NovelToon NovelToon
Stuck On You

Stuck On You

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / CEO / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: _Sri.R06

Kehidupan Agnia pada awalnya dipenuhi rasa bahagia. Kasih sayang dari keluarga angkatnya begitu melimpah. Sampai akhirnya dia tahu, jika selama ini kasih sayang yang ia dapatkan hanya sebuah kepalsuan.

Kejadian tidak terduga yang menorehkan luka berhasil membuatnya bertemu dengan dua hal yang membawa perubahan dalam hidupnya.

Kehadiran Abian yang ternyata berhasil membawa arti tersendiri dalam hati Agnia, hingga sosok Kaivan yang memiliki obsesi terhadapnya.

Ini bukan hanya tentang Agnia, tapi juga dua pria yang sama-sama terlibat dalam kisah hidupnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon _Sri.R06, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jantung yang Berdetak Sangat Cepat

Sudah satu minggu sejak kejadian terakhir kali, saat Abian menunjukkan kekhawatirannya terhadap Agnia. Agnia pun sudah berterima kasih dengan lebih tulus sehari setelahnya.

Kini, perempuan dengan surai hitam yang digerai itu tampak kebingungan saat menelusuri kediaman Bellamy di sore hari. Dia tahu Abian berada di rumah, jadi berniat menemuinya karena ada sesuatu yang ingin diberitahukan.

Agnia baru saja sampai di area kolam renang, dan begitu kebetulan saat dia melihat Abian baru saja menyembulkan kepalanya dari air.

“Abian?”

Agnia langsung tertegun saat melihat Abian dengan pesonanya yang nyaris membuat jantungnya melompat keluar akibat detakan yang terlalu cepat.

Pria itu … memang sangat tampan, apalagi saat dia mengibaskan rambutnya seolah dengan gaya slow motion dalam pandangan Agnia. Agnia langsung menggelengkan kepala, merasa pikirannya telah keterlaluan.

Agnia berjalan lebih dekat ke sisi kolam. Saat itu juga Abian menyadari keberadaannya. Dia mengusap wajahnya sekilas, menyingkirkan tetesan air yang berada di sana.

“Kamu di sini? Ada apa?” tanya Abian, pria itu masih enggan naik, dia bersandar di sisi tembok dengan kedua tangan sebagai penopang.

“Ada sesuatu yang ingin aku katakan.”

Abian mengangkat sebelah alis. “Apa?” tanyanya.

“Aku akan pergi—”

“Tenggorokanku kering, aku perlu sesuatu yang bisa menyegarkannya. Mungkin … Orange juice adalah pilihan yang tepat, benarkan?” Abian memotong perkataan Agnia, membuat perempuan itu mengernyitkan kening merasa permintaan Abian terlalu mendadak.

“Apa?” tanya Agnia, menyakinkan telinganya sekali lagi.

“Jus jeruk Agnia. Aku ingin jus jeruk,” kata Abian.

Agnia berdecak. Dia bukannya tidak mengerti bahasa inggris. Hanya saja seharusnya Abian mendengarkan perkataannya lebih dulu. Tapi Agnia tidak bisa menolak, dia berbalik setelah menyetujui permintaan Abian.

Selang 5 menit kemudian Agnia sudah membawa pesanan Abian sebelumnya, dia menyimpan jus jeruk itu di atas meja yang berada tidak jauh dari area kolam.

“Sudah, bisa dengarkan aku sekarang?” tanya Agnia, dengan nada suaranya yang berubah malas.

“Aku lupa sesuatu. Aku ingin sesuatu yang hangat. Aku ingat kamu masih memiliki mie instan, bukan?”

Agnia sudah tahu kemana arah pembicaraan Abian. Hendak menolak dengan keras namun mengingat kebaikan Abian selama ini … baiklah, Agnia akan berbaik hati untuk saat ini. Jadi, dia menuju dapur untuk membuatkan satu cup mie instan tanpa pedas untuk Abian.

“Aku sudah memberikan semua yang kamu inginkan, sekarang—”

“Ah, Aku lupa membawa handuk!” Abian berseru begitu saja, meskipun perkataan itu tidak ditujukan secara langsung pada Agnia. Namun wanita itu tahu, Abian ingin Agnia mengambilkan handuknya.

