Give Me A Justice

Give Me A Justice

I am, Tara Maheswari!

Kegelapan semakin menelan malam, suara tapak sepatu saling beradu memecah keheningan. Dua orang saling kejar mengejar dan lawan-melawan.

“Shit! dasar jalang sialan!!” ucap seorang pria dewasa dengan marah.

Set!

Gadis dengan tinggi badan sekitar 160 cm, dan menggunakan pakaian sederhana itu, menyeringai menatap pria dewasa yang sudah sangat lama diincar.

“Paman, aku bukan gadis biasa tahu!” ujarnya sambil menyeringai.

Gadis itu mempercepat langkahnya, dan mulai memasang kuda-kuda untuk menyerang pria dewasa di depannya dengan keras. Pria itu merasa terkejut dikala melihat tubuh gadis berbadan kecil itu melayang di udara, dan kaki gadis itu mengudara untuk menendang dirinya.

Bruk!

“Sialan! uhuk-uhuk! siapa kamu sebenarnya ha!?” bentak pria itu dengan tubuh yang sudah terduduk di atas tanah.

Gadis itu menepuk-nepuk kedua tangannya seolah-olah sedang menyingkirkan debu. Dia lalu menatap datar namun tajam ke arah pria dewasa itu.

“Kau bertanya aku siapa paman? astaga merepotkan sekali tahu gak! Lebih baik paman diam aja, ikut aku secara baik-baik!” tegas gadis itu.

“Hee! Coba saja kalau bisa!” jawab pria itu sambil menyeringai.

Gadis itu sudah habis batas kesabaran, dengan santai dia berjalan mendekati pria dewasa bertubuh kekar dan memiliki banyak tato serta beberapa luka di wajahnya itu. Dengan menggunakan celana hitam sedikit besar dan hoddie hitam besar dengan topi hoddie yang menutup kepalanya. Gadis itu perlahan mengeluarkan sebuah borgol.

“Sial! Apa dia seorang polisi? tapi bagaimana mungkin? tubuh mungil seperti dia bisa masuk ke dunia polisi?” gumam pria itu.

“Anda berhak diam, dan berhak dibela saat pengadilan nanti. Sekarang ikut saya ke penjara!” tegas gadis itu.

Saat hendak memborgol pria yang masih terduduk di atas tanah sambil sesekali meringis karena sakit. Tiba-tiba saja beberapa orang datang mendekati mereka. Orang-orang itu memiliki tatapan tajam yang mengarah pada satu tujuan, ya itu adalah gadis yang kini sedang berdiri di tengah-tengah para pria dewasa kekar yang berpengalaman preman.

“Hoam … , paman, kenapa paman sangat merepotkan ha? aku ingin segera cepat-cepat kembali tidur, tapi paman sangat sulit untuk di ajak berkompromi! Ya bagaimana lagi, aku sudah berusaha sesopan mungkin. Tapi, sekarang tidak ada waktu untuk sopan!” ujar gadis itu sambil berdiri malas.

“Banyak omong!! Ayo serang gadis itu! kita buat dia mendesah nikmat di bawah kita nanti. HAHA!!!” gelak tawa para preman yang terdengar begitu keras.

Rahang gadis itu mengeras, dia tidak terima di perlakukan selayaknya seperti itu. Dia tidak suka harga dirinya di rendahan.

“BRENGSEK! sini kalian semua! cepat maju!!!” teriaknya dengan marah.

Aksi bangku hantam tak terelakkan, gadis itu dengan handal menyerang dan menjatuhkan beberapa pria dewasa berbadan kekar itu secara brutal.

“Uhuk-uhuk! gadis macam apa dia ha? pukulannya sangat mematikan.” ujar salah seorang pria sambil menahan sakit di bagian perut.

“Udah belum nih? jangan banyak cekcok lagi lah. Kita langsung aja!” tegas si gadis.

Gadis itu kembali melangkahkan kaki menuju ke pria dewasa pertama yang ingin di tangkap.

“Dasar jalang kecil!” ujar pria itu.

“Diam paman! jangan mempersulit keadaan ku, aku ingin segera kembali tidur!” tegasnya.

Saat hendak memborgol tangan pria dewasa yang sudah tergeletak tak berdaya itu, tiba-tiba pria dewasa lainnya memukul kepala belakang si gadis. Rasa berdenyut begitu terasa, matanya perlahan mulai kabur.

“HAHA! mampus kau bocah!” ujar sang pria penuh kemenangan.

Gadis itu beberapa kali menggelengkan kepala untuk mempertahankan kesadarannya. Saat si pria berusaha mendekat dan ingin menyentuh si gadis, dengan cepat si gadis memutar tangan pria itu dengan keras sehingga membuat pria itu meringis kesakitan.

“Akh! lepaskan aku!” ucapnya.

“Dasar paman bodoh! Aku akan mematahkan tangan mu!” ujar si gadis dengan marah.

