NovelToon NovelToon
Rahim Perjanjian

Rahim Perjanjian

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Pengganti / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama / Keluarga
Popularitas:55.9k
Nilai: 5
Nama Author: LapCuk

"May, kalau nanti kita dewasa, terus aku gak bisa menjadi wanita sempurna. Apa yang bakal kamu lakukan?"

"Hila, dali masih dalam pelut Bunda, kita sudah saling belbagi makanan dan kasih sayang. Jadi ketika nanti kita udah besal, gak ada alasan untuk gak saling belbagi. Aku akan menjadi pelengkap kekulanganmu, Mahila," dengan aksen yang masih cadel, Maysarah menjawab pertanyaan yang diajukan Mahira. Matanya memandang penuh kasih adik kembarnya itu.

Percakapan dua anak kembar yang masih berumur 7 tahun itu benar-benar menjadi kenyataan sekaligus ujian bagi ikatan persaudaraan mereka.

Cobaan kehidupan datang menghampiri salah satu dari mereka, menjadikan dirinya egois layaknya pemeran Antagonis. Lantaran perlakuan manis orang-orang di sekitarnya.

Demi menutupi Luka hatinya yang kian menganga. Maysarah melakukan pengorbanan besar, ia bertekad untuk menepati serta melunasi janji masa kecilnya.

Ayo, ikuti kisahnya...💚

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LapCuk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

RP bab 19

Selamat datang 💚

Selamat membaca ♥️

...----------------...

Dua bulan sudah berlalu sejak Maysarah kehilangan bukunya, sekarang kandungannya sudah genap tujuh bulan. Sang ibu dan tantenya lagi sibuk membahas tentang acara tujuh bulanan dirinya yang akan diselenggarakan seminggu lagi. Maysarah sendiri sedikit kehilangan fokus sejak hari dimana ia kehilangan benda yang selama ini disembunyikan dengan baik. Kecerobohannya sungguh tidak bisa termaafkan, tidak seharusnya buku itu ia keluarkan dari brankas.

"Sudah lama sekali, Mahira dan Muntaz tidak berkunjung, mereka sedang sibuk apa, Kak?" tanya bintang pada Senja.

"Entahlah, Dek. Setiap dihubungi jawabannya selalu saja bilang lagi sibuk, kerajaan banyaklah, belum sempat dan lain sebagainya." Jawab Senja merengut kesal.

Deg

Debaran jantung May kian kencang dan cepat, dirinya memiliki firasat yang nggak baik. Apalagi belakangan ini kehidupannya sangat damai tanpa riak berarti, seolah-olah sang waktu tengah menunggu saat yang tepat untuk menjatuhkan sebuah bom.

'Ya Allah... hamba mohon jangan lagi Engkau datangkan badai kehidupan yang dahsyat untukku.' Do'a-nya dalam hati.

              ***

Pada akhirnya Bom waktu itu akhirnya meledak juga, pada sore hari yang tenang di kediaman keluarga terpandang dan terhormat Rahardian. Mahira beserta Muntaz datang dengan menaiki mobil terpisah, mereka berdua tak lagi jalan beriringan melainkan saling berjarak serta menjaga pandangan layaknya dua orang tak saling mengenal. Muntaz memilih memasuki ruang kerja kepala keluarga rumah megah itu, yang mana kedatangannya sudah dinantikan. Dan Mahira menaiki tangga menuju kamar sang kakak.

"May... boleh aku masuk?" Tanyanya, mengetuk pintu kamar sang kakak. Setelah mendengar jawaban persetujuan, Hira lantas membuka daun pintu, lalu menutupnya kembali sekaligus menguncinya. Dilihatnya Maysarah yang tengah bercermin sembari mengusap perut buncitnya. Selama mengandung, kadar kecantikan May bertambah berkali-kali lipat, apalagi saat ini dirinya menggunakan baju berbahan katun terusan berwarna putih. Rambut dark brown alaminya tergerai indah, terlihat masih setengah basah.

Mahira mematung, tidak berani menghampiri sang kakak. Hatinya diliputi rasa takut, kecewa, sakit, serta penyesalan yang mendalam.

"Ada apa, Hir? kenapa dirimu hanya berdiam diri disitu?" Tanya May heran, dirinya berjalan mendekati Mahira yang tidak bergerak, hanya memandanginya tanpa berkata apa-apa.

"Kak... maaf." Hira menubruk tubuh sang kakak. Memeluk erat, walaupun terhalang perut besar Maysarah. Benda yang tadi dirinya sembunyikan dibalik baju jatuh begitu saja di atas lantai.