Agnia berdecak, dia mengerang sekali guna mengusir kekesalannya pada pria ini. Kakinya menghentak keras masuk ke dalam untuk mencari apa yang Abian inginkan.

Sementara pria itu tampak terkekeh kecil melihat Agnia yang masih berusaha tidak marah setelah Abian menyuruhnya untuk melakukan banyak hal.

“Aku selesai!” seru Agnia, dengan handuk kecil di tangannya. “Sekarang giliranku, oke?!”

Abian tersenyum kecil, dia lantas mengangguk. “Baiklah ….”

Agnia baru saja tersenyum saat Abian kembali berbicara. “Tapi kita tidak mungkin berbicara seperti ini. Bantu aku naik.” Abian sudah mengulurkan tangan kanannya, berharap bantuan dari Agnia.

Agnia saat itu bahkan sudah tidak bisa mengontrol ekspresinya. Rasa kesalnya sudah tercetak jelas di wajah wanita itu. Namun, meskipun begitu Agnia tetap mendekati pinggir kolam, setelah menyimpan handuk kecil itu di meja.

“Apa kamu tidak bisa naik sendiri?” gerutu Agnia.

“Ada kamu di sini, aku tidak ingin menyusahkan diriku sendiri,” Abian berkata dengan begitu mudahnya.

“Ini adalah yang terakhir!” peringkat Agnia, wajahnya dibuat semenyeramkan mungkin, namun bagi Abian jelas itu sama sekali tidak menakutkan. 

Agnia mengambil tangan Abian, sempat menarik dengan satu tangan namun dia tahu hal itu tidak akan berhasil. Jadi agnia menggunakan kedua tangannya, menggunakan seluruh kekuatannya.

“Apa kamu belum makan? Kenapa lemah sekali,” ujar Abian, berniat memprovokasi.

Hei, lihat siapa yang bicara! Bukankah semua orang juga tahu ukuran tubuh Abian dan Agnia cukup jauh. Dan,  itu adalah hal yang wajar jika Agnia tidak bisa menariknya.

“Kamu—Ahh!”

Teriakan itu kemudian disusul dengan suara cipratan air yang besar. Agnia meronta saat sadar seluruh tubuhnya berada di bawah air. Perasaan panik itu benar-benar ia rasakan. Namun tak lama sesuatu berhasil menarik pinggangnya hingga sebagian tubuhnya kini muncul di permukaan.

Agnia menepuk dadanya berulang kali, dia berusaha bernapas dengan normal. Bola matanya bergerak dengan gelisah.

“Tidak apa-apa.” Suara seseorang berhasil memasuki indra pendengarannya. Dan, ajaibnya itu berhasil membuat Agnia perlahan kembali tenang. Dia menaikkan pandangannya. Kini baru sadar keberadaan Abian yang bahkan terlalu dekat dengan dirinya.

Bahkan Agnia tidak sadar, kedua tangannya sudah mencengkram erat kedua bahu Abian, juga pria itu yang melingkarkan tangannya di pinggang Agnia menahan perempuan itu agar tidak kembali tenggelam ke dalam air.

Sepasang netra itu bertemu begitu lama. Bahkan air yang dingin pun rasanya mulai hangat dengan suasana yang tercipta. Entah sadar atau tidak. Abian semakin mempererat pelukannya pada pinggang wanita itu, membuat pemilik tubuh semakin mendesak ke arahnya. 

Jantung mereka kian berdetak semakin cepat, seolah menciptakan nada indah yang hanya mereka berdua saja yang bisa menikmatinya.

Dari jarak sedekat ini, Abian dapat melihat wajah Agnia begitu jelas. Bagaimana saat mata itu memandangnya dengan sorot dalam yang indah, atau bagaimana saat helaan napasnya semakin teratur, atau bahkan kulit tangannya yang dingin menjadi lebih nyaman saat berpegangan di bahunya.

Memang … Agnia seindah itu.

“Ekhem! Apa aku mengganggu kalian?!”

Suara itu begitu keras, hingga membuat Abian maupun Agnia tersentak sampai akhirnya memberi jarak tubuh mereka agar tidak terlalu berdekatan.

“Daniel?” gumam Agnia, ini menjadi kesempatan agar Agnia bisa mencari alasan untuk tidak menatap Abian saat ini.