Krek!

Pria itu langsung duduk terlemas di tanah sambil memegang tangannya yang terasa mati rasa.

“Haa … , merepotkan sekali.” ujar si gadis.

Gadis itu langsung merogoh kantong samping celananya dan mengambil telepon genggam serta mulai melakukan panggilan telepon.

“Hallo! aku sudah membereskannya. Sekarang cepat lah ke sini! aku rasa sebentar lagi aku akan pingsan!” tegas si gadis.

Setelah memutuskan telepon secara sepihak, si gadis memegang kepalanya yang semakin terasa sakit dengan pandangan yang semakin memblur.

“Ck! sial! aku merasa pusing.” gumamnya.

Gadis itu buru-buru mencari tempat yang cocok untuk beristirahat setelah selesai memberantas para pria dewasa yang merepotkan. Dia memutuskan untuk duduk menyandar di dekat pagar besi yang berada di wilayah gang gelap itu.

“Aku sepertinya ingin tidur ….” lirih gadis itu.

Matanya perlahan-lahan mulai kelabur, namun dari kejauhan dia masih dapat melihat samar-samar beberapa orang yang sedang berlari menuju ke arahnya.

“Tara! Tara!” teriak orang itu.

“Hee! aku tidur saja deh …..”guman gadis itu sambil tersenyum miring.

Drap ….

Drap ….

Banyak sekali orang-orang yang mengamankan para pria yang sudah tergeletak tak berdaya di sana.

“Komandan! kami tidak menemukan di mana Tara.”

“Sial! kemana bocah itu? kenapa dia berbicara tidak jelas di telepon tadi ha?” ucap komandan dengan panik.

Komandan itu tetap memperhatikan sekeliling dengan seksama, dan akhirnya dia melihat keberadaan Tara yang sudah menutup mata sambil duduk menyender di dekat pagar besi.

“Tara!” teriaknya dengan keras.

Komandan itu langsung menghampiri Tara, melihat Tara tak kunjung membuka mata. Sungguh hal itu membuatnya khawatir, beberapa kali dia menggoyang-goyangkan tubuh Tara, namun yang punya tidak merespon sama sekali.

“Tara! bangunlah! jangan membuat ku merasa khawatir begini!” tegas komandan dengan suara lantang.

Merasa panik sekaligus khawatir, si komandan tanpa sadar memeluk tubuh Tara dengan lembut, buliran air mata tiba-tiba saja terjatuh dari kedua matanya.

“Komandan! lebih baik kita bawa Tara ke rumah sakit segera!”

Komandan itu langsung menghapus air matanya sebelum para anggota mengetahuinya, dia langsung berdiri dan mengangkat tubuh Tara dengan gaya bridge style.

“Aku pergi!” tegasnya.

Komandan itu langsung berlari sambil menatap wajah damai Tara yang sama sekali tak membuka mata.

“Tetaplah bertahan, Tara ….” lirihnya dengan suara pelan.

Para anggotanya hanya bisa diam di tempat menatap kepergian komandannya.

“Sudah ku bilang kan, komandan itu suka dengan Tara.”

“Ternyata komandan kita bucin banget. Kasihan juga sih komandan, sepertinya Tara tidak peka kalau komandan kita menyukainya.”

Komandan itu langsung memasuki lobi rumah sakit. Beberapa pasang mata langsung tertuju ke arah komandan itu.

“Eh lihat, tampan sekali! mana tubuhnya kekar dan pas sekali menggunakan seragam kepolisian itu!”

Bahkan pasien yang sedang berada di kursi roda pun tak luput dari pesona si komandan.

"Sus, apa saya sudah di surga?”

Para perawat langsung bertindak dengan membawa ranjang rumah sakit roda. Dengan cepat si komandan meletakkan tubuh Tara dengan pelan.

“Silahkan tuan urus administrasinya dulu, kami akan segera menangani pasien!” 

“Baik.” jawab si komandan.

Buru-buru si komandan menuju ke arah resepsionis, awalnya si resepsionis melamun karena larut dalam pesona pria tampan tinggi dan kekar di hadapannya. Namun karena sadar akan pekerjaannya, lamunan itu segera ia buyarkan.

“Ada apa pak?”

"Saya mau mengurus administrasi.” jawab si komandan.

Bagian resepsionis segera memberikan formulir kepada si komandan tampan. Setelah menyelesaikan semua formalitas, si komandan hendak beranjak pergi. Namun tangannya ditahan oleh seorang gadis kecil berusia 5 tahun.

“Paman tampan, siapa nama paman tampan?”tanyanya dengan tatapan berbinar.

“Anak baik, kamu ingin tahu nama paman hmm?” jawab komandan sambil berjongkok untuk menyamai tinggi si gadis kecil.

Menanggung antusias, “iya paman! aku ingin sekali tahu!” jawab si gadis kecil.

Komandan itu tersenyum lalu mengelus lembut puncak kepala si gadis kecil.

