Seorang gadis yang terlahir karena sebuah perjanjian ibu nya dan makhluk ghaib terpaksa harus menjalani hidup mandiri setelah kepergian kedua orang tua nya. Ibu nya meninggal saat usia nya tepat dua tahun ,sementara ayah nya meninggal setelah hari pernikahan nya. Pernikahan yang seharusnya menjadi hari yang sangat membahagiakan berubah menjadi duka saat sang ayah harus pergi selamanya ,pun dengan suami pengganti nya yang juga meninggal tepat di malam pengantin mereka.
What.....suami pengganti ?
Ya suami pengganti karena calon suami yang sebenarnya telah pergi entah kemana tepat di saat hari pernikahan dilangsungkan.
Vinaya malang harus terusir karena hasutan seseorang mengenai status janda nya juga kematian kedua orangtua nya. Vinaya pun memutuskan untuk pergi ke kota.
Bagaimana kisah Vinaya setelah berada di kota ? Apakah ia akan menemukan kebahagiaan nya,atau malah sebaliknya?
Yuk ikuti kisah nya ya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon qsk sri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana Vinaya
Hujan yang semakin deras membuat Keenan mau tidak mau harus tetap berada di rumah orang tua nya. Lusi pun tak mengizinkan putra nya itu ketika putra nya memaksa ingin pulang.
Selama semalaman ibu kota diguyur hujan. Hingga sebagian kota terendam banjir. Pagi hari di hiasi hujan rintik-rintik Vinaya dan Lusi tengah menikmati minuman hangat. Selepas subuh tadi, Vinaya langsung berkutat di dapur bersama para art. Melihat cuaca di luar sedang tak ramah membuat gadis itu berinisiatif membuat minuman penghangat tubuh. Beruntung di dapur itu sudah tersedia bahan makanan dan bumbu dapur super lengkap,dari yang instan sampai yang alami,saking lengkap nya sampai mengalahkan supermarket. Jadilah wedang ronde dengan segala rempah yang membuat tubuh menjadi hangat. Tak hanya untuk menghangatkan tubuh,wedang ronde juga bermanfaat untuk menjaga daya tahan tubuh.
"Hm...enak banget ! Pintar sekali kamu bikin wedang ronde,punya mama udah abis aja "Puji Lusi
"Alhamdulillah kalau mama suka. Gak kok mah,aku baru kali ini buat nya,dulu aku sering bantuin bi Inah bikin wedang ronde,mengingat cuaca di luar tak bersahabat jadi kefikiran aja bikin nya " Sahut Vinaya merendah
"Bi Inah itu siapa ?" Tanya Lusi ingin tahu
"Bi Inah itu tetangga aku dulu sebelum pindah. Namanya sih bibi Aminah hanya saja saat kecil dulu aku sering kesulitan manggil nya jadinya disingkat jadi bibi Inah. Bi Inah dan keluarga nya sudah seperti keluarga sendiri " Tutur Vinaya yang kembali mengenang masa kecil nya
Dirinya selalu diasuh oleh para tetangga ( Winda dan Inah ) oleh sebab itu Vinaya sangat dekat dengan mereka,apalagi mereka sudah menganggap Vinaya seperti anak dan keluarga sendiri,bahkan dengan anak-anak mereka pun gadis itu bersahabat baik,hanya saja setelah kepindahan Inah dan keluarga Vinaya tak lagi bisa merasakan kebersamaan dengan keluarga itu.
"Mau aku ambilkan lagi ?" Tawar Vinaya
"Udah ah,cukup ! Ini juga udah kenyang,nanti kalau mama kepengen lagi mama ambil sendiri. Sekarang sudah semakin siang lebih baik kamu siap-siap. Sebentar lagi akan datang orang salon. Besok kan kamu nikah jadi harus perawatan" Ucap Lusi membuat Vinaya terkesiap ,gadis itu baru ingat jika besok dirinya sudah akan menikah
"Iya mah " lirih Vinaya kemudian beranjak dan pergi ke kamar nya
"Duh, bisa-bisa nya aku lupa ! tapi kenapa tiba-tiba aku jadi gugup gini ya,perasaan waktu mau nikah saat itu gak se-gugup ini " Terang saja sebab saat itu bukan gugup yang ia rasakan melainkan rasa gelisah karena sang calon suami yang tak ada kabar berita nya
Sementara itu,Keenan masih berada di kamar nya. Pria itu menatap ke luar jendela. Menatap hujan rintik-rintik yang belum ada hilal untuk reda. Terdengar helaan nafas nya terasa berat. Seakan ada banyak beban dalam pikiran nya pria itu nampak beberapa kali menghela nafas dalam-dalam.
