"Aku bosan menjadi polisi pangkat ren dahan, jadi aku memutuskan untuk menikahi Senna demi naik pangkat. Dan maaf Nana, kisah kita selesai sampai di sini."
Nana begitu hancur ketika mengetahui bahwa Darius, sang kekasih meninggalkannya dan menikahi anak komandan mereka.
"Darius, padahal kita berjuang bersama untuk masuk kedalam dunia kepolisian ini, tapi demi pangkat kau meninggalkanku."
Satu tahun kemudian
Nana menatap tak percaya pada lelaki kaya di depannya, lelaki yang tiba-tiba mengajaknya menikah. "haruskah aku terima tawarannya untuk membalas Darius?"
Ikuti kisah mereka di sini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi kim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berdamai
Aku update beberapa bab gengs
"istirahatlah, aku akan menyuruh pelayan Untuk mengantarkan makanan ke dalam kamarmu, tidak perlu pikirkan apapun. Aku sudah bilang aku tidak risih dengan kehadiranmu."
Nana tersadar ketika mendengar ucapan Jayden, wanita itu menggigit bibirnya. Jujur saat ini Nana ingin menangis kencang-kencangnya karena merasa terharu, dua minggu ini Nana berpikir bahwa dia menjadi penghambat untuk Jayden, dan selama dua minggu ini Nana juga selalu dihinggapi kebingungan, dia bingung harus bersikap bagaimana ketika sikap Jayden seperti ini.
Pergi dari rumah Jayden pun tidak mungkin karena dia sudah mempunyai perjanjian dengan lelaki itu, bukan hanya itu Nana pun bingung dimana kesalahannya, hingga Jayden berubah sikap padahal seingatnya Nana tidak melakukan kesalahan apapun.
Dan tentu saja sekarang ketika mendengar suara Jayden seperti semula, Nana rasanya ingin menangis.
"Pergilah ke kamar!" Jayden kembali mengulangi ucapannya, Dia menepuk bahu Nana hingga Nana tersadar, wanita itu mengangguk kemudian berbalik dan berjalan ke dalam kamar.
Ketika masuk ke dalam kamar, Nana langsung membaringkan tubuhnya di ranjang, semalaman dia tidak tidur karena tubuhnya terasa remuk, dan tadi pagi dia berpikir dia akan menderita karena tidak bisa beristirahat dengan tenang, tapi ternyata dia bisa beristirahat dengan nyaman di kamarnya tanpa harus menakutkan apapun.
Keesokan harinya
Nana keluar dari kamar mandi, tubuh wanita itu sudah sedikit membaik karena seharian kemarin Nana menghabiskan waktunya dengan istirahat, bahkan Jayden memanggilkan terapis pijat untuknya, hingga kondisi tubuh Nana tidak terlalu sakit. Tapi walaupun sikap Jayden sudah berubah seperti semula, Nana masih tidak berani menampakan dirinya di hadapan suaminya, jadi dari kemarin dia tidak keluar dari kamar.
Tapi sepertinya pagi ini Nana harus keluar dari kamarnya, karena dia ingin mengambil sarapan. Nana merasa tidak enak harus dilayani oleh pelayan, karena walaupun dia istri Jayden, nyatanya dia bukan siapa-siapa lelaki itu.
Setelah mengeringkan rambutnya, Nana berjalan keluar dari kamar wanita itu berjalan dengan mengendap-ngendap berharap tidak bertemu dengan Jayden.
"Nona, apa anda butuh sesuatu? Maaf kami belum mengantarkan sarapan, karena kami harus menyiapkan sarapan untuk Tuan Jayden."
Nana tersenyum ketika mendengar ucapan kepala pelayan, karena memang dia turun sebelum jam Jayden sarapan.
"Tidak apa-apa bibi, aku akan membawa sarapanku. Bolehkah aku menyiapkannya sendiri?" Tanya Nana, baru saja kepala pelayan akan menjawab, tiba-tiba terdengar suara derap langkah hingga semua menoleh ke arah belakang dan ternyata yang datang adalah Jayden, tentu saja Nana refleks menunduk.
"Jangan sarapan di kamar, sarapan bersamaku." Setelah mengatakan itu, Jayden langsung berbalik kemudian dia berjalan ke arah meja makan meninggalkan Nana yang kebingungan.
"Bibi apa Tuan Jayden dan mengajak aku makan bersama?” tanya Nana dengan polosnya, tentu saja dia tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh suaminya, sebab dengan jelas saat itu Jayden mengatakan tidak biasa sarapan dengan orang lain.
"Hmm, Tuan menyuruh anda sarapan di sana nona, tidak apa-apa turuti saja perkataan Tuan."
Nana mengangguk dalam sekejap dia seperti orang linglung, tapi mau tak mau dia pun harus menurut.
"Tuan!" Panggil Nana ketika sudah berada di dekat Jayden yang sudah duduk di meja makan, wanita itu sama sekali tidak berani menatap suaminya.
"Duduklah!"
Jayden sepertinya mengerti dengan pemikiran Nana, hingga dia langsung menyuruh Nana untuk duduk.
"Ayo mulai sarapan tidak usah merasa tidak enak." Jayden kembali berbicara hingga Nana langsung mengambil makanan, jujur dia sungguh tidak nyaman makan dengan Jayden
.
Acara makan berlangsung dengan sangat hening, Jayden fokus pada makanannya begitupun dengan Nana hingga pada akhirnya acara makan pun selesai.
"Tunggu aku di ruang kerjaku, Aku ingin berbicara sesuatu padamu,"ucap Jayden ketika nana sepertinya akan pamit dan tentu saja, Nana mengangguk, dia pun langsung bangkit dari duduknya kemudian mendahului Jayden.
Kini, Nana dan Jayden sudah duduk di sofa dengan posisi berhadap-hadapan, Jayden ingin meminta maaf atas sikapnya karena dia tidak ingin membuat Nana tidak nyaman, walau bagaimanapun Jayden sadar dialah yang membawa Nana dalam kondisi seperti ini.
"Aku minta maaf atas sikap aku sebulan kemarin,* ucap Jayden yang langsung berbicara hingga Nana mengangkat kepalanya.
"Jujur, aku bingung Tuan. Kau yang mengajakku dalam kondisi seperti ini, tapi kau yang terlihat seperti benci padaku, aku tahu aku lancang mengatakan hal seperti ini, tapi aku hanya aneh saja. Seperti yang kau bilang aku tidak boleh bertindak gegabah, jadi aku tidak bisa pulang ke apartemenku ataupun tidur di tempat lain
karena aku takut pernikahan kontrak kita terbongkar," ucap Nana, dia langsung mengeluarkan kebingungannya pada Jayden, hingga Jayden mengaku-nganggukkan kepalanya.
"Aku pikir setelah menikah aku akan bisa merasa lega karena sudah mengabulkan keinginan putriku, tapi aku malah takut kedepannya akan rumit, aku takut kau Berharap lebih padaku, jadi aku berpikir untuk menjauhimu dan aku sadarnya itu pikiran yang keliru dan aku minta maaf atas pemikiranku," ucap Jayden, Nana terdiam dia berusaha mencerna ucapan Jayden.
"Tuan aku mengerti ketakutan Tuan, tapi aku hanya ingin mengatakan, bahwa Tuan jangan khawatir aku tidak akan melewati batasanku. Tuan adalah penolongku dan aku tidak mungkin bersikap berani pada Tuan, dan aku pastikan, aku tidak akan bertindak di luar batasanku, entah itu sekarang ataupun nanti," jawab Nana sambil tersenyum dan entah kenapa tiba-tiba Jayden merasa bersalah karena dia mempunyai pikiran seperti itu.
"Baiklah maafkan aku Nana atas pikiranku, kau tidak perlu sungkan lagi jika butuh apapun, dan aku percaya padamu," kata Jayden, hingga Nana mengangguk dan setelah berbincang-bincang sebentar, Nana pun memutuskan untuk pamit dan pergi untuk beristirahat di kamar, setidaknya kali ini Nana sudah bisa menghela nafas lega
Karena ternyata kesalahpahamannya dan Jayden sudah selesai, dan dia bisa bekerja dengan tenang tanpa harus mengkhawatirkan apapun.
gw bantuin na, nyekap jayden ke gudang tua, kita aniaya rame"🤣🤣
kan kamu yang dulu gak pengen Nana dan anak² mu,sampai Nana kamu pindah tugaskan...
kenapa gak kepalanya aja yang di lenyapkan Nana 😤😒