Kehidupan yang kualami semenjak kecelakaan itu sungguh berat. Aku mesti sendirian menghadapi hidup. Hingga harta kekayaanku habis. Semua kulakukan untuk penyembuhan, pengobatan, dan lain sebagainya demi keseharianku yang sudah enggan di lakukan. Bahkan orang mengira kalau aku kena depresi. Sehingga tak bahagia. Dan yang kulakukan hanya merenung. namun hari hari ke depan mesti di lalui dengan semangat dan keceriaan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 3112, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 19
Anakku kepingin naik ke bianglala. Mainan begini yang punya nama komidi putar, atau dermolen, begitu saja. Kan sudah banyak. Di sini lumayan tinggi. Mungkin hanya puluhan meter. Padahal kalau di luar negeri sana, semacam eye itu, bisa menjangkau ratusan meter. Yang terus berputar tiada henti, baik kosong maupun penuh.
Dan akan berjalan. Sementara jika sudah beli tiket akan langsung naik, dan dalam sebuah sangkar dari kaca yang mampu melihat gambar di semua keliling sangkar tadi. Sehingga dengan putaran yang pelan, akan mampu melihat sekeliling lokasi permainan itu yang semakin naik maka akan semakin indah suasananya.
Sangkar itu semacam mobil kaca, yang pada satunya bisa muat puluhan orang. Dengan tempat duduk seperti di kereta yang saling hadap. Tapi karena hanya sebentar dan para penaik biasanya lebih suka memandang sekeliling, di buat tanpa tempat duduk. Bahkan pada bagian bawah ada yang tembus pandang. Walau kebanyakan sedikit tertutup, jadi tak bisa melihat ke bawah.
Kalau di pasar malam begini cuma semacam sangkar yang kecil saja. Paling banyak hanya muat empat orang. Walau cukup dua juga tidak apa-apa. Bahkan cuma satu kalau lagi sepi, juga akan berputar. Dengan posisi sama seperti tadi, dengan pemutar dari mesin diesel yang di modifikasi khusus, serta untuk menambah gas untuk lebih cepat atau lambat dari permainan begini.
Tapi biasanya memang hanya pelan saja. Supaya bisa menikmati ketinggian. Seperti dalam sebuah komidi putar yang sangat besar. Dimana secara pelan akan terus berputar, sehingga Cuma sekali putaran saja. Itu saja sudah menghabiskan waktu lebih dari sepuluh menit. Semakin besar akan semakin lama. Jika mahal dan tidaknya sih tergantung dari indah dan tidaknya wahana tadi. Sehingga semua akan puas setelah menaikinya. Bahkan ingin naik lagi secara berulang dan mesti membayar tiket lagi dari awal. Sehingga menikmati pemandangan yang sama akan tetapi pandangan bakalan lebih focus pada apa yang membuatnya kangen serta ingin naik lagi wahana yang begitu terus.
Tapi mau bagaimana lagi. Inginnya begitu. Mesti di turuti. Biar dia senang. Sebab mau buat siapa lagi harta di dunia ini kalau bukan untuk anak.
Terlihat ada anak yang tadi. Namun dia segera pergi. Sudah tak ingin naik bareng lagi. Soalnya pasti di usir. Jadi sebelum kejadian, mendingan dia pergi saja tanpa perlu berdebat atau apa lagi saat melihat aku tak menghendakinya.
“Ih asik pa, tinggi.“
“Iya..“
“Sini pa, indah pemandangannya.“
Anakku sembari memandang ke kejauhan. Dimana dia terlihat begitu tinggi. Diantara cabang-cabang besi yang di pakai untuk menopang sangkar-sangkar tempat Dimana orang yang mau naik berada di dalamnya. Di situ kelihatan sangat menarik. Hingga aku juga ingin melihat lebih jauh. Tentu tak akan terhalang oleh rangkaian besi yang meliputi seluruh komidi putar itu. Seperti apa yang di saksikan anakku. Dia nampaknya sangat puas akan pandangannya yang jauh serta menikmati lampu-lampu malam yang bercahaya warna-warni, serta kota yang begitu Anggun kalau di lihat di posisi tinggi begitu. Sama seperti saat naik pohon kelapa yang juga mampu memandang sangat lega tadi.
“E jangan jauh-jauh.“
“Nggak papa.” Anakku terus naik. “Lihat aku terbang.“
“Wah…“
Dia naik. Semakin ke atas. Dan terus naik.
Aku mengejar. Tapi kesulitan.
Aku baru sadar. Dan…
A.
Aku jatuh.