"Hidup ku emang selucu ini ya,ditinggal pacar malah mau nikah sama cewek lain yang baru kenal. Gimana nanti kalau Karina kembali ,dia pasti sedih banget. Tapi keputusan sudah aku ambil dan gak mungkin mundur lagi. Lagian ini cuman sementara kok,semoga saja Karina bisa mengerti " monolog nya
Di dalam kekalutan nya ia tak menyadari jika sedari tadi pintu kamar nya diketuk.
"Gimana bi,sudah bangun Keenan nya ?" Tanya Lusi pada art yang baru saja kembali setelah mengetuk pintu kamar Keenan
"Sepertinya belum nyonya,dari tadi saya mengetuk pintu kamar nya tak ada respon apapun nyonya " Jawab art
"Ya sudah ,makasih ya bi "Ucap Lusi lalu mempersilahkan art nya kembali melakukan pekerjaan nya
"Anak itu, bener-bener ya ! Udah siang begini belum bangun juga. Mentang-mentang cuti" Keluh Lusi segera beranjak menuju kamar putra nya
Tok Tok Tok
"Keenan ....sudah bangun belum ? Mama masuk ya !" Ucap Lusi
Lusi baru saja menyentuh gagang pintu,Keenan sudah membuka pintu nya.
"Ada apa mah ?" Tanya nya
"Mama boleh masuk ?" Bukan nya menjawab pertanyaan putra nya,Lusi malah balik bertanya
Tanpa menjawab,Keenan membuka lebar pintu kamar nya lalu merangkul sang ibu memasuki kamar nya.
"Ada apa sih mah, sepertinya serius sekali ?" Tanya Keenan setelah mereka duduk di sofa
"Ada sesuatu yang ingin mama katakan padamu. Ini tentang Vinaya " Ucap Lusi menatap wajah putra nya
"Kenapa dengan nya ?" Tanya Keenan nampak penasaran
"Kamu masih ingat Tante Winda ?"
"Tante Winda teman mama yang tinggal di Sukabumi itu ? " Tanya Keenan seraya mengingat-ingat
"Iya. Masih ingat ternyata " Lusi nampak tersenyum
"Lupa-lupa ingat sih. Kenapa memang nya ? Kenapa mama malah menanyakan Tante Winda ? Memang ada hubungan nya dengan Vinaya ?"Tanya Keenan semakin penasaran
"Ya. Tentu saja ada. Vinaya adalah anak tetangga Tante Winda. Ketika ibunya Vinaya meninggal Vinaya masih berusia dua tahun,Tante Winda lah yang membantu mengasuh Vinaya kecil hingga dewasa seperti sekarang. Satu hal yang membuat mama prihatin terhadap Vinaya " Lirih Lusi
"Apa itu ?"
"Mungkin mental nya sedikit terganggu. Hal itu disebabkan karena peristiwa yang menimpanya. Tante Winda mengatakan jika setelah peristiwa itu,Vinaya jadi lebih banyak melamun dan berhalusinasi. Mama sangat ingin membawa nya ke psikolog,tapi mama khawatir dia tersinggung. Mama harap nanti setelah kalian menikah,sebisa mungkin kamu bujuk Vinaya ya buat ke psikolog " Pinta Lusi
"Jadi itu alasan nya,kenapa dia terlihat aneh " Gumam Keenan membatin
"Gimana ? Mau kan ?"
"Iya,mah. Tentu saja mama jangan khawatir " Ucap Keenan meyakinkan
Beberapa saat kemudian,di kamar nya Vinaya sedang menjalani perawatan di mulai dari luluran,pijat ,semua dari ujung kuku sampai ujung rambut tak ada yang terlewat. Saking lama nya sampai membuat Vinaya mengantuk ,jadilah Vinaya tertidur ketika kuku-kuku nya tengah di manicure-pedicure.