“Aku sebenarnya tidak ingin mengganggu kesenangan kalian tapi Mom bilang ingin bertemu dengan Agnia.”

“Nyonya Felicia?” gumam Agnia tanpa sadar.

“Kamu bisa memanggilnya Tante.” Abian membenarkan, namun Agnia hanya menatap sekilas sebelum kembali menatap pada Daniel.

“Di mana aku harus menemuinya?” tanya Agnia.

“Kamu bisa pergi ke ruangan pribadi Mom,” kata Daniel.

Agnia mengangguk. Dia kembali menatap pada Abian. “Bisa membawaku ke sisi kolam agar aku bisa naik,” pinta Agnia. Saat itu dia melihat Abian mengangguk begitu lembut.

“Terima kasih,” imbuh Agnia.

“Tunggu sebentar,” Agnia terdiam, sebenarnya tubuhnya sudah menggigil kedinginan. Rasanya ingin segera keluar dari air.

“Oh benar.” Agnia dapat mendengar suara Daniel. Hingga tidak lama pria itu kembali dengan handuk yang lebih besar untuk diberikan pada Agnia.

Saat tangan Agnia sudah bertumpu di sisi kolam hendak menarik tubuhnya agar bisa keluar dari sana, saat itu dia merasakan Abian juga membantu mengangkat pinggang Agnia hingga wanita itu lebih mudah keluar dari air.

Agnia lebih dulu duduk di sisi kolam. Menyilangkan tangannya di depan dada. Saat itu Abian mengalihkan pandangan. Dia menyampirkan handuk yang diberikan Daniel untuk menutupi tubuh bagian atas Agnia.

Agnia menarik handuk itu hingga benar-benar menutupi tubuhnya, setidaknya dia tidak terlalu kedinginan, selain itu kecanggungan sebelumnya juga bisa lebih cepat berhenti.

Agnia berdiri, disusul dengan Abian yang juga keluar dari kolam. Saat Agnia berjalan beberapa langkah, dia merasakan sesuatu menutupi kepalanya. Belum sempat berbalik, dia menemukan Abian mendahuluinya dengan langkah lebar, punggung tegapnya yang polos tampak masih dibasahi oleh air.

Agnia memegang sesuatu di atas kepalanya, saat itu dia tahu jika itu adalah handuk kecil yang sebelumnya Agnia bawa atas perintah Abian. Namun pria itu malah memberikan handuk kecil itu pada Agnia.

Saat itu Agnia merasakan pipinya memanas, mungkin saat ini wajahnya sudah berubah merah. Sadar masih ada Daniel di belakang, dia menutupi wajahnya dengan handuk kecil itu.

Agnia meringis kecil, memegangi dadanya yang lagi-lagi berdetak kencang di dalam sana.

“Tenang Agnia … apa yang sebenarnya terjadi dengan kamu?!” gumam Agnia, bersamaan dengan itu, bibirnya tidak bisa menahan senyuman yang bahkan dirinya sendiri tidak tahu apa alasannya.

***

Sebisa mungkin, Agnia menenangkan dirinya saat berhadapan dengan Felicia—Ibu Abian. Bahkan kini hampir 5 menit mereka berhadapan di ruangan pribadi Felicia dengan Agnia yang duduk berhadapan dengan wanita itu, namun pembicaraan masih belum dimulai.

Ingin bertanya, namun melihat raut serius di wajah Felicia Membuat Agnia urung. Pada akhirnya bibir yang nyaris bergerak itu kembali terkatup rapat.

Namun, untungnya penantian itu tidak berlangsung lama, karena saat Agnia baru saja menghela napas entah untuk yang kesekian kalinya suara Felicia terdengar membuat tubuh Agnia tanpa sadar menegang.

“Saya tidak ingin membuang waktu. Jadi, Agnia … Saya meminta kamu untuk segera pergi dari rumah ini!”

Setelah itu satu hal yang Agnia sadari. Bahwa setelah ini, tidak ada lagi keterikatan antara dirinya dengan keluarga Bellamy, termasuk Abian.

“Saya mengerti, Nyonya,” kata Agnia, nada suaranya terdengar tenang meski rasanya ada perasaan asing di dasar hatinya yang seolah enggan untuk dimengerti.

1
Jam Jam
ceritanya bagus ka, dilanjut ya kak. Semangaaat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!