NovelToon NovelToon
(Un)Known Celebrity

(Un)Known Celebrity

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu / Wanita Karir / Romansa
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Yourlukey

Mengulik kehidupan selebriti di belakang layar. Novel ini menceritakan tentang, Kayla Aruna, selebriti kurang terkenal yang sudah lama berkecimpung di industri dunia hiburan itu harus menerima kritikan pedas dari netizen setelah dia tampil di salah satu program variety show bersama Thaniel Hanggono.

Namun di tengah kontroversi yang menimpa Kayla, tawaran untuk bermain film bersama Thaniel justru datang dari salah satu production house dengan bayaran yang cukup mahal. Kayla yang menerima tawaran itu karena tertarik dengan naskahnya pun semakin banyak menerima hate comment karena dianggap panjat sosial menggunakan nama Thaniel.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yourlukey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Shoes

"Intonasi suara Mas Thaniel sudah baik, gimana kalau ekspresinya ditingkatkan lagi?" Guru akting Thaniel berkata dengan suara rendah dan tersenyum di akhir kalimatnya. Mungkin dia tahu kalau Thaniel suka memecat guru akting tanpa alasan yang jelas, jadi sebisa mungkin dia memberi masukan dengan sangat hati-hati, agar dia tidak menyinggung hati laki-laki itu yang akan berdampak pada karirnya.

"Gimana caranya?" Thaniel bertanya.

Perempuan itu kemudian memperagakan sekaligus membacakan naskah yang akan diperankan Thaniel.

Thaniel menggangguk, dia kemudian mempraktikkan seperti apa yang diajarkan guru itu.

Perempuan itu tersenyum. "Boleh lebih alami lagi?"

Thaniel menarik napas dalam-dalam, kemudian menghembuskan secara perlahan. Dia kembali mempraktikkan adegan itu. "Begitu?" Tanyanya setelah mengulang apa yang dikatakan gurunya.

"Iya." Jawab perempuan itu takut-takut.

Melihat guru aktingnya yang tampak tertekan, Thaniel memutuskan untuk menghentikan sesi belajar mereka. Berkata bahwa dia ingin bertemu di sesi berikutnya.

"Emang muka gue serem banget apa sampai dia ketakutan gitu." Thaniel menggerutu pada dirinya sendiri setelah guru aktingnya melenggang dari hadapannya. Dia lalu menghela napas kasar.

Berdiam diri di ruang tengah dengan suasana sunyi membuat Thaniel kembali memikirkan kejadian konyol yang terjadi kemarin saat dia tanpa sengaja menggunakan sepatu Kayla untuk melempar kecoa.

"Sumpah malu-maluin banget." Sekali lagi dia menggerutu, lantas meraih ponselnya yang ada di atas meja.

Merasa tidak enak hati karena telah merusak sepatu perempuan itu, Thaniel berniat mengganti sepatu Kayla dengan membelikan yang baru dan dengan model yang sama. Tapi saat membuka berbagai macam online Shop dia tidak mendapatkan sepatu yang sama.

Thaniel kemudian mengingat perkataan si perempuan yang datang bersama Kayla. Dia menyebut kalau sepatu itu adalah sepatu keberuntungan pemberian orang tua Kayla. Merasa bersalah berkali lipat, Thaniel pun menelepon Nando, siapa tahu Manajernya itu bisa membantu dirinya untuk mencari sepatu yang sama.

"Halo." Sahut Thaniel setelah memastikan Nando mengangkat teleponnya. "Lo tahu nggak, sepatu Kayla yang gue rusakin itu belinya di mana?"

"Kenapa, Mas Thaniel? Mau diganti?" Nando bertanya, langsung pada intinya.

Nando ini memang Manajer paling cerdas, bagaimana bisa dia tahu kalau Thaniel berniat mengganti sepatu Kayla? Instingnya terlalu cepat. Karena itulah Thaniel sangat menyukai Nando. Dia benar-benar orang yang bisa diandalkan.

"Kok lo tahu kalau gue mau ganti?" Thaniel bertanya penasaran.

"Udah pastilah, kalau sama Kayla kan Mas Thaniel suka nggak enak. Iya, sih, emang salah Mas Thaniel. Justru aneh kalau Mas Thaniel nggak berusaha ganti. Walaupun nanti juga bakal ditolak, seenggaknya Mas Thaniel sudah berusaha.

Thaniel mengangguk setuju. "Tapi ralat, ya, bukan cuma sama Kayla, tapi sama semua orang. Gue juga suka nggak enakan."

"Nggak, kok, cuma sama Kayla doang. Kalau sama saya, Mas Thaniel suka seenaknya. Suka tukar makanan kalau Mas Thaniel nggak suka, juga suka ganti guru akting dengan alasan nggak jelas."

"Nggak jelas?"

"Iya, nggak jelas. Tiba-tiba pengen ganti guru akting dengan alasan nggak cocok. Terus yang cocok itu gimana?" Nando terdengar mengomel di telepon.

"Nggak jelas gimana, sih? Emang harus ada kata lain secara nggak cocok? Kalau nggak cocok, ya, nggak cocok. Kalau sama Kayla itu dia selalu bikin gue merasa bersalah terus setiap ketemu. Jadi, ya, gue cuma mau ngelurusin kesalahpahaman." Thaniel bersikeras. Di telepon dia mendengar helaan napas kasar dari Managernya.

