NovelToon NovelToon
Dok, Kok Kita Mirip?

Dok, Kok Kita Mirip?

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / cintapertama / Reinkarnasi / Dokter Genius
Popularitas:33.4k
Nilai: 5
Nama Author: Eggpudding

Alma, Si anak baru di Sub Bagian SDM Rumah Sakit Harapan Hati mendadak terkenal di hari pertama masuk kerja. Alasannya yaitu wajahnya yang mirip dengan dr Ilman, Si tampan dari poli anak. Tidak hanya wajah, nama mereka juga mirip, Alma dan Ilman.
Gara-gara ini, banyak yang mengira bahwa keduanya adalah saudara, padahal bukan. Adik dr. Ilman yang sebenarnya juga bekerja di divisi yang sama dengan Alma. Tapi, karena suatu alasan, dia tidak mau mengakui bahwa Ilman adalah kakaknya sendiri.

...

"Saya izinkan kamu buat pamer kalau kita berdua bersaudara. Kalau bisa, puji saya tiap hari biar pekerjaan kamu makin gampang.” - Ilman -

“Hahaha... Dokter bercanda, ya?” - Alma -

“Saya serius. Sombongkan saja nama saya. Bukankah bagus kalau kamu jadi adik dari orang yang jenius dan ganteng seperti saya?”

Dih! Bisa ya, ada orang senarsis dan sesombong ini. Dokter pula. Pasiennya tidak apa-apa, tuh?

Tapi, anehnya Alma merasa pernah mendengar kata-kata itu sebelumnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eggpudding, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

19. Makin Ngawur

“Saya benar-benar minta maaf. Saya kira Anda sedang berbuat jahat pada teman saya.” ujar dr. Ilman tulus.

Perasaan aku belum pernah bilang kalau kami berteman. Tapi, daripada dia mengaku-ngaku sebagai kakakku di depan abang kandungku sendiri, aku tidak akan menyangkalnya. Setidaknya orang ini masih normal di mata orang lain.

“Santai saja. Toh saya tidak sampai luka.” jawab Bang Salman sambil membersihkan tanah yang menempel di tangannya.

“Haaah… Syukurlah. Hampir saja saya tambah dibenci sama adik Anda.”

Aku tidak pernah bilang kalau aku membencinya, hanya sebal dengan tingkahnya.

“Ini dokter yang katanya mirip sama kamu ya, Dek?” bisik Bang Salman.

Aku mengangguk membenarkan. Lalu, perhatian Bang Salman pun kembali pada dr. Ilman yang berdiri di hadapannya. Dia memperhatikan dengan seksama wajah dokter spesialis anak itu selama beberapa detik. Kemudian, kulihat satu seringaian tipis di bibir Bang Salman.

“Kamu gak balik ke atas? Bentar lagi jam istirahatnya habis kan?”

Woops! Aku baru ingat.

Kulirik jam di ponselku yang ternyata sudah menunjukkan pukul 12.54, yang artinya waktu istirahat tinggal 6 menit lagi. Kalau tidak segera kembali ke atas, aku bisa kena sanksi. Bagaimanapun sub bagian SDM itu kan harus jadi yang paling disiplin. Bisa-bisa tercoreng nantinya.

“Kalau gitu Dedek ke atas dulu ya, Bang. Soal yang tadi, pasti bakal Dedek pikirin! Bye!” ujarku sambil berlari menuju pintu lobi.

Segera aku memasang masker dan menuju lift untuk naik ke ruang kerjaku. Syukurnya, ternyata aku bukan satu-satunya karyawan SDM yang datangnya mepet. Ada Hani dan dua orang bagian tata usaha lain yang kalau tidak salah namanya Mbak Fitri dan Mas Geo. Sementara, yang lainnya adalah satu orang perawat dan satu orang dengan seragam rekam medis.

Hani lalu sedikit memepetku bersama dua orang TU lainnya.

“Ssst! Tadi dr. Ilman berantem sama siapanya kamu?” tanya Hani berbisik.

Dua alisku pun bertaut.

“Siapa yang berantem?” aku balik bertanya.

Hani memutar bola matanya.

“Ih! Tadi itu kita lihat dia narik cowok sampe jatuh. Kan kamu juga di depannya.” timpal Mbak Fitri.

Rupanya mereka melihat kejadian di parkiran tadi. Wajar, sih. Namanya juga tempat terbuka.

“Ya ampun, Mbak. Itu tadi cuma salah paham. Gak ada yang berantem!” aku meninggikan suaraku.

Ketiganya pun mendengus bersamaan.

“Yaaah… gak seru.” tanggap Mas Geo.

