Ava Serenity Williams, putri bungsu Axton Brave Williams, jatuh cinta pada seorang pria bernama Ryan Dome. Ia mencintainya sejak berada di bangku sekolah. Ava bahkan rela menjadi seseorang yang bukan dirinya karena Ryan seakan menuntut bahwa yang akan menjadi kekasih dan istrinya nanti adalah seorang wanita sempurna. Ryan Dome, putra Freddy Dome, salah satu rekan bisnis Axton Williams. Freddy berencana menjodohkan Ryan dengan Ava, hingga menjadikan Ava sebagai sekretaris putranya sendiri. Namun, siapa yang menyangka jika Ryan terus memperlakukan Ava layaknya seorang sekretaris, bahkan pembantunya. Ia menganggap Ava tak pantas untuk dirinya. Ryan bahkan memiliki kekasih saat dirinya dalam status tunangan dengan Ava. Hingga akhirnya Ava memilih mundur dari kehidupan Ryan. Ia mencari ketenangan dan jati dirinya yang hilang, hingga akhirnya ia bisa jatuh cinta sekali lagi. Apakah cinta itu untuk Ryan yang berharap Ava kembali? Ataukah ada pria lain yang siap mencintai Ava drngan tulus?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PimCherry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RENCANA KE AUSTRALIA
“Pekerjaanmu adalah menjadi asisten pribadiku, sekretarisku, dan merangkap supir pribadiku,” ucap Ryan.
Mata seorang pria membelalak karena mendengarnya, pasalnya ia hanya melamar untuk menjadi seorang asisten pribadi, bukan dua yang lainnya.
“Ta-tapi, Tuan …,” pria itu menghentikan ucapannya ketika melihat Ryan menatap tajam ke arahnya.
“Apa?! Kamu tidak suka dengan pekerjaan seperti ini?” tanya Ryan dengan mata yang begitu tajam hingga seorang pria di hadapannya sedikit menundukkan kepalanya.
“Ba-baiklah, Tuan. Saya menerimanya.”
“Bagus! Mulailah bekerja hari ini karena pekerjaanku sangat banyak,” ucap Ryan yang akhirnya kembali duduk di kursi kerjanya.
“Apa yang harus saya lakukan, Tuan?”
Ryan berdecak kemudian mengangkat kepalanya, “pergi ke ruangan sebelah dan lihat di sana apa yang bisa kamu kerjakan.”
“Ba-baik, Tuan,” pria bernama Geoff Armstrong.
Geoff keluar dari ruang kerja Ryan lalu melihat sebuah pintu yang terletak tak jauh dari ruang kerja Ryan.
“Apa ini ruangannya?” pikir Geoff sambil membuka pintu tersebut.
Saat pintu terbuka, ia menghela nafas sambil menggelengkan kepalanya.
“Dasar Devian gila! Dia menyuruhku bekerja dengan pria seperti itu, mengesalkan! Melihat ruangan ini saja aku sudah tahu seperti apa nasib asisten sebelumnya,” umpat Geoff dengan kesal.
Devian, memang bersahabat dengan Geoff, setelah kepergian Mario. Geoff yang sedang ingin mencari suasana baru dan ingin sebentar saja bermain detektif detektif an seperti cita citanya dulu, akhirnya menerima tugas dari Devian. Ia mendapatkan bayaran yang lumayan besar dan itu sudah cukup baginya.
Geoff menatap ke sekeliling dan kembali berdecak karena ia benar benar tak tahu apa yang harus ia kerjakan. Meskipun ruangan tersebut tampak tertata dengan rapi, tapi tak ada satu pun informasi mengenai pekerjaan yang harus ia kerjaan saat ini.
“Apa dia pikir aku ini cenayang? Yang bisa mengira ngira proyek apa yang ia miliki dan sedang dikerjakan?” Geoff mengambil ponselnya kemudian mencoba untuk menghubungi Devian.
Devian sama sekali tak menjawab panggilannya. Pada akhirnya, Geoff hanya duduk sambil melihat lihat beberapa dokumen yang ada di atas mejanya, hingga akhirnya ia tertidur.
Satu jam berlalu dan Geoff masih terlelap tanpa terganggu oleh apapun. Sementara itu Ryan yang merasa lelah, menekan sebuah tombol dan berteriak.
“Ke ruanganku sekarang!!”
Teriakan Ryan otomatis membuat Geoff terbangun, bahkan ia kaget hingga terjungkal bersama dengan kursinya ke belakang yang membuat kepalanya langsung beradu dengan lemari.
“Aduhhh siallannn!!” umpat Geoff sambil memegang kepalanya yang terasa sakit.
Mau tidak mau Geoff pun berdiri. Ia segera keluar dari ruangannya menuju ke ruangan Ryan. Ia mengetuk pintu lalu membukanya.
“Anda memanggil saya, Tuan?” tanya Geoff.
“Apa kamu sudah menyelesaikan proposal kerja sama dengan Perusahaan Magno?” tanya Ryan.
Geoff menautkan kedua alisnya. Ia mencoba mengingat apakah tadi Ryan ada mengatakan tentang proposal dan Perusahaan Magno, rasanya tidak.
“Proposal yang bagaimana ya, Tuan? Anda tadi tidak mengatakan apapun pada saya,” ucap Geoff dengan polos.
Brakkk
Ryan menggebrak mejanya dan kembali menatap tajