Setelah meminum racun dalam adegan syutingnya, Gu Zhi Yi tiba-tiba terlempar ke zaman kuno dan memasuki tubuh Putri Xu yang dipaksa mati demi mengikuti calon suaminya—Pangeran Xu.
Tidak ingin mengalami kematian tragis seperti yang ada di naskah, Zhi Yi pun berusaha keras mengubah nasibnya ....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itsme AnH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Merusak Rencanaku
Liu Sanniang tidak memikirkan apa yang dipikirkan oleh Zhi Yi. Dia hanya tahu bahwa Pangeran Xu sedang terluka dan harus segera diobati, tetapi dirinya malah mendapati keengganan di wajah Zhi Yi.
"Kenapa tidak kamu saja yang menyekanya?" Zhi Yi langsung melemparkan handuk di tangannya pada Liu Sanniang, lalu berjalan keluar dengan wajah memerah.
Liu Sanniang mengerutkan keningnya, tetapi tidak begitu memperdulikan sikap aneh Zhi Yi dan berjalan mendekati Pangeran Xu.
Namun, tindakannya dihentikan oleh suara serak Pangeran Xu yang dingin dan membentangi jarak. "Kamu juga keluar."
Jika tunangannya saja sudah keluar, untuk apa lagi wanita lain di dalam kamarnya?
"Saudara Dingfei." Liu Sanniang memasang raut menyedihkan dan memanggilnya dengan lembut, tetapi Pangeran Xu malah memalingkan wajahnya.
Tepat pada saat itu, Xiao Hui kembali dengan botol porselen berukuran kecil di tangannya.
"Xiao Hui, oleskan obatnya padaku."
Begitu kata-kata itu jatuh, Liu Sanniang seharusnya tidak punya alasan lagi untuk tetap berada di sana.
Hanya saja, dia benar-benar enggan pergi dan ingin tetap di sana demi memastikan Pangeran Xu baik-baik saja.
"Baik, Yang Mulia." Xiao Hui melirik sekilas pada Liu Sanniang, sebelum akhirnya berjalan mendekati Pangeran Xu. "Saya punya Salep Emas yang diberikan oleh Tabib Suci Xue, ini sangat mujarab."
"Nona Liu, Xiao Hui akan mengoleskan obat pada lukaku, kamu keluarlah dulu."
Meski suara Pangeran Xu agak melembut, tetapi Liu Sanniang jelas merasakan keterasingan seperti ada tembok raksasa yang membatasi mereka.
Liu Sanniang mendengus kesal, sebelum akhirnya berbalik pergi.
Xiao Hui mengabaikan Liu Sanniang, dia dengan lembut dan hati-hati membersihkan, juga mengoleskan obat pada luka Pangeran Xu yang sangat mengerikan.
"Yang Mulia, jangan khawatir. Salep Emas ini pasti akan menyembuhkan lukamu dan tidak akan meninggalkan bekas."
...
Di kamar Selir Liu, Pangxie memijat bahu sang majikan dengan gerakan lembut sambil berkomentar, "Mereka melakukan kesalahan seperti itu, tapi Yang Mulia hanya memberikan tiga puluh cambukan. Ini tidak adil."
Pangxie sangat tidak puas dengan hukuman yang diberikan oleh Pangeran Xu Jun, terlebih Pangeran Xu juga menggantikan Zhi Yi menerima hukuman.
Seharusnya mereka menerima hukuman yang lebih berat dari itu!
Selir Liu tersenyum tipis, wajahnya tampak tenang. "Yang Mulia masih tidak bisa berhenti memikirkan wanita itu."
Pangxie tahu wanita yang dimaksud oleh Selir Liu adalah ibu Pangeran Xu—Putri Hua.
Karena Selir Liu tidak menyukai Putri Hua, Pangxie juga secara alami memiliki ketidaksenangan terhadap wanita itu.
Terlebih, Pangeran Xu Jun juga sepertinya tidak bisa berhenti memikirkan Putri Hua yang sudah lama meninggal. Jika tidak, dia tidak akan berkali-kali bertoleransi terhadap sikap sembrono Pangeran Xu.
Pangxie mendengus. "Putri Hua hanyalah seorang pengusaha wanita, Yang Mulia masih muda saat itu dan tertipu dengan pesonanya."
Selir Liu cemberut.
Meskipun Hua Lianyi hanya seorang pengusaha, statusnya tetaplah seorang putri dan berada satu tingkat di atas Selir Liu.
Bahkan, Pangeran Xu Jun tidak pernah mengungkit perihal kursi istri sah yang telah kosong sejak Putri Hua meninggal.
Selir Liu berpikir Pangeran Xu Jun hanya ingin wanita yang telah menyatu dengan tanah itu menjadi satu-satunya istri sah di Kediaman Ming.
"Karena tipuan Putri Hua, Yang Mulia tidak mendengarkan nyonya tua itu dan bersikeras menikahinya."
Nyonya Tua Xu adalah ibu Pangeran Xu Jun, dia menentang keras Hua Lianyi menjadi menantu perempuannya hanya karena wanita itu adalah seorang pengusaha yang meneruskan usaha keluarganya.
Keluarga Hua memang keluarga terpandang, tetapi di mata Nyonya Tua Xu, keluarga pedagang tidak lebih baik dari keluarga pejabat.
Pangxie cemberut, dia terus mengutarakan isi pikirannya yang dipenuhi dengan ketidakpuasan. "Putri Hua telah meninggal selama bertahun-tahun, Anda juga telah membantu Yang Mulia mengurus keluarga dan melayani orangtuanya selama ini. Mengapa Yang Mulia tidak melihatnya?"
Selir Liu masih tenang, tetapi suara yang melintasi bibirnya diselimuti kekejaman. "Saya akan memastikan Yang Mulia tidak bisa melindungi putranya lagi!"
Pada saat itu, Liu Sanniang masuk ke dalam dengan ekspresi cemberut dan merengek, "Bibi."
"Bagaimana dengan Dingfei?" Selir Liu bertanya dengan rasa ingin tahu, dia tidak sedikit pun mengkhawatirkan Pangeran Xu.
"Xiao Hui sedang mengoleskan obat padanya," sahut Liu Sanniang seolah-olah sedang mengadu pada ibu kandung yang selalu membelanya dalam setiap kesempatan.
Dia lupa, wanita yang ada di hadapannya bukanlah ibunya!
Selir Liu menatap Liu Sanniang dengan penuh selidik, ada ketidaksenangan dalam nada bicaranya. "Kenapa kamu tidak melakukannya?"
"Aku ...." Liu Sanniang segera menutup mulutnya, menelan kembali semua kata-kata yang ingin dia muntahkan.
Tatapan Selir Liu menjadi dingin dan tajam, bahkan nada suaranya pun tidak kalah dingin saat bertanya, "Tahukah kamu apa yang harus kamu lakukan?"
"Tentu saja saya tahu." Liu Sanniang membalas tatapan Selir Liu, dia pun berkata dengan penuh keyakinan. "Membuat Pangeran Xu jatuh cinta padaku dan membatalkan pernikahan yang diatur oleh Kaisar."
Tujuan Selir Liu jelas, dia ingin Pangeran Xu menanggung dosa karena tidak mematuhi Kaisar.
Dengan begitu, dia hanya perlu meminjam tangan Kaisar dan tidak perlu mengotori tangannya sendiri untuk menyingkirkan Pangeran Xu.
Selir Liu tersenyum puas. "Aku senang kamu mengetahuinya."
Detik selanjutnya, dia menghela nafas dan tersenyum lembut saat memikirkan putra semata wayangnya. "Waktu liburan Yichen sudah tiba, bawa dia kembali ke mansion untukku."
"Baik." Liu Sanniang mengangguk patuh, sebelum akhirnya berbalik dan pergi.
Setelah Liu Sanniang hilang dari pandangan, Pangxie langsung mengajukan pertanyaan pada Selir Liu. "Nyonya, kenapa kamu membiarkan dia pergi?"
Selir Liu memang sedang berbicara dengan Pangxie di dalam kamarnya, tetapi pandangannya jauh ke depan. "Aku menyuruhnya merayu Xu, tapi aku takut dia akan jatuh cinta padanya dan merusak rencanaku."
"Rencana?" Pangxie mengerutkan keningnya, menatap Selir Liu dengan rasa ingin tahu yang menggunung.
Selir Liu menggerakkan jemari tangannya yang lentik, Pangxie segera menunduk dan menyodorkan telinganya ke depan bibir sang majikan.
Setelah membisikkan beberapa kata di telinga Pangxie yang mengangguk mengerti, Selir Liu tersenyum penuh makna.
...
"Putri, kamu akhirnya kembali." Songshu berlari kecil menyambut kedatangan Zhi Yi di depan pintu Paviliun Bulan, dia menghela nafas lega saat melihat majikannya kembali dengan tubuh utuh.
Meski sudah memastikan tidak ada sedikit pun luka di tubuh Zhi Yi, Songshu masih khawatir dan ingin memastikannya langsung dengan berkata, "Saya telah mendengar bahwa Yang Mulia menghukummu dan Pangeran Xu. Apa kamu baik-baik saja?"
"Aku baik-baik saja, Pangeran Xu mengambil hukuman untukku." Zhi Yi duduk di kursi yang mengelilingi meja bulat di kamarnya.
Songshu langsung menuangkan segelas teh untuknya. "Putri, apa kamu minum? Apa kamu minum terlalu banyak?"
Melihat tindakan Songshu, Zhi Yi tidak bisa menahan rasa hangat di hatinya karena belum pernah ada orang yang melayani dan memperlakukannya dengan sangat baik.
"Hmmm, aku mabuk, tapi aku menjadi sadar ketika di Paviliun Kebajikan."
Bagaimana mungkin dia masih bisa dalam keadaan mabuk setelah menghadapi amarah Pangeran Xu Jun?
Mengingatnya lagi saja, Zhi Yi enggan.
Sangat mengerikan!
Zhi Yi bergedik ngeri, lalu tiba-tiba sebuah pemikiran melintas di otak kecilnya.
"Songshu, duduklah." Zhi Yi menarik tangan sang pelayan.
Songshu menatap Zhi Yi dengan ragu, tetapi dia tetap duduk di sebelah sang majikan. "Putri, ada apa?"
"Izinkan aku menanyakan sesuatu padamu."
semangat kak...🥰🥰🤗