NovelToon NovelToon
Give Me A Justice

Give Me A Justice

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Mafia / Identitas Tersembunyi / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: Rara_Arara07

Tara Maheswari, seorang gadis yang berusia 18 tahun. Hidupnya begitu indah dan penuh kebahagiaan bersama keluarga tercintanya saat dirinya masih berusia 12 tahun. Namun, kemalangan datang menghampiri keluarga kecilnya. Kakak perempuan pertamanya mengalami sebuah tragedi yang membuat sang ayah tak terima atas ketidakadilan yang menimpa putri tercintanya. Keberanian dari sang ayah membuat keluarga mereka terancam, semua lenyap. Tara dan kakak keduanya Felix kabur sangat jauh untuk menghindari para penjahat yang menghancurkan keluarga mereka. Untunglah ada Shaga, seorang mafia tampan namun dikenal berhati iblis mau menampung kedua anak ingusan yang tak sengaja ia temukan. Waktu berlalu, Tara yang sudah remaja memulai pembalasan dendam dengan langkah awal yaitu memasuki akademik kepolisian demi terwujudnya sebuah pembalasan. Tara remaja yang tumbuh cantik, membuat beberapa pria terpesona bahkan jatuh cinta. Tak terkecuali Shaga,dan juga Astro si komandan kepolisian.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rara_Arara07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ingatan Tertahan

Tangan Shaga bergetar saat membopong tubuh Tara yang semakin melemah. Di ambang pintu rumah sakit, Shaga langsung berteriak memanggil para perawat yang tengah berada di sana.

"Cepat!!! lakukan tindakan kepada gadis ini!!!" teriak Shaga dengan suara lantang.

Semua perawat langsung berlarian sambil mendorong ranjang tempat Tara akan di baringkan.

"Cepat suruh dokter terbaik menangani gadis ini, jika dia tiada. Maka kalian akan aku bumi hanguskan!!!" ancam Shaga.

Para perawat mengangguk patuh, mereka merasa bahwa pria di depan mereka tidak akan main-main dengan ucapannya. Shaga ikut serta mengantarkan Tara menuju ke ruang gawat darurat.

"Maaf pak, tolong tunggu di depan saja. Kami akan segera menangani pasien." ujar seorang suster.

"Tapi saya mau masuk!!" tegas Shaga.

"Tolong pak pengertiannya, nyawa pasien dalam bahaya saat ini. Biarkan dokter dan kami yang menangani pasien di dalam." jelas suster dengan sopan.

Jake dan Felix yang baru saja sampai depan ruangan langsung menatap Shaga yang terlihat begitu gusar.

"Tuan, tunggu saja di sini. Demi Tara tuan...." ucap Jake.

Mau tak mau Shaga menurut, dia memberikan isyarat kepada suster di depannya untuk segera melakukan tindakan. Sementara Shaga menunggu di depan ruangan bersama dengan Jake dan juga Felix.

"Jake, aku baru pertama kali merasakan perasaan takut setelah sekian lama...." ucap Shaga dengan suara lirih.

Jake hanya bia menepuk pelan bahu tuan yang selama ini dia ikuti sedari meeka kecil. Sungguh dia sangat mengetahui silsilah keluarga Shaga dan apa saja yang telah di lalui pria itu sampai pada titik di cap sebagai pria iblis baik dalam dunia perbisnisan dan juga mafia. Setelah menunggu hampir sejam, akhirnya pintu ruangan terbuka. Shaga dan lainnya langsung berdiri untuk melihat keadaan Tara.

"Dokter apa yang terjadi? Apa dia baik-baik saja?" tanya Shaga.

"Dia baik-baik saja, hanya saja luka di bagian kepala cukup parah. Saya harus menunggu dia sadar terlebih dahulu supaya bisa memastikan detailnya." jelas dokter.

Shaga menatap sendu ke arah ranjang yang di tempati oleh Tara di dalam ruangan, gadis yang berisik dan juga bar-bar itu kini diam mengkaku dengan wajah pucat pasi yang memilukan hati Shaga.

