Theodore Sulivan menganggap semua wanita di dunia ini adalah sumber masalah. Masalalu yang memaksanya karena dirinya di khianati oleh sang istri di depan matanya membuat dirinya berubah menjadi sosok pria dingin dan seakan tidak tersentuh.
Namun tiba-tiba dunianya kembali berwarna kala dirinya di pertemukan dengan guru sang putra bernama Hana Pertiwi.
Hana Pertiwi justru takut kepada Theo karena menganggap Theo adalah pria yang menyeramkan sekaligus menyebalkan.
"Call me daddy, baby atau kau akan terus berada dalam cengkraman ku sekaligus penghangat ranjangku" ucap Theo dengan nada dingin namun penuh intimidasi!!!!
Apakah Hana bisa bersama Theo, ataukan Hana malah semakin takut pada pria itu....??????????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Oktana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Theodor, Aku Membencimu
21+...
BOCIL DI LARANG BACA YA, SOAL DOSA TANGGUNG MASING-MASING..... 🤪🤪🤪🤪🤪
Entah bagaimana caranya Theo menghubungi Hana karena Hana menghindar dari dirinya bahkan nomor ponselnya pun hanya blokir. Theo merasa sangat menyesal kenapa ia kembali lagi tergoda dengan para wanita malam.
"Hana maafkan aku! " desah frustasi Theo.
Berkas-berkas yang harusnya ia periksa dan tandatangani hanya tergeletak bak penonton yang menertawakan kegalauan Theo.
Sementara Hana mencoba melupakan Theo dan apa yang ia lihat semalam. Tentunya hati Hana masih belum baik-baik saja.
"Kayanya aku harus healing" ucap Hana.
Danau kesedihan tempat Hana bebas menangis adalah ide terbaik untuk di kunjungi, dirinya pun akan berangkat ke sana.
sesampainya di taman kota, ia melihat suasana taman itu sepi hanya ada beberapa penjual makanan gerobakan yang mangkal di sana. Hana pun segera berjalan memasuki kawasan danau semakin dalam mendekati area tersembunyi tempat dirinya meleburkan kesedihan.
Tempat itu begitu sepi, sunyi dengan pohon-pohon yang masih rindang. Tak banyak orang tahu tempat itu.
Hana terus berjalan mendekati area itu namun ia melihat sebuah motor terparkir di bawah pohon.
"Ada orang berarti! " gumam Hana.
Tanpa curiga ia terus berjalan menyibak dedaunan menuju tempat favoritnya. Namun belum juga kakinya sampai, ia malah mendengar orang yang sedang mesum di balik rerumputan.
Plok!!!
Plokk!!!
plokk!!!
Suara benturan kulit beradu terdengar saling bersahutan di susul suara desahan yang syahdu.
"Ahhhhhhhhhhhhh... Ahhhhhhh.. Ahhhhh.. Mashhhh Mahendra.. Ahhhhhhh" ucap suara wanita dari balik semak-semak.
"Gila, gila niatnya mau healing malah dengar suara jin ifrit" kesal Hana namun ia tidak pergi.
"Hssssss!! Oughhhhhh ini, enak sekali Tyas, beda dengan punya Mbak mu" lenguh pria dengan suara tersenggal.
"Kocok Mas, terus mumpung gak ada orang! Ya terus, disana Mas.. Ukh enak banget" racau si wanita.
"Gak kuat, Mas mau keluar sayang" ucap si pria.
Plak!!!
plak!!!
Plak!!!
"Hssshhhhh Ahhhhhhhhhhh..Tyassssss" lenguh si pria menyebut nama lawan bercintanya.
"Ahhhhhh Mas Mahen, gak kuatzzz Mas.. Aku, aku juga keluarrrrrrrrrr" balas wanita itu teriak.
"Bang shat, mening pergi aja kalau begini! Dasar orang stres, pagi-pagi malah mesum di hutan" kesal Hana lalu terus berjalan ke tempat tujuan tanpa di ketahui oleh pasangan mesum itu.
Kini Hana telah sampai di tempat favoritnya! Tepi danau yang syahdu dengan riak air yang tenang dan masih terlihat kabut yang di terpa sinar mentari pagi.
Kemarin ia kemari karena merasa hancur oleh Riko, dan sekarang ia kemari karena hancur oleh Theo.
"Kenapa takdir seakan mempermainkan ku, Ya Allah? Apakah seorang Hana Pertiwi tidak berhak bahagia atas cintanya? Apakah tidak ada seorang pun pria yang berani mencintaiku dengan ketulusan? Hikhikhik" Hana berkata sembari menangis.
