bagaimana jika anak kembar di perlakukan berbeda? satu di sayang bagai ratu dan satu lagi di perlakukan layaknya babu.
perjuangan Alana di tengah keluarga yang sama sekali tak pernah menganggap nya ada, ingin pergi namun kakinya terlalu berat untuk melangkah. Alana yang teramat sangat menyayangi ayahnya yang begitu kejam dan tega padanya, mampukah Alana bertahan hingga akhir? akankah Alana mendapat imbalan dari sabar dan tabah dirinya sejauh ini?
cerita ini hanya fiktif belaka ya, kalo ada yang namanya sama atau tempat dan ceritanya itu hanya kebetulan, selamat membaca😊❤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alana 19
"hari-hati ya Lana.. kalo ada apa-apa telpon kita aja" ucap Tika,
mereka bergegas untuk pulang, Tika dan Lily tinggal berdekatan, kos mereka tidak jauh dari Happy Caffe jadi mereka pulang dengan jalan kaki
"kalian juga Hati-hati" ucapa Lana juga menaiki sepedenya. setelah Lana pergi Lily dan Tika baru sadar dengan sepeda yang di tunggangi Lana
"lah sejak kapan Lana punya sepeda? perasaan pagi tadi dia datang pake mobil" heran Lily
"lah iya juga ya, baru sadar juga" sahut Tika
Alana mengayun pelan pedal sepedanya menikmati hembusan angin malam, Alana tersenyum, suasana malam yang berangin itu membuatnya merasa bebas, Alana menghirup udara itu dalam-dalam melepas semua beban di fikirannya rasanya Alana ingin terbang bebas seperti burung tanpa beban, tanpa luka.
"Bundaaa!!! Lana kangeenn!!!" teriak Alana bebas, jalanan juga tidak terlalu ramai membuat Alana semakin nyaman
"Tuhaan.. Alana kangen Bundaaa.. " teriaknya lagi, tanpa sadar seseorang mengikutinya sejak keluar dari Happy Caffe, semua teriakannya didengar jelas
"Tuan, apa sebaiknya anda pulang dan istirahat saja? saya bisa menjaga Nona Alana untuk anda" ucap Aidan
laki-laki bertopeng itu diam, masih memperhatikan wajah ceria Alana yang sangat langka untuknya lihat, wajah itu membuatnya rindu, suara teriakan itu meski terdengar liar dan bebas namun membuatnya merasa sakit,
'apa lukanya separah itu? apa dia selalu berteriak seperti itu jika di luar? aku ingin melihat wajah ceria itu setiap hari, senyum itu aku ingin dia tidak pernah melepasnya.. Alana.. aku ingin memelukmu' batinnya yang tak henti menatap Alana dari kejauhan
"Tuan.. " panggil Aidan, sepertinya Tuannya itu tidak mendengar apa yang dirinya katakan
"lindungi dia, tidak boleh ada yang melukainya, siapapun. jangan biarkan dia melepas senyumnya" ucap nya pada Aidan tanpa berpaling dari Alana
"tentu, saya akan melakukan yang terbaik untuk Nona Alana" jawab Aidan
"saya turun disini, jaga dia sampai di rumah" ucapnya lagi, Aidan berhenti di ikuti dengan sebuah mobil lainnya di belakang
laki-laki bertopeng itu turun, dengan langkah besarnya kembali masuk ke mobil lainnya, setelah mobil itu pergi Aidan kemudian melanjutkan kegiatannya mengiringi Alana pulang hingga rumah
"Tuan G ini... entah siapa dia, dia begitu perhatian tapi tidak berani keluar" gumaman Aidan, laki-laki bertopeng tadi memanglah Tuan G yang memegang kendali atas dirinya namun tidak ada yang tau siapa di balik topeng itu, bahkan suaranya pun di samarkan, Aidan tidak pernah berani menatap matanya, Aidan selalu kikuk jika bersama dengan Tuannya itu
sampai di rumah, Alana memarkirkan sepedenya di samping rumah, jika dia menaruhnya berdampingan dengan mobil dan motor Ayah atau abangnya yang ada dia akan menerima omelan dan hinaan yang akan menggores luka lagi baginya
Alana masuk dengan senang, sampai senyumnya menghilang saat melihat Ayah dan ketiga Abangnya berdiri menyambutnya datang
"apa? Lana buat kesalahan lagi kah?" tanya Alana pada mereka
"ya, dan kesalahan lo fatal Alana!" ucap Pharta menatapnya sangat marah, Alana yang tidak tau apa-apa itu hanya mengangguk mengiyakan, biasanya juga begini tidak ada api pun mereka selalu menyemburkan asap
"oh? biar Lana tebak, pasti karena Lana pulang malam kan?" sahut Alana
"karena lo, adek gue gak makan seharian!" bentak Rayn pada Alana
"yang mana? Tuan Seno atau Nona Luna?" tanya Alana, nada bicaranya yang sangat berbeda itu membuat Rayn terkejut, Pharta bahkan mengerutkan dahi.