"Cepatlah sadar Ara, jangan tinggalkan aku ...." monolog Shaga dalam hati.

***

Malam telah datang, Shaga baru saja menyuruh Jake dan juga Felix untuk pulang. Awalnya Felix menolak meninggalkan adiknya, namun Jake berhasil meyakinkan Felix bahwa Shaga pasti bisa menjaga Tara. Shaga berjalan dengan gontai menuju ke ruang inap Tara.

Kreet .....

Mata Shaga langsung membulat sempurna saat melihat soso Tara yang sedang berdiri sambil menatap keluar jendela rumah sakit, dengan tiang infus yang yang berada tempat di sampingnya.

"Ara!? kamu sudah sadar? Kenapa kamu berdiri di sana? Ayo cepat kembali ke kasur. " ujar Shaga sambil berjalan mendekati Tara.

Tara masih tak bergeming, dia menghiraukan setiap ucapan Shaga. Rambut panjang indah yang tergerai dengan perban yang melingkar di kepalanya. Membuat Shaga merasa sedih melihat pujaan hatinya harus merasakan sakit, jika bisa biarlah sakit itu di berikan kepadanya saja.

"Ara... , ayo kembali ke tempat tidur mu. Nanti kepala mu bisa pusing." tutur Shaga dengan lembut.

Tara masih tak bergeming, hal itu sungguh membuat Shaga merasa khawatir. Dia kembali mendekat, sampai posisinya kini tepat berada di belakang tubuh mungil Tara.

"Ara, ada apa hmm? Apa kamu ingin jalan-jalan?" tanya Shaga sambil menggenggam tangan kanan Tara.

Perlahan-lahan Tara menoleh, wajah pucat pasi itu terlihat datar menatap ke arah Shaga. Sementara menampilkan senyuman ketika melihat wajah cantik yang selalu menjadi candu baginya.

"Ara, aku sungguh khawatir dengan mu." ucap Shaga.

Tara hanya menatap tanpa ekspresi ke arah Shaga, sementara Shaga terus berusaha mengajak Tara berbicara karena dia sangat merindukan gadis pujaannya itu walaupun mereka baru bertemu kemarin,semenit, atau sedetik yang lalu.

"Ayo kita duduk di atas kasur mu saja ya, nanti kamu lelah." ucap Shaga.

Shaga menuntun Tara sambil mendorong tiang infus untuk menuju ranjang rumah sakit. Mereka sudah duduk dia tas ranjang, Tara masih diam sambil terus menatap Shaga.

"Nah, sekarang kamu mau apa hmm? kamu mau makan atau mau buah?" tanya Shaga dengan lembut.

Tara masih diam, dia hanya menatap lekat wajah tampan pria di depannya itu.

"Buah saja ya? Aku akan mengambilnya." ujar Shaga.

Shaga bangkit, lalu mengambil keranjang buah, tidak lupa pula dia mengupas buah itu dan menyuapnya ke mulut Tara dengan penuh cinta. Tara hanya membuka mulut, menerima suapan demi suapan yang di berikan Shaga sambil terus menatap pria itu.

"Apa kamu suka?" tanya Shaga.

Tara mengangguk, Shaga tersenyum melihat Tara yang terlihat imut seperti kucing. Tara yang tadi terus menatap ke arah Shaga, kini berpaling menatap sekitarnya, seolah-olah sedang mencari sesuatu.

"Ada apa hmm? Ada yang kamu inginkan lagi?" tanya Shaga dengan lembut.

Tara menoleh, "dimana kakak ku?" tanya Tara.

"Dia aku suruh pulang, aku menyuruhnya membawakan pakaian mu ke sini. Mungkin dia akan segera datang nanti." jawab Shaga.

"Oh begitu, aku akan menunggunya saja." tutur Tara.

Shaga sedikit aneh melihat sikap Tara yang tiba-tiba mengubah cara bicaranya, dia terlihat berbeda dari sebelum kecelakaan.

"Pasti dia merasa shock, jadi di terlihat agak berbeda." monolog Shaga dalam hati.