"Dulu cinta pertamaku, yaitu Papa pergi meninggalkanku dan Mama karena hasutan keluarganya, Dan kini satu persatu pria yang aku cintai berkhianat.. hikhikhik" Hana masih mengatakan unek-unek di hatinya. Ia keluarkan agar hatinya menjadi tenang.
"Theodor Sulivan, badjingan, penjahat kelam*n, brengsek, aku membencimu sampai tulang" maki Hana sembari melemparkan beberapa kerikil ke permukaan air danau.
"Maafkan aku, Hana! Maafkan aku sudah mengecewakan mu" ucap suara dari belakangnya.
Hana mendongak dan melihat Theo berdiri di belakangnya dengan wajah yang terlihat lesu.
Sebenarnya ketika ia sedang berada di kantor, hatinya masih di selimuti kabut ketidak tenangan akan Hana.
Wanita yang sudah menjadi kekasihnya itu tak bisa di hubungi, no ponsel dirinya masih di blokir. Bisa saja Theo menghubungi Hana dengan ponsel yang lain namun menurut Theo itu tindakan yang tidak gentle.
Theo pergi kerumah Hana, namun di sambut sikap cuek Kartika. Kartika menjadi kehilangan rispek pada Theo karena cerita Hana tadi malam.
"Bu, saya ingin bicara pada Hana, apa dia ada? " tanya Theo.
"Hana tidak ada, Mas! Sebaiknya Mas Theo jangan menemui anak saya lagi, saya tidak mau Hana terus di sakiti, Hana berhak bahagia dengan pria baik-baik" Kartika memperingati.
"Saya tidak bermaksud menyakiti Hana, Bu! Saya ingin bicara baik-baik pada dia" balas Theo.
"Tidak perlu Mas Theo! Lupakan anak saya, saya akan nikahkan dia dengan pria yang sederajat dengan kami. Anda orang kaya, anda juga bisa mendapatkan wanita yang setara dengan anda bahkan anda bisa membeli puluhan wanita dengan uang yang anda miliki tapi tidak dengan anak saya, Hana! Sudah cukup sedari kecil ia selalu menderita, dan saya tidak akan biarkan itu terus terjadi. Pergi dari rumah saya, jangan temui Hana lagi" Kartika marah sekali kepada Theo.
Brak!!!
Kartika langsung menutup pintu dengan keras.
Theo merasa lesu, tetapi ia ingat jika sedang sedih maka Hana akan pergi ke danau. Theo pun segera pergi kesana untuk mencari Hana.
..
"Mau apa Mas Theo kemari?" tanya Hana memandang Theo dengan pandangan kebencian.
"Aku tahu kamu pasti kemari! Hana maafkan aku sudah buat kamu kecewa" balas Theo.
Mendengar itu Hana hanya tersenyum seakan mengejek.
"Kenapa harus meminta maaf, Mas? Bukannya memang itu hobi kamu ke club dan bersenang-senang dengan wanita malam? Kenapa harus merasa bersalah padaku? " tanya Hana dengan nada dingin.
"Aku akui memang aku salah, Hana. Aku brengsek, maafkan aku tapi aku janji tidak akan melakukan itu lagi, Hana tolong maafkan aku" Theo memohon dengan sangat agar Hana memaafkannya.
"Silahkan saja Mas, kamu berhak bersenang-senang, berzina dan berpuas diri lainnya aku tidak akan melarang toh bukan hak aku. Pergi dari sini, pergi yang jauh" balas Hana tak peduli namun tak di pungkiri ada air mata yang menetes dari pelupuk matanya.
Theo langsung memeluk Hana sangat erat, namun Hana hanya diam tak membalas.
"Kamu berhak marah padaku, sayang. Kamu berhak mengatur ku karena kamu kekasihku! Maafkan aku" Theo memohon.
"Kalau kamu menganggap ku kekasih maka hari ini kamu bukan lagi kekasihku, hubungan kita selesai hari ini Tuan Theodor Sulivan" ucap Hana.
Theo langsung melepaskan pelukannya lalu memandang wajah Hana yang memerah.
"Tidak Hana, tidak! Aku menolaknya" tegas Theo yang masih ingin mempertahankan hubungan yang baru seumur jagung itu.
"Kamu menjijikan" hanya itu yang Hana ucapkan lalu pergi dari hadapan Theo.
Namun seorang Theodore tak tinggal diam, ia menarik tangan Hana hingga terjerembab ke pelukannya.
"I love u so much, Hana Pertiwi! Berikan aku kesempatan" ucap Theo dengan nada menahan emosi.
"Lepaskan, lepaskan" Hana berontak.