"Ya udah, ya udah. Terus Mas Thaniel mau saya gimana?" Kata Nando pasrah. Dia terdengar malas untuk mendebat Thaniel.

"Mau ganti sepatu Kayla yang sama persis, tapi nggak tahu belinya di mana. Bisa cariin, nggak?"

"Ya udah. Saya cari dulu. Tapi modelnya gimana saya lupa."

"Gue masih ingat. Gue gambarin modelnya terus cari yang sama."

Mereka kemudian menutup sambungan telepon. Thaniel beranjak dari tempat duduknya lalu menyambar kertas kosong yang tersusun rapi di rak, meraih bolpoin kemudian kembali ke tempat duduknya untuk menggambar model sepatu milik Kayla yang secara tidak sengaja dia rusakin. Dengan sekuat tenaga dia mengumpulkan ingatan yang mulai kabur mengenai bentuk sepatu Kayla.

Di ruang tengah yang lengang itu, perhatian Thaniel teralihkan setelah mendengar bunyi notifikasi handphone. Satu buah pesan masuk dari Nando.

Nando

Mau saya tanyain aja sama Kayla gimana bentuknya dan di mana belinya? Mumpung saya libur. Kayaknya dia di rumah.

Membaca pesan Nando, Thaniel buru-buru menolak. Dia langsung membalas pesan itu.

Thaniel

Ya nggaklah, jangan tanyain ke Kayla. Lo nggak inget kemarin dia nolak. Kalau lo tanyain pasti dia nolak lagi.

Thaniel mengirim pesan itu, tak lama kemudian Nando membalas,

Nando

Oh, sekarang udah paham gimana sifat Kayla?

Membaca balasan itu, kontan membuat Thaniel mengerutkan dahinya. Karena tidak ingin melihat Nando meledeknya lewat pesan singkat, laki-laki itu kemudian menekan tombol "call" di ponselnya. Bukannya menjawab panggilannya, Nando justru kembali mengirim pesan singkat pada Thaniel.

Nando

Saya lagi di kamar mandi, Mas Thaniel. Nggak papa kalau mau ngelihat?

Semakin geram dengan ledekan Nando, Thaniel pun memutuskan sambungan teleponnya dan membalas pesan itu. Tak butuh banyak kata untuk mengekspresikan kekesalannya, dia hanya mengirim satu emotikon jari tengah untuk mewakili perasaannya. Tentu reaksi Thaniel itu mengundang gelak tawa Manajernya yang hanya membalas dengan emotikon tertawa terbahak-bahak.

Setelah menyelesaikan gambar sepatu Kayla, Thaniel lantas memotretnya dan mengirim foto itu pada Nando.

Thaniel

Awas kalau salah, cari yang bener!

Tak selang berapa lama Nando membalas.

Nando

Siap 86, Ketua. Tugas segera dilaksanakan.

Setelah membaca pesan itu, Thaniel kemudian merebahkan dirinya di sofa ruang tengah untuk menunggu hasil pencarian Nando. Meski sedikit membuat dirinya jengkel, Managernya itu memang sangat cepat dan kompeten, buktinya tak membutuhkan waktu lama bagi Nando untuk menemukan gambaran jelas sepatu yang dipakai Kayla. Untuk mengonfirmasi kebenaran sepatu itu, Nando mengirim foto Kayla pada Thaniel saat perempuan itu mengenakan sepatu yang sama seperti yang dia gambar.

Nando

Yang ini? Bener, nggak?

Thaniel lantas membalas.

Thaniel

Iya betul.

Nando

Untuk beli sepatunya, Mas Thaniel harus PO dulu.

Thaniel

PO?

Nando

Pre-Order, harus pesan dulu baru dibikinin. Store-nya nggak stock sepatunya.

Thaniel

Ya udah, pesan aja.

Nando

Sapatunya nomor berapa?

Thaniel menepuk jidat membaca pesan Nando. Dia lupa kalau untuk membeli sepatu itu memerlukan ukuran kaki. Tak kehabisan ide untuk membeli sepatu itu, Thaniel pun menelepon Marsya untuk bertanya ukuran kaki perempuan itu, karena kalau dilihat dari ukuran fisik dan tinggi badannya, badan Marsya dan Kayla tak beda jauh, jadi ukuran sepatu mereka pasti kurang lebih sama. Itu pikiran Thaniel. Setelah Marsya memberi tahu ukuran sepatunya, Thaniel pun membalas pesan Nando.

Thaniel

38.

Nando

Ok.

Setelah menjawab pesan itu, tak selang berapa lama Nando kembali mengirim pesan singkat pada Thaniel berupa bukti transaksi yang menunjukkan bahwa dia sudah memesan sepatu itu. Thaniel menghela napas lega. Meski ada banyak kesalahanpahaman yang terjadi antara dirinya dan Kayla, setidaknya kali ini dia bisa meluruskannya dengan baik. Kalaupun seandainya nanti gadis itu menolak, Thaniel mempunyai alasan mengapa Kayla harus menerimanya, yaitu dengan mengatakan kalau sepatu itu adalah sepatu perempuan, jadi Thaniel tidak mungkin memakainya. Dengan begitu, Kayla akan menerimanya.

Laki-laki itu tersenyum tipis memikirkan ide konyolnya sendiri

1
miilieaa
ku temenin yah kayla
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!