“Kalau gitu, cowok yang bareng kamu tadi siapanya kamu?”

Ternyata Hani masih kepo.

“Abangku.”

Raut mereka lagi-lagi kecewa.

“Yeee semua juga tahu kalau dr. Ilman itu abang kamu.” ujar Mbak Fitri sambil menarik pipiku gemas.

“Siapa yang ngomongin dr. Ilman? Maksudku, cowok yang tadi dibikin jatuh sama dr. Ilman itu abangku.” jelasku ngotot.

Habis ini, kebangetan lah kalau masih pada mengira kalau aku dan dr. Ilman itu bersaudara.

“Jadi, cowok tadi itu adiknya dr. Ilman juga?”

Ya, Gusti! Ini si Hani malah bikin tambah melenceng!

“Owalah… pantesan habis itu mereka santuy-santuy aja. Ternyata cuma kakak yang lagi iseng sama adeknya.” Mbak Fitri menyimpulkan.

“Paham deh, gue juga sering iseng ke abang gue. Kadang malah sampe adu jotos.” Mas Geo ikut menimpali.

“Bukan gitu, gais…” aku berusaha menjelaskan, tapi kemudian pintu lift telah terbuka dan kamipun sampai di lantai yang dituju.

“Gini, lho… kan udah sering kubilang kalau aku tuh ga ada hubungan apa-apa sama dr. Ilman. Yang barusan itu tuh yang kakak kandungku. Beneran. Asli. 1000%!” lanjutku setelah keluar dari lift.

“Kalau bukan saudara, kok kalian mirip?”

Wahai, Mbak Fitri. Itu juga yang masih menjadi misteri.

“Udahlah! Ngaku aja kalau kalian saudara. Denger-denger dr. Ilman emang punya dua saudara kok, satu cewek satu cowok.” Hani seperti tidak mau dibantah.

“Iya kah? Kok gue baru tahu. Padahal udah lama gue kerja di sini.”

Sialan! Ternyata setting dr. Ilman mendukung banget sama situasi tadi. Kok jadi makin sulit menjelaskannya, ya?

“Omong-omong serem juga, ya. Gen ortunya dr. Ilman dahsyat-dahsyat banget. Kalian liat kan cowok yang tadi? Wuiiih! Udah mau saingin Salman Ragnala kayaknya. Mana bawanya Porsche. Ckckck!”

“Makasih loh, Mbak Fitri. Saya sadar kok kalau saya cakep dan dahsyat. Mau juga deh, dimiripin sama Salman Ragnala. Soalnya dia emang abangku.” celetukku.

Seketika pipiku lagi-lagi menjadi korban cubitan Mbak Fitri.

“Giliran dibilang cakep aja kamu ngaku!” serunya yang kemudian diikuti tawa oleh dua orang yang lain.

“Eh, wait! Wait! Tadi beneran Salman Ragnala!?” pekik Mbak Fitri yang baru sadar dengan fakta yang baru saja kubilang tadi.

“Serius? Salman Ragnala yang itu?!” Mas Geo tak kalah terkejut.

“Pantesan namanya mirip, Ilman, Alma, Salman.” lagi-lagi Hani membuat kesimpulan ngawur. Mulai hari ini aku akan memanggilnya ‘Si Ngawur’ diam-diam.

Dan anehnya, ucapan ngawur Hani ini sangat persuasif. Orang lain seperti Mbak Fitri dan Mas Geo saja langsung dibuat mantuk-mantuk setuju begitu.

Sudahlah! Aku lelah! Mungkin mereka perlu disiram hidayah dulu, baru bisa sadar kalau mereka sudah terjerumus ke jurang kengawurannya Hani.

Aku masih mau mendebat pun susah, karena sekarang kami sudah sampai di ruangan. Berhubung kami datangnya mepet, kami langsung disambut oleh death stare dari Pak Arif dan Pak Surya -beliau Kepala Bagian Tata Usaha yang jabatannya di atas Pak Arif-.

Akhirnya, guyonan kami pun terhenti. Kami harus segera ke meja masing-masing untuk lanjut bekerja. Soal dr. Ilman dan Bang Salman, kubahas nanti saja, deh.

Parkiran pengunjung rumah sakit sudah cukup lengang saat ini. Adapun yang terparkir di sana adalah motor dan mobil milik orang-orang yang menunggui sanak saudara mereka di dalam ruangan. Selain itu, ada pula mobil Salman yang masih bertengger di sana. Sementara pemiliknya tengah berada di luar mobil berdiri menghadap seorang pria lain yang lebih tua beberapa tahun darinya.

“Kenapa baru muncul sekarang?” tanya Salman pada pria di hadapannya.