Dalam pelukan Mahira, mata May membulat saat melihat buku diary-nya dan selembar kertas sedikit tebal keluaran dari pengadilan agama. Dilepaskannya dekapan sang adik, lalu dengan susah payah ia meraih dua benda tersebut.

"MAHIRA!!" Teriaknya lantang, aliran darahnya seolah berhenti, wajahnya pucat pasi. May hampir kehilangan keseimbangannya, dirinya melangkah mundur, sampai kakinya menyentuh pinggiran ranjang.

Masih dengan keadaan shock, Maysarah duduk diatas kasur, otaknya buntu, hatinya menangis pilu, fisiknya membatu. Dia benar-benar terguncang ditampar oleh kenyataan.

"Maafkan aku, Kak." Pintanya seraya berlutut memeluk kedua kaki May, tangisnya semakin menjadi.

"Kamu... kamu." Tidak ada kata yang dapat dia rangkai, hanya air mata yang jatuh berderai. Dirinya merasa dikhianati oleh takdir yang lagi-lagi mempermainkan hidupnya. "Lepaskan, Hira!! keluar kamu dari kamarku!!" May memegang erat pundak wanita yang kini membenamkan wajahnya di pahanya.

"Tidak, Kak... sebelum kamu memaafkan semua salahku." Gumamnya seraya menggelengkan kepala.

"Sampai mati-pun aku nggak akan memaafkan mu, Mahira!! kau anggap apa aku ini. Hah!?"

"Lepaskan!!" Sangat kasar May mendorong tubuh Hira sampai terlepas.

"Setelah semuanya, kau ingin mengembalikan Dia. Kau kira Muntaz barang, Hira!? yang sudah bosan kau mainkan, lalu kau kembalikan kepada pemilik aslinya, iya!?"

"Apa kau anggap aku ini tong sampah, Hira!? Yang selalu bersedia menampung serta memungut barang bekas darimu!" Tudingnya dengan jari mengacung tepat pada wajah sembab sang adik.

"Demi Allah, May. Aku sama sekali nggak menyadari dan nggak mengetahui, jika Muntaz adalah cinta pertamamu." Lirihnya, tangannya menangkup di dada, meminta belas kasih Maysarah.

"May terkekeh sinis. Kau bukan gak tahu, Hira! tapi gak mau mencari tahu dan malas repot. Terbiasa hidup dalam kemudahan! menjadikan dirimu tidak peka pada sekitar, dan tidak peduli akan hati yang hancur lebur, setelah cintanya kau rebut paksa."

Hiks hiks hiks ... runtuh sudah pertahanan dirinya. May tak kalah keras menangis. Kala memory pertemuan dan kenangan dirinya bersama Muntaz berputar di kepalanya. Di depan matanya, laki-laki yang menjadi cinta pertamanya itu dengan lantang mengucapkan ijab kabul, menikahi sang adik.

"Apa dia tahu tentang alasan kalian bercerai, Hira?" May bertanya lirih, dirinya masih sesenggukan dengan bahu gemetar.

"Tidak, Kak... Muntaz sama sekali nggak tahu. Aku menjamin itu!" Sekali lagi Hira mendekati Maysarah. Mencoba merengkuh tubuh rapuh sang kakak.

"Apa dirimu mengharapkan kalimat terimakasih dariku, Mahira? kalau benar, maka, aku ucapkan beribu terimakasih. Atas kemurahan hatimu, yang menutup rapat mulutmu tentangku kepadanya, tapi aku akan lebih berterimakasih lagi, jika dirimu diam dan menganggap semuanya tidak penting, sama seperti sebelum-sebelumnya!"

"Gak mungkin aku hanya diam, setelah mengetahui kenyataannya. Demi Allah! aku menyesal, telah memisahkan dirimu dari Muntaz. Dulu Ayah hanya mengatakan, kalau aku sudah dijodohkan dengan laki-laki anak dari rekan bisnisnya. Dan orang itu adalah Muntaz." Ungkap Hira, ia bersandar pada bahu May. Dirinya berusaha menjelaskan bagaimana sampai bisa menikah dengan laki-laki yang ternyata dicintai kembarannya itu.

"Boleh aku cerita sedikit, Hira. Tentang mimpi-mimpiku yang kandas dan hanya ada dalam anganku, tanpa mampu aku gapai." May membiarkan Hira bersandar padanya, tetapi dirinya melepaskan tangannya yang digenggam erat.

