Menikahi Pria Koma S2

"sudah lama tidak berkumpul seperti ini, rasanya sangat bahagia," kata sang papa sambil menikmati makan malam bersama mereka.

"Iya, oh ya pa bagaimana dengan perusahaan papa?" tanya Maudy sambil tersenyum manis.

"Sangat lancar, Elgara benar-benar membantu banyak untuk perusahaan," jawab sang papa merasa senang.

Sementara Randy dan mama Dania saling pandang, selama ini papa Maudy selalu mengira kalau Elgara adalah sosok penyelamat yang baik di kelaurga mereka.

Namun sang papa tidak tau kejadian sebenarnya seperti apa dan bagaimana sikap Elgara.

Setelah selesai makan malam, Maudy pun kembali ke kamar nya untuk istirahat, namun saat ia berdiri di balkon kamar untuk melihat bintang-bintang yang indah Randy masuk ke dalam kamar nya dan menghampiri Maudy.

"Maudy," kata Randy yang kini berdiri tepat di samping Maudy.

"Ya, Kakak kenapa masih belum tidur?" tanya Maudy kepada Randy.

"Hmm, aku belum mengantuk, aku masih ingin bicara dengan mu," kata Randy.

"Apa?" tanya Maudy.

"Bagaimana cara dia memeprlakukan mu? Dan bagaimana kau bisa kembali ke sini? Di mana dia sekarang," kata Randy dengan banyak pertanyaan.

"Hmm," Maudy tersenyum tipis.

"Dia sudah sedikit berubah, tidak terlalu galak lagi, dia yang mengijinkan aku kembalikan ke sini, karena sekarang dia sedang berada di Jakarta untuk menyelesaikan pekerjaan nya," kata Maudy tak ingin sang kakak khawatir.

"Benarkah? Apa kau berbohong?" ungkap Randy ragu,

"Aku tidak berbohong kak, jangan khawatir, aku bisa mengatasi semua nya, asal papa bahagia dan mama tidak hidup dalam kesusahan," kata Maudy lagi.

"Maudy, kau sebaiknya tidak perlu melakukan ini, jika sudah tidak tahan makan katakan kepada ku dan aku akan membantu mu untuk berpisah dengan laki-laki sialan itu," Randy yang juga membenci Elgara masih tidak bisa menerima kenyataan ini.

"Sudah, sebaiknya sekarang kakak Istirahat saja, jangan banyak emosi, aku baik-baik saja, lihat lah aku, aku sehat dan tidak akan yang berubah dari ku kan?" crocos Maudy untuk menghibur kemarahan kakak nya.

"Aishhh, kau ini selalu bisa membuat aku tidak bisa membantah mu," kata Randy yang kemudian berjalan keluar dari kamar sang adik.

Sementara Maudy hanya tersenyum dengan omelan kakak nya itu.

"Aku tidak ingin kalian menghawatirkan ku, sebaiknya aku tidak mengatakan apapun, namun ada benarnya, aku tidak sepenuhnya berbohong dia memang sudah sedikit lebih baik dari kemarin," ungkap Maudy dalam hatinya.

Keesokan harinya ...

"Maudy, kau mau pulang pagi-pagi sekali?" tanya mama Diana kepada Maudy yang saat ini sudah rapi.

"Iya ma, aku harus kembali karena aku juga punya pekerjaan yang harus aku urus," ujar Maudy kepada sang mama.

"Baik lah sayang, apakah tidak mau sarapan dulu?" tawar mama Diana.

"Tidak usah ma, sampai kan kepada kakak dan papa kalau aku ijin kembali ke villa," ujar Maudy yang tau kalau kakak dan papa nya sudah pergi bekerja.

"Hmm, mama sangat sedih kau tinggalkan lagi," kata mama Diana dengan wajah murung.

"Tidak apa-apa ma, kapan-kapan aku ke sini lagi, ayo lah jangan bersedih, jika tidak aku akan ikut sedih," kata Maudy sambil memeluk sang mama.

Sang mama mengganguk paham dan kemudian menahan air mata nya yang hendak jatuh karena tidak ingin membuat khawatir Maudy.

Setelah berpamitan dengan mama Diana, Maudy pun akhirnya pergi dari rumah tersebut dengan sang sopir.

