihh ^^
total 1 replies
SweetPoison
Saya terkesan dengan kedalaman emosi yang tersampaikan dalam kata-kata.
Skyeuu: terima kasihh ^^ 🫶🏻
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!