Tak ada percakapan, hanya ada keheningan. Tara terus memalingkan wajah dan lebih memilih melihat keluar jendela. Sementara Shaga menatapnya dengan perasaan senang sekaligus bingung dengan apa yang telah terjadi kepada sikap Tara yang selalu bersikap dingin,galak dan jutek itu.

Kreet ....

"Malam tu ... , RA? KAMU SUDAH SADAR?" seru Felix merasa senang.

Felix mempercepat langkahnya, dia senang melihat adik kesayangannya telah membuka mata. Shaga dan Tara serempak menoleh melihat ke arah Felix.

"Kamu sudah sadar? Kakak sangat mencemaskan dirimu...." tutur Felix sambil memeluk adiknya.

Shaga menatap adegan romantis adik dan kakak harmonis itu, dia merasa iri dan juga cemburu karena tidak bisa memeluk Tara seperti Felix.

"Ck, aku juga ingin memeluknya erat-erat." gumam Shaga dengan pelan.

Tara membalas pelukan kakaknya, dia merasa bingung dengan apa yang telah terjadi. Saat Felix telah melepaskan pelukannya, Tara menatap mata kakaknya yang sudah berbinar seperti akan menangis.

"Syukurlah karena kamu sudah sadar Ra." ucap Felix.

"Kak, apa yang telah terjadi? Kenapa aku bisa di rumah sakit?" tanya Tara.

"Kamu jatuh dari lantai 2, jadi kamu harus di rawat di sini." jelas Felix.

Tara yang masih duduk di atas kasur, masih tak bisa memahami apa yang terjadi. Dia juga menatap bingung ke arah Shaga yang bersikap manis kepadanya, padahal yang dia tahu kalau tuannya itu selalu bersikap dingin dan cuek kepada dirinya.

"Bukannya aku hanya jatuh dari pohon mangga belakang mansion tuan Shaga ya? Lalu kenapa kepala ku harus di perban, dan di bawa kerumah sakit?" tanya Tara.

Felix menatap terkejut kepada adiknya itu, kejadian yang di ucapkan oleh Tara merupakan peristiwa dimana Tara baru memasuki usia 15 tahun. Kala itu Tara masih bersikap manis,walaupun dia tetap galak.

"Tara, apa yang kamu ucapkan ha? Itu kejadian saat usia kamu 15 tahun." jelas Felix.

Shaga ikut menatap bingung, dia tahu kejadiannya itu dari beberapa pekerja di mansion nya. Tapi dia memilih abai dan cuek. Saat usia Tara 15 tahun, Tara selalu bersikap manis dan tak pernah berani menatap matanya. Alasannya tentu saja karena Tara cinta monyet kepada Shaga, dia selalu bersikap sopan dan kadang memberikan bunga, bahkan permen ke Shaga.

"Apa maksud kakak ha? Aku kan memang berusia 15 sekarang." jawab Tara.

"APA!!?" teriak serempak Shaga dan Felix.

Tara menatap bingung kedua pria yang berada di dekat nya.

"Kenapa? Memang ada apa? Kenapa tuan dan kakak terkejut?" ujar Tara.

Felix dan Shaga saing melempar tatapan, keduanya tentu saja merasa sepakat kalau ada yang tak beres terjadi kepada Tara.

"Tara, apa kamu ingat kamu sekolah di akademi kepolisian?" tanya Felix

"Apa maksud kakak? Aku kan masih kelas 3 SMP. Kenapa tiba-tiba masuk ke akademi kepolisian?" ujar Tara menatap bingung sang kakak.

"Gawat, sepertinya ingatan Tara kembali ke 3 tahun yang lalu. Aku rasa dia tak ingat dengan apa yang telah ia rencanakan sejauh ini." monolog Felix dalam hati.

1
Rara_01
Hallo kakak, terimakasih atas komentarnya....🥰
LOLA SANCHEZ
Bikin klepek-klepek!
Armin Arlert
Bikin nagih.
Rara_01: Hallo kakak, terimakasih atas komentar nya...🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!