Anabela Velove gadis cantik yang kini beranjak dewasa. Selama ini dia hanya hidup berdua dengan daddy angkatnya. Dia tak pernah tahu, kalau laki-laki yang selama ini menyayanginya, adalah orang yang menyebabkan dia kehilangan orang tuanya.
Sampai suatu malam, akhirnya dia tahu kalau Benigno Amstrong adalah orang yang menyebabkan dia kehilangan kedua orang tuanya untuk selamanya. Anabela pun akhirnya tahu, kalau Daddy angkatnya seorang Mafia kejam.
Bagaimana kisah mereka selanjutnya? Mampukah takdir menyatukan mereka? Akankah Anabela memaafkan Benigno, menghapus rasa dendamnya atas kematian kedua orang tuanya? Ikuti kisahnya di karya "Terjerat Cinta Daddy Mafia."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SyaSyi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bersaing
"Hai, kamu Ana ya?" Alena menyapa Ana ramah.
Mendengar Alena menyapa Ana, Benigno baru mengetahui keberadaan Ana yang hendak menghampirinya.
Ana tak menjawab, dan dia justru menatap lekat Benigno. Seakan dia bertanya, siapa wanita yang datang bersama daddynya.
"Maaf, Daddy baru bisa kembali hari ini," ucap Benigno dan Ana hanya menganggukkan kepalanya.
Bisa dikatakan, Ana saat ini masih shock. Ingin rasanya dia pergi meninggalkan tempat itu, saat itu juga. Sejak tadi dia berusaha menahan perasaan kecewanya, dengan tidak meneteskan air matanya.
Ternyata, hal serupa dirasakan juga oleh Benigno. Betapa beratnya, dia melakukan ini. Dia tak tega melihat wajah sendu Ana.
"Hai, salam kenal. Aku Alena," Alena berkata sambil mengulurkan tangannya.
Ana tak membalas uluran tangan Alena. Dia menolak berjabat tangan dengannya.
"Si*alan! Awas kamu, Ana!" Alena mengumpat dalam hati. Dia mencoba menahan gejolak amarah di dalam hatinya.
"Ana, Daddy minta sama kamu. Jaga sikap kamu sama Alena! Mau tak mau, kamu harus menerima dia di kehidupan kita! Alena kekasih Daddy. Bukannya kamu ingin, Daddy membuka hati Daddy kembali untuk wanita?" pekik Benigno.
"Iya. Tapi, bukan dia!" Kata-kata Ana terdengar lemah. Namun, masih bisa terdengar Benigno dan juga Alena.
Rasa dendam Alena semakin kuat. Dia akan membuat Benigno menendang Ana dari Mansion itu, dan menjadikan dia istrinya. Bukan hanya pacar pura-puranya saja.
"Ana—"
Ana tak menghiraukan Benigno, yang memanggilnya. Dia tetap pergi meninggalkan tempat itu, dan kembali ke kamarnya. Dia sudah tak tahan lagi.
"Daddy jahat! Aku benci Daddy!"
"Ya Tuhan, mengapa cinta rasanya begitu menyakitkan? Mengapa disaat aku merasakan jatuh cinta, Daddy justru lebih memilih wanita lain? Apa aku salah, karena aku anak angkatnya dan aku hanya dianggap anak kecil baginya?"
Ana meluapkan kesedihannya. Ternyata, sulit baginya menghentikan rasa cintanya kepada Benigno.
"Sebaiknya, kamu pulang saja sekarang! Besok pagi kamu kembali lagi ke sini. Malam ini, aku ingin beristirahat," ucap Benigno.
"Ta, tapi—"
Alena khawatir, kalau Benigno akan berubah pikiran kembali. Dia tak rela, jika Benigno dekat dengan Ana kembali.
"Aku bilang, pulang ya pulang!" pekik Benigno.
Dia langsung pergi meninggalkan Alena menaiki anak tangga menuju kamarnya.
"Awas saja kamu, Ana! Aku akan membalas perbuatan kamu hari ini. Aku akan bersaing mendapatkan dia!"
Alena menghentak-hentakkan kakinya. Dengan perasaan terpaksa, akhirnya Alena pergi meninggalkan Mansion Benigno.
"Aku tak perlu bekerja menjadi wanita malam lagi. Hidupku akan bergelimang harta, jika aku berhasil menjadi istrinya, dan aku tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini," Alena berkata sambil mengepalkan tangannya. Dia akan menyusun sebuah rencana, agar Benigno jatuh ke pelukannya.
Di dalam kamar masing-masing keduanya terlihat gelisah. Sejak tadi Ana mencoba memejamkan matanya. Namun, tak bisa. Dia pun sejak tadi membolak-balikan tubuhnya ke kiri ke kanan. Seakan semuanya serba salah.
Sama hal yang di rasa Benigno. Niat hati ingin beristirahat, wajah Ana justru hadir menari dipikirannya.
"Argh, kenapa harus seperti ini sih?"
Benigno tampak kesal, hingga akhirnya dia mengambil minumannya untuk menghilangkan sejenak kegundahan hatinya. Entah berapa sloki yang dia tenggak, sampai akhirnya dia sudah dalam keadaan mabuk.
"Pasti Daddy saat ini sedang asyik bercinta dengan wanita itu! Kesal. Apa Daddy pikir, aku tak bisa memuaskan Daddy? Aku memang anak kecil yang tak tahu apa-apa. Tapi, aku pasti cepat pintar jika Daddy mengajarkan aku," Ana meluapkan kekesalannya.
Sampai akhirnya, dia tertidur nyenyak. Tak ada yang terjadi pada malam ini.
Pagi-pagi sekali Alena sudah bersiap-siap untuk mendatangi Mansion Benigno. Dia sudah terlihat cantik dan berpakaian seksi, dan siap untuk berangkat. Dia tak ingin memberikan ruang yang banyak untuk Ana mendekati Benigno. Alena sudah dalam perjalanan menuju Mansion.
Ana sudah bersiap-siap untuk berangkat kuliah. Dia akan memulai aktivitasnya kembali sebagai seorang mahasiswi, melanjutkan kuliahnya yang sempat terhenti.
Perasaan Ana semakin kesal, karena daddynya belum juga keluar dari kamarnya. Hatinya semakin panas. Dia merindukan saat-saat dulu bersama daddynya, di saat Ana tak memiliki perasaan kepada Benigno. Menganggap Benigno seperti bapaknya.
"Pagi Ana," sapa Alena saat memasuki Mansion. Dia langsung menghampiri Ana yang sedang sarapan.
Ana tak menjawab. Dia bersikap cuek, fokus pada makanannya.
"Aku tahu, pasti kamu cemburu 'kan? Karena Daddy kamu lebih memilih aku, daripada kamu. Harusnya, kamu itu sadar, siapa kamu! Apa kamu mau di cap sebagai anak tak tahu diri, karena justru mencintai Daddy angkat kamu?" Sindir Alena.
Ingin rasanya Ana mencabik mulut Alena. Meskipun ucapan Alena benar. Tetapi, dia tetap merasa tak terima. Ana mencoba menahan amarahnya. Dia langsung bangkit dari tempat duduknya.
"Kita lihat saja, siapa yang akan memenangkannya? Sekarang, kamu bisa berkata demikian. Kita tunggu nanti saatnya tiba! Memang benar, apa yang dikatakan kamu, wanita ja*lang! Aku tak akan membiarkan kamu menjadi ibuku!" Ana berkata ketus dan langsung pergi meninggalkan Alena.