"Gak, gak mau! " tolak Theo.
Hana merasa terdesak sebab kini Theo memojokkan tubuhnya ke batang pohon.
"Mau apa kamu, Mas? " tanya Hana merasa waspada.
Cup!!!
Tiba-tiba Theo mencium Hana dengan dalam, Hana melawan namun tenaganya tak cukup kuat.
Theo melumat bibir Hana dengan rakus, dan sedikit brutal membuat Hana hampir kehabisan nafas.
"Lepaskan badjingan" ucap Hana kala bibirnya terlepas dari bibir Theo.
"Tidak akan!" balas Theo.
Ia kembali mencium bibir Hana dengan tangan memasuki baju Hana dan meraih benda kenyal lalu meremasnya.
"Jangan kurang ajar, brengsek" Hana memaki namun Theo tak mendengarkan nya. Ia anggap makian Hana sebagai nyanyian merdu.
Theo menyingkap baju Hana, lalu menenggelamkan wajahnya di dada seperti bayi yang kehausan. Hana tidak bisa menolak dengan birahi yang Theo ciptakan walau hatinya sedang kecewa.
Puas dengan melon ranum milik Hana, Theo langsung menyingkap rok yang Hana kenakan.
"Jangan Mas, jangan atau aku akan membencimu seumur hidupku" Hana benar-benar ketakutan dengan apa yang akan Theo lakukan.
"Diam sayang" balas Theo.
Ia kini bisa melihat segitiga berenda berwarna merah marun yang menjadi bungkus milik Hana yang paling berharga.
"Jangan! " tentu Hana merasa tidak terima apa yang selama ini di lindungi dari dirinya kini hampir terlihat oleh Theo.
Theo melihat itu diam sejenak memperhatikan lekuk surgawi milik Hana. Walau ia sudah beberapa kali melihat selangk@ng@n wanita namun milik Hana begitu terlihat istimewa.
Theo langsung melepaskan segitiga berenda itu secara pelan-pelan hingga terlepas.
"Jangan" Hana berkata dengan lirih sembari menutupi miliknya yang tidak banyak di tumbuh semak belukar.
Theo memandangi gundukan itu, terlihat sangat halus dan menggoda bahkan terlihat merah merekah bak bunga mawar yang baru mekar.
"Indah sekali sayang! Ini milikku, kamu dan benda ini milikku, Hana Pertiwi tak ada yang boleh menyentuhnya kecuali aku" ucap Theo.
"Bukan milikmu, tapi milik suamiku nanti! " balas Hana.
"Tapi aku sudah melihatnya! " balas Theo dengan seringai menyebalkan.
Kedua kaki Hana di buka lebar-lebar oleh Theo, pria itu begitu menikmati pemandangan di hadapannya.
Ia lalu berjongkok di depan kaki Hana dan melakukan hal yang tak pernah Hana duga sebelumnya.
Slurrpppp!!!
Theo menjilat permulaan mawar merah itu seperti bocah menjilati eskrim.
"Kyaaaaaa!!! Apa yang Mas lakukan? " Hana terkejut karena miliknya di mainkan oleh lidah Theo.
"Nikmati saja sayang! " balas Theo.
Theo dengan asiknya bermain-main di bawah sana dengan mulut dan lidahnya sementara Hana mendesah frustasi. Disini lain ia menikmatinya di sisi lain juga ia semakin membenci Theo.
"Kecil sekali lubangnya" ucap Theo.
Lama bermain-main disana, Hana merasakan ingin buang air kecil.
"Awas, aku mau pip*s" Hana ingin berontak namun di tahan oleh Theo.
"Disini saja" Balasnya.
Hana mengejang sembari mencengkram rambut Theo kemudian ia merasakan ledakan di bawah sana.
Tanpa merasa jijik Theo menjilati sisa-sisa pelepasan Hana.
Sesudah puas, Theo membantu Hana merapihkan rok nya dan baju Hana.
Plak!!!
Dengan emosi yang membuncah Hana menampar wajah Theo sangat keras menurut versi Hana namun Theo hanya merasa panas sedikit di wajahnya.
"Theodor, aku sangat membencimu! " ucap Hana lalu pergi dari hadapan Theo sembari menangis.
Apakah Theo menyesal melakukan itu pada Hana? Jawabannya tidak, ia malah bangga bisa melihat tubuh Hana dan melihat bahwa Hana masih terpelihara dengan baik mahkotanya. Namun yang Theo sesalkan kenapa ia bisa kembali terjerumus dengan wanita malam dan di ketahui Hana.
Theodor pun meninggalkan tempat itu mengikuti Hana.