Anak kecil ber usia 5 tahun itu asik merasakan sejuk dan dinginnya air pegunungan yang merendam tubuhnya, mereka adalah Regan dan Regi anak kembar laki - laki dari pasangan Putra Mahardika dan Rosintiani.
Setiap akhir pekan Putra akan mengajak keluarganya ini untuk berlibur seperti weekend kali ini ia mengajak anak dan istrinya itu ke sebuah Air Terjun di mana Air Terjun itu menyajikan sebuah pemandangan yang begitu indah.
Canda tawa pun selalu menghiasi wajah mereka, Regan kecil tampak begitu menikmati bermain air bersama kakaknya sedangkan Putra dan Rosi mengawasi dari Gazebo yang tak jauh dari sana....
langsung aja masuk keceritanya...!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mars Is Blue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter 19
Regan masih terus berharap kepada Lisa, hatinya berkata Lisa ada di sini ia tak benar-benar pergi jauh. Membuat Regan begitu sangat merindukannya.
"Jangan ngelamun terus." Ucap seseorang yang tak lain ialah Citra, gadis itu sedari tadi memang mengawasi Regan.
Regan hanya memandang ke arah Citra, kemudian kembali menatap lurus ke depan tanpa menjawab sepatah kata pun.
Melihat ekspresi Regan yang seperinya dapat menerima kehadiran Citra, membuat Citra pun memberanikan dirinya untuk duduk di kursi yang sama di sebelah Regan.
"Kadang kala kita harus belajar mengikhlaskan sesuatu yang memang membuat kita terluka."
"Gue belum bisa." Balas Regan, kali ini sepertinya Regan bisa menerima kehadiran Citra, atau mungkin ia sudah lelah selalu berdebat karna Citra.
"Sulit memang, dan pada kenyataannya semesta ingin kita melupakannya. Karna hidup kita gak mungkin selalu bergantung pada hal-hal yang gak mungkin akan terjadi.
Sunyi... Tak ada suara baik dari Regan mau pun Citra, mereka sedang hanyut dalam pikirannya masing-masing, pagi ini pula walau Regan hanya memandang sekilas ia melihat wajah Citra yang sedikit pucat, tubuhnya pun sedikit kurus, tak ada senyuman yang biasa terpancar dari bibir mungilnya itu.
"Kenapa lu di sini?" Tanya Regan.
"Gue pengen di sini aja, lagi pengen tenangin pikiran."
"Maksud lu?"
"Gak kok, gak ada maksud apa-apa, gue cabut dulu." Citra kemudian bangkit dari kursinya, namun saat beberapa langkah kepalanya mendadak terasa sakit, ada cairan kental yang menetes dari hidungnya itu.
"Darah?" Gumam Citra seraya mengelap hidungnya itu, Regan yang memperhatikan Citra dari belakang langsung menghampiri gadis itu, namun saat Regan berjalan mendekati Citra, tubuh gadis itu pun kehilangan keseimbangan, sontak Regan langsung menahan tubuh gadis itu dan Citra pun jatuh pingsan di dalam pelukan Regan.
"Eh Citra! Bangun Cit!"
"Astaga, lu mimisan!" Regan pun langsung menggendong Citra dan membawanya ke Ruang UKS, ada perasaan yang aneh ketika ia melihat Citra seperti itu, padahal sejujurnya Regan enggan berhubungan dengan seorang Citra sang pengganggu hari-harinya di sekolah.
UKS
Regan, kenapa Citra bisa kayak gini?" Tanya bu Nina selaku guru piket hari ini, membuat Regan pun bingung.
"Saya juga gak tau, tadi pas lagi ngobrol bilangnya mau balik ke kelas pas mau jalan dia malah pingsan sama mimisan bu." Terang Regan dengan sejujurnya, bu Nina terus memberikan minyak kayu putih di hidung
Citra agar ia cepat sadarkan diri, namun sudah hampir 15 menit belum ada tanda-tanda Citra akan tersadar.
"Gimana ya Gan, Citra belum sadar juga." Ucap bu Nina cemas.
"Telfon orang tuanya aja bu, atau kita bawa ke rumah sakit."
"Citra tinggal sendiri, gak mungkin untuk kita telfon orang tuanya sekarang."
Perkataan bu Nina sontak membuat Regan sedikit terkejut, bagaimana bisa Citra ternyata tinggal seorang diri, namun lamunannya pun terhenti ketika bu Nina menyuruh Regan untuk memberi tahu wali kelas Citra.
"Gan, Regan? tolong panggilkan pak Mail ke sini ya?"
"Oh iya baik bu."
****
Kini Citra sedang berada di rumah sakit, gadis itu masih terbaring lemah di ruang UGD, Flo masih tak menyangka bahwa selama ini Citra mengkonsumsi obat penenang dan obat tidur, pasalnya Citra baik-baik saja, ia tak pernah menunjukkan hal-hal yang aneh. Regan juga sempat tak percaya saat dokter memberitahukan tentang kondisi Citra.
Gadis itu sangat pintar bersandiwara, menutupi semua luka yang sedang ia rasakan.
next...