"Alana Zaviera! kamu tidak lupa sedang bicara dengan siapa bukan?" ucap Rayn menekan
"gak, Tuan Rayn Zhavero Ardinata, siapa yang berani melupakan anda?" jawab Lana tersenyum
"Lo udah mulai berani ya sekarang! Aluna seharian gak makan karena lo!" marah Rayn
"tapi Lana gak larang dia makan, Lana juga gak kunci bibirnya jadi.. di mana letak kesalahan Alana?" tanya Lana lagi
"Alanaa!!" teriak Kunan tak bisa bersabar melihat sikap putri bungsunya itu
"iya? Ayah panggil Lana mau mukulin Lana lagi? luka kemarin masih basah, tapi perban Lana udah habis, Lana lupa beli Ayah punya perban? boleh Lana pinjem? nanti kalo darahnya Lana ngotorin lantai rumah Ayah, yang ada Lana bakalan merasa bersalah" celetuk Alana mendekati Ayahanya, mata Kunan terbelalak dengan keberanian Alana yang membuatnya geram
"cukup!! balik kekamar lo dan masakin Luna! dia cuma mau makan kalo lo yang kasih!" tarik Seno menjauhkan Alana dari Ayah mereka
"tentu, Tuan. Lana akan menyiapkan makanannya" ucap Alana berlakon seolah dirinya adalah pelayan
Alana berjalan meninggalkan mereka kekamar nya, setelah pintu ditutup Alana menarik nafas dalam-dalam, rasanya cukup tegang melihat tatapan Ayahnya tadi. Alana memang sengaja memancing emosi mereka, Alana ingin keluar dari rumah besar itu Alana tidak bisa keluar jika tidak Ayahnya yang menyuruhnya langsung, sejauh apapun Alana pergi jika Kunan tidak setuju dia akan tetap kembali keneraka itu. Alana akan memantapkan hatinya untuk pergi dari rumah itu, Alana ingin menjauhi Ayahnya, luka terbesar dalam hidup nya itu
masakannya selesai, Alana bersiap membawa makanan itu kekamar Aluna. sebelum keluar dari dapur Seno menghadangnya di pintu keluar
"lo sengaja?" tanya Seno, Seno penasaran mengapa malam ini Alana seakan ingin membuat mereka marah
"gak kok, kan Alana udah biasa kayak gini.. justru Lana bersikap hormat pada kalian" jawab Alana tersenyum
"gue gak suka senyum lo" ucap Seno yang kemudian pergi
Alana melanjutkan jalannya, saat menaiki tangga beberapa pasang mata menatapnya dengan kesal dan bingung, Kunan sangat ingin melampiaskan kemarahan nya pada Alana namun entah mengapa hatinya merasa malas untuk mendengar rintihan putri nya itu, Pharta juga sama ingin marah namun entah pada siapa, sikap Alana tadi membuatnya benar-benar kesal
Seno malam ini tidak marah saat melihatnya, Alana sempat bingung dengan sikap Seno, selain menjauhkannya dari Ayah mereka Seno bahkan sangat jeli dia tau jika Lana memang sengaja memancing emosi mereka
Alana mengetuk pintu beberapa kali, namun tak ada respon sama sekali entah Aluna sudah tidur atau memang sengaja tidak ingin bersuara
"Luna, makanan lo" ucap Lana, barulah pintu di buka Alana menyodorkan makanan di tangannya namun Luna malah menariknya masuk
"duduk" perintah Luna
Alana yang bengong pun duduk, Lana bingung mengapa Tuan putri itu menariknya masuk, dia bahkan di perbolehkan duduk di tempat tidurnya. Luna mengambil nampan di tangan adiknya itu dan menaruhnya di meja
"Lana.. gue mau ngomong sama lo, tapi hanya kita berdua" ucap Luna yang terlihat serius
"apa?" Lana masih heran dengan sikap Aluna padanya
"gue gak tau harus mulai dari mana tapi.. gue.. gue.. " Aluna seolah ragu untuk mengeluarkan suaranya, Lana semakin penasaran dengan apa yang akan Luna ucapkan
"gue minta maaf sama lo" lanjut Luna setelah mengumpulkan keberanian
"hah? buat??" tanya Alana terkejut
"semuanya, gue mau perbaiki semuanya.. gue mau kita.... kita.. deket" jawab Aluna, Lana malah bengong dengan ucapan Aluna yang benar-benar hampir di luar nalarnya, seorang Aluna??? mengatakan hal yang mustahil keluarganya ucap kan untuknya dengar??