"Untuk apa kamu ingin tahu nama paman?” tanyanya.

“Mmm … , untuk memberikannya ke ibu. Ibu bilang aku harus mencari ayah baru. Itu, ibu ku di sana.” ujar si gadis kecil sambil menunjuk ke arah si ibu.

Si ibu gadis kecil tampak tersipu malu saat pria tampan berseri kepolisian itu menatap ke arahnya. Sementara komandan kepolisian itu mengubah ekspresi menjadi wajah datar. Lalu kembali tersenyum manis saat menatap lagi si gadis kecil.

“Baiklah, paman akan memberitahu mu. Mendekat Lah ke paman.” ucapnya.

Si gadis kecil patuh, komandan mulai membisikan ke telinga si gadis kecil.

“Oooo, jadi nama paman itu?” ujar si gadis kecil.

“Iya, oh ya. Ada satu lagi yang paman lupa beritahu.” ucap komandan.

“Apa itu?” tanya si gadis kecil.

Komandan kepolisian itu kembali membisikan sesuatu ke gadis kecil itu.

“Oh begitu, baiklah paman terima kasih. Aku pergi dulu, dadah ….” ujar si gadis kecil.

Komandan itu mengangguk, setelah si gadis kecil kembali ke ibunya. Dengan cepat si komandan berjalan menuju ke kamar inap tempat Tara berada.

“Bagaimana? siapa nama paman polisi tampan itu?” tanya sang ibu.

“Namanya, Ro.” jawab si gadis kecil.

“Apa? Ro? nama yang aneh.”ujar sang ibu sambil menautkan kedua alis.

“Iya ibu, dan paman Ro bilang dia tidak bisa menjadi ayah ku.” ucap si gadis kecil.

“Apa!? kenapa tak bisa?” tanya sang ibu dengan wajah terkejut.

“Paman Ro bilang, dia sudah punya tunangan.” ujar si gadis kecil.

Sang ibu hanya bisa menelan kenyataan pahit, impiannya untuk menikah lagi setelah bercerai pupus sudah.

Kret…

Komandan membuka pintu ruang inap dengan pelan, dia takut akan mengusik Tara. Namun setelah pintu sepenuhnya terbuka lebar, hal pertama yang dilihat si komandan kepolisian itu adalah siluet Tara yang sedang asik makan dengan rambut panjang hitam bergelombang yang tergerai dengan pipi yang menggembung di penuhi makanan.

“Tuan, silahkan masuk.” ucap suster dengan sopan.

Si suster langsung undur diri, sementara Tara masih sibuk dengan makanannya.

“Tara, enak sekali kamu makannya.” ujar si komandan.

“Hm? eh Ro! Ayo sini, ayo makan. Aku lapar banget, jadi aku makan lah.”jawab Tara dengan santai.

“Aku sudah bilang, panggil nama ku dengan benar! nama ku Astro, bukan Ro!” ujar Astro sambil memijat keningnya.

“Alah sama aja Ro, yang penting nyangkut.” balas Tara.

“Haa … , terserah kamu lah.” ucap Astro sambil menghela nafas.

Tara masih sibuk memakan makanan rumah sakit yang lumayan bagi dirinya yang sedang dilanda lapar. Sementara Astro hanya memperhatikan, lalu sesaat kemudian dia duduk di atas ranjang Tara.

“Pelan-pelan makanya, nanti keselek.” ucap Astro.

Tara hanya mengacungkan jempol sambil terus makan dengan lahap. Astro hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah Tara.

“Uhuk-uhuk, air, aku butuh air!” ujar Tara.

Astro segera mengambilkan air dan memberikannya kepada Tara. Dengan cepat Tara mengambilnya dan meminum habis air dalam gelas tersebut.

“Sudah ku bilang hati-hati.” ujar Astro.

“Iya, udah bawel. Komandan ini kayak emak-emak , bawel banget!” sewot Tara.

Sret!

Astro menyelipkan surai lembut dan panjang milik Tara ke telinga, Tara yang tadi ingin menyuapkan makanan ke dalam mulut langsung berhenti karena terkejut.

“Kenapa berhenti makan hmm? lanjutkan saja, aku hanya ingin menyentuhmu saja kok.” ucap Astro sambil tersenyum tak berdosa.

Tara diam mematung saat Astro menatapnya dengan kedua manik yang terlihat mendalam penuh makna.

“Ehem! singkirkan tanganmu! nanti kamu bisa masuk penjara karena upaya melecehkan anak di bawah umur!” tegas Tara sambil menepis tangan Astro.

Astro menahan tawa melihat wajah marah Tara dengan kedua pipi putih yang sudah bersemu merah itu.

“Haha … , kamu lucu sekali. Jadi pengen gigit.” ucap Astro sambil tertawa gemas.

"Ck, terserah lah. Yang penting aku lolos dari ujian!!" tegas Tara.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!