Caranya menatap pria itu sangat dingin, begitu pula nada bicaranya yang tidak dia buat-buat.

“Apa maksud Anda?”

Ilman membalasnya dengan tatapan yang tidak kalah dingin.

“Kkh…” Salman menyeringai, “Kamu mau berpura-pura? Oke…” lanjutnya.

“Saya benar-benar tidak paham dengan ucapan Anda.”

Salman terdiam membaca gerak-gerik Ilman. Pria itu, seperti yang dikatakannya tadi memang terlihat tidak paham dengan ucapan Salman.

“Serius?” tanya Salman sekali lagi.

Kerutan di antara dua alis Ilman semakin terlihat. Dalam hati dia menebak-nebak maksud Salman, tetapi dia ragu. Karena, bisa saja tebakannya salah.

“Ck!” decak Salman pasrah.

“Begini deh, gue bilangin aja. Mulai sekarang, jangan minta Alma buat jadi adek lo. Gue kasihan kalo nasib kalian masih sama kayak dulu.”

Setelah mengatakan itu, Salman membuka pintu mobilnya dan duduk di kursi pengemudi. Lalu, dia nyalakan mesin mobil, bersiap untuk pergi. Dia sudah tidak peduli dengan tanggapan Ilman, yang terpenting dia sudah mengatakan hal yang seharusnya dia katakan.

Selang beberapa saat kemudian, mobil itu sudah meluncur meninggalkan Ilman yang masih terpaku di sana.

“Mauku juga begitu.” gumam Ilman lirih.

1
Claudia Jung 🐻🐰
Kejamnya Kaihe
Claudia Jung 🐻🐰: Kaihe
puding telor: Pilih versi loyo (Ilman) atau yang kejam (Kaihe)?
At least Ilman tobat...
total 2 replies
Claudia Jung 🐻🐰
Ngukeh 🤣
Claudia Jung 🐻🐰: Ngeri Ngukeh
puding telor: gitulah
total 2 replies
Claudia Jung 🐻🐰
Pelangi 🌈
Claudia Jung 🐻🐰
Ya ampun
Claudia Jung 🐻🐰
diskotek purbakala 🤣🤣🤣🤣
Claudia Jung 🐻🐰: Yo diskotek
puding telor: coba sebutkan namanya yang bener! sumprit ga ada ide hahaha
total 2 replies
susan
ini kynya ujiannya disini. hevia. jaman apalgi ini ?
puding telor: ada, dweeeh. dan bener. ujiannya di sini. otewe tamaaaat~~
total 1 replies
Claudia Jung 🐻🐰
Penisirin we
puding telor: saru wei!
total 1 replies
Claudia Jung 🐻🐰
Jangan lupa pake Kacang, Dok biar dikira spesial
Claudia Jung 🐻🐰: Aku juga nggak ngerti
puding telor: masih misteri beneran, deh. kenapa harus martabak??
total 2 replies
Claudia Jung 🐻🐰
Like A Patrick: “Kukira hubungan kita istimewa!" 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Claudia Jung 🐻🐰
Pecat Ilman dari cerita ini kalo masih Ha-he-ho
Claudia Jung 🐻🐰
ILMAN RA TEGAS
Claudia Jung 🐻🐰: USIR ILMAN DARI CERITA INI 📢📢📢📢🤣
puding telor: pancen lambene tok sing lemes
total 2 replies
Claudia Jung 🐻🐰
Terima aja tawaran Bu Nerissa
puding telor: noh! tak bikin!
Claudia Jung 🐻🐰: ya dibikin atuh
total 3 replies
susan
lgsg dapat tantangan dari camer
puding telor: mohon doanya...
total 1 replies
Claudia Jung 🐻🐰
Astaghfirullah 🤣
Claudia Jung 🐻🐰: lama-lama jadi nggak aman
puding telor: masih aman,bu.
total 2 replies
Claudia Jung 🐻🐰
Lha salahmu dhewe ora sabaran
Claudia Jung 🐻🐰
Aku kira resepsionis
Claudia Jung 🐻🐰
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
susan
gas poolll .. Hani gpp lah ketahuan. klo mmg gk mau ketahuan pecat aja si Alma. ato pindahin kmn. Alma Ilman dah over gk cocok acting kakak adek
puding telor: ehehe
total 1 replies
Claudia Jung 🐻🐰
Aseek
Claudia Jung 🐻🐰
Salman apa Ilman hayooo
Claudia Jung 🐻🐰: Fokus mbak, jangan lupa minum
puding telor: tengs bro, belakangan typoku makin parah duh /Gosh//Gosh/
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!