Sementara itu di kampus ,nampak Yudi beserta Martin merasa bosan karena Vinaya tidak masuk. Tak satupun dari mereka yang mengetahui kenapa Vinaya hari ini absen. Yudi beberapa kali menghubungi nomor ponsel Vinaya namun karena gadis itu sedang perawatan apalagi sekarang ia tertidur,ia jadi tak ada waktu untuk bermain ponsel.
Yudi berdecak kesal. " Vinaya kemana ya? Kenapa dari tadi gak diangkat-angkat telpon ku" Gumam nya gusar
Waktu berjalan begitu cepat,siang yang mendung kini sudah berganti dengan malam yang bertabur bintang yang berkelap-kelip di langit . Vinaya membuka lebar-lebar gorden jendela. Gadis itu menatap langit malam dengan suasana hati yang tak menentu.
Ketika itu pintu kamar diketuk dari luar ,Vinaya segera mempersilahkan yang di luar untuk masuk.
"Bibi " lirih Vinaya ketika melihat Winda yang berdiri di ambang pintu
Winda dan suami nya Toni sudah datang empat jam yang lalu. Winda merasa senang mendengar kabar pernikahan tersebut. Ia berharap jika pernikahan nya kali ini akan berjalan dengan baik dan langgeng sampai kakek nenek hingga maut yang memisahkan.
"Kenapa belum tidur ? Nanti besok kesiangan loh ,gak lucu kan kalau pengantin nya malah kesiangan" gurau Winda yang dibalas senyuman dari Vinaya
"Aku belum ngantuk bi " Jawab nya
"Bibi ikut senang kamu mau menikah. Semoga saja kebahagiaan selalu menyertai mu. Bibi juga berdoa semoga pernikahan kamu bisa langgeng sampai kakek nenek. Sakinah mawadah warahmah ya " Ucap Winda mengusap air mata nya, tiba-tiba ia jadi teringat dengan Mika dan Fahmi. Ia masih belum percaya jika pasangan suami istri itu telah meninggal
"Iya,bi makasih. Meski aku belum mencintai bang Keenan aku janji akan jadi istri yang baik "Ucap Vinaya
Winda tersenyum lalu mengusap kepala Vinaya dengan penuh kasih sayang.
"Bagaimana kabar Elis bi ?" Tanya Vinaya teringat akan sahabat nya itu,namun bukan jawaban yang Vinaya dapatkan melainkan gelengan kepala dengan raut wajah yang sedih
"Elis belum ngasih kabar juga ?" Tanya Vinaya lagi
"Iya "
"Apa bibi sudah menghubungi pihak pondok untuk menanyakan Elis?"
"Sudah. Bahkan bibi juga sampai mendatangi pondok pesantren itu,tapi pihak pesantren tidak mengizinkan bibi untuk menjenguk Elis. Sudah peraturan nya katanya" lirih Winda
"Kenapa begitu ? Bukan nya waktu awal-awal masuk bibi masih bisa menjenguk Elis ? Aku juga pernah ikut waktu itu " Bingung gadis itu
"Itu dia. Bibi juga tidak mengerti. Semenjak pemilik pondok meninggal peraturan sudah berubah dan banyak yang tidak masuk akal termasuk melarang para orang tua menjenguk meski satu bulan sekali. Pernah ada orang tua santri yang saat itu hendak menjemput anak nya karena ada acara keluarga,tapi pihak pondok bersikeras melarang santrinya pulang meski hanya untuk satu hari. Bukan hanya pulang barang sebentar menghubungi keluarga nya pun tak diperbolehkan Mereka baru bisa pulang setelah lulus dari pondok" Terang Winda
Gadis itu terdiam merasa ada yang janggal dengan penjelasan Winda.
"Aku merasa ada sesuatu di pondok itu. Seketat-ketat nya aturan ponpes tidak akan seperti itu " Ucap Riza ikut bersuara
"Iya,aku pun merasa begitu " batin Vinaya
Gadis itu kemudian berfikir bagaimana caranya untuk bisa mengetahui keadaan sahabat nya.
"Kalau begitu biar aku saja yang pergi ke pondok itu,aku punya rencana untuk bisa mengetahui keadaan Elis " Celetuk gadis itu
"Rencana apa ?"
Bersambung....