Tidak kembali ke villa Maudy memutuskan untuk meneruskan pekerjaan nya di galeri seni milik Gaza, ia meneruskan lukisan milik Hans yang sedikit lagi akan segera selesai.

Sementara itu di sisi lain.

"Seperti nya aku belum bisa mengambil penerbangan hari ini," kata Elgara yang masih belum selesai dengan urusan nya.

Elgara pun mengirim pesan kepada Hans kalau ia akan menunda kepulangan nya hari ini, ia memutuskan untuk kembali besok karena memang pekerjaan nya belum selesai.

Entah kenapa Hans yang menerima pesan tersebut merasa lega, ia pun memutuskan untuk datang ke galeri seni Gaza untuk mengabarkan kepada Maudy kalau hari ini Elgara tidak jadi kembali.

"Aku harus mengatakan kepada Maudy," kata Hans yang kemudian bergegas pergi ke galeri seni Gaza dengan mobil nya.

Namun ia tidak tau kalau ternyata Vio sedang mengawasi nya.

"Mau kemana pak Hans? Sebaiknya aku mengikuti nya, siapa tau dia ingin pergi ke tempat tinggal wanita itu," batin Vio yang kemudian masuk ke dalam mobil nya lalu mengikuti mobil Hans.

Tidak butuh waktu lama, Hans pun akhirnya tiba di galeri seni nya Gaza, ia memarkirkan mobilnya dan bergegas masuk ke dalam galeri tersebut.

"Galery seni?" ujar Vio yang tiba-tiba mengingat di mana Hans mengatakan kalau istri nya Elgara bekerja di galeri seni.

"Di sana tuan muda Elgara tidak ada, apa yang pak Hans lakukan di sini? Kenapa dia datang ke sini?" tanya Vio penasaran.

Ia pun menyembunyikan mobil nya agak jauh dan kemudian berjalan kaki masuk ke dalam galery seni.

Ia mengelabui pelayan di sana dengan mengatakan ingin melihat-lihat lukisan.

Pelayan pun tidak mencurigai nya, Vio berjalan mengelilingi galery seni tersebut sampai di mana dia melihat sebuah ruangan.

Kebetulan sekali ruangan tersebut terdapat sebuah jendela kaca, ya g bisa melihat isi ruangan dari luar saja.

"Tunggu, itu kan pak Hans dan wanita itu? Dia istri nya tuan muda Elgara kan?" batin Vio sambil mengamati dengan seksama.

Sementara itu di dalam ruangan tersebut ...

"Lukisan nya sudah hampir siap, mungkin besok kau bisa mengambil nya dan membawa nya ke tangan mama mu," kata Maudy kepada Hans.

"Terus kasih banyak Maudy, tapi aku belum mengetahui berapa harga untuk lukisan yang cantik ini," ujar Hans sambil menatap desain lukisan yang cukup bagus.

"Aku tidak akan meminta biaya sedikitpun, ini aku berikan untuk mama mu, sampaikan saja salam ku kepada nya," kata Maudy sambil tersenyum.

Seketika Hans terdiam, rasa kagum nya terhadap Maudy semakin menjadi-jadi, dia tidak menyangka Maudy akan memberikan lukisan tersebut secara cuma-cuma.

"Kau serius?" tanya Hans dengan mengetahui keningnya.

"Ya, aku serius," ujar Maudy.

Hans kembali terdiam, ia tak menyangka wanita yang dulunya dia suruh Elgara menyakiti malah begitu baik kepada nya.

Rasa bersalah Hans pun semakin kuat, dia dulu selalu mengompor-ngompori Elgara untuk menyakiti Maudy, namun ternyata Maudy malah memberikan kebahagiaan untuk sang mama.

"Sekarang aku mengerti kenapa tante Mulia sangat menyayangi nya," batin Hans.

"Hans, kenapa kau bengong?" ujar Maudy sambil mencuci tangan nya, jam sudah menujukkan pukul dua belas siang, sudah waktunya Maudy istirahat karena ia juga belum makan.

"Ah tidak, bagaimana kalau aku mengajak mu makan siang bersama untuk mengucapkan terima kasih atas kerja keras mu, mama ku pasti akan sangat terharu," ujar Hans.

Sementara itu Vio Masih mengintip di luar jendela ruangan tersebut, hal ini pun di perhatikan oleh seorang penjaga galeri yang merasa ada yang tidak beres dengan Vio.

Bersambung ....