Universitas negeri Kairo, Mesir. Tepatnya Universitas Al-Azhar, adalah impianku untuk melanjutkan pendidikan. Tapi takdir tidak merestui. Ayah dan Bunda melarang ku berkuliah keluar negeri. Dikarenakan takut kalau aku hidup bebas, jadi lupa diri. Mereka menyamakan diriku denganmu. Yang lepas kendali setelah menikah. Kau membuka hijab, suka berpergian bersama sahabatmu, sampai lupa sudah memiliki suami. Belum lagi gaya hidupmu yang mewah, menghabiskan uang hanya untuk hal tidak berguna. Lalu siapa yang kenak imbasnya, Hira?" Ucapnya geram.

"Aku, Hira!! orang tua kita semakin menekan dan protektif terhadap semua hal yang aku lakukan dan inginkan. Segalanya mereka ukur dan nilai berdasarkan kelakuan binal mu!! Sampai-sampai untuk bernafas saja rasanya sungguh sulit.... lanjut ya?" sambungnya lagi.

"Muntaz adalah cinta pertamaku, seorang laki-laki yang berhasil menumbuhkan harapan di hatiku, jika bahagia itu nyata adanya. Rasa itu semakin tumbuh seiring dengan berjalannya waktu. Bahkan Ibunya begitu merestui hubungan kami." Ungkapnya dengan lelehan air mata tak berhenti mengalir.

"Kamu udah pernah bertemu dengan Ibunya, Muntaz, May...?" tanyanya tidak percaya, dirinya sendiri belum pernah bertemu dengan almarhumah ibu mertuanya itu, yang sekarang sudah menjadi mantan mertua.

"Ya, sudah... seorang wanita yang hangat, penuh kasih sayang. Beliau mempercayakan anak laki-lakinya untuk aku bahagiakan. Sehingga saat aku gak bisa mewujudkannya, sering kali Dia datang dalam mimpiku."

"Hira... Apa semua ini masih tentang Dia? Seseorang yang menjadi cinta masa kecilmu...?"

~Bersambung ~

Terimakasih sudah membaca 💜

menjelang malam update satu bab lagi. Mohon dukungannya ya ♥️

1
anjurna
May, kamu ingin melakukan apalagi May?😔😔😔
anjurna
Hira memang wajib di waspadai. Karena mulut Hira itu seperti senjata mematikan, Senja.
anjurna
Gini, nih. Gimana mau akurnya, kalau mulut mu nggak bisa di jaga.
anjurna
Kenapa marah, Hira? Kamu aja selalu cari perkara kalau ketemu May. Gimana mau akurnya😑😑😑
anjurna
May, kamu bisa aja ya😅😅😅
anjurna
Esti selalu siap sedia untuk diandalkan😁
Tanz>⁠.⁠<
tolong hidup lah sesuai keinginan mu may, jangan mau terus terusan nurutin keinginan gila nya si Hira.
Tanz>⁠.⁠<
Kegilaan apa lagi yang kau inginkan dari may, Hira 😌
Tanz>⁠.⁠<
aduh senja, soal begini saja kamu gak tau, masa kepribadian anak sendiri aja gak tau. dari sifat Hira aja, udah keliatan aura jahat nya. mau mereka serahim kek Se pabrik ke, Se apa lah itu. kalo jahat ya jahat. emosi pulak aku sama kau senja 😤
Tanz>⁠.⁠<
hadeh si Munmun mana sih, nih binik nya bakal di apain nih sama sih Hira tulul ini 😮‍💨
Tanz>⁠.⁠<
iri iri aja Hira, astaga segala mau bicara 4 mata, Sono bicara Ama mata kucing aja /Facepalm/
Tanz>⁠.⁠<
nyolot banget sih, ku cubit ginjal mu, nangis /Smug/
Tanz>⁠.⁠<
bisa bisa nya may masih anggap mereka keluarga /Facepalm/
Tanz>⁠.⁠<
sangat sangat tau taz, udah mending kamu urusin mantan istri mu itu, yang akan membuat mau makin depresi /Sob/
Tanz>⁠.⁠<: may maksud nya 😭
total 1 replies
Tanz>⁠.⁠<
⚡⚡⚡⚡⚡⚡⚡⚡
Tanz>⁠.⁠<
gimana ekspresi mu taz? /Chuckle/
Tanz>⁠.⁠<
jadi ibu lah, dari pada kamu jadi janda /Tongue/
Tanz>⁠.⁠<
iya iya, si paling rajin deh /Chuckle/
Tanz>⁠.⁠<
Esti....ambil ini 🪦🪦🪦🪦 lempar di kepala 2 manusi itu, buruan esss /Determined/
LapCuk: ngaworrr 😆
total 1 replies
Tanz>⁠.⁠<
astaga bi, butuh bantuan gak? bantuan ngehabisin makanan nya maksud ku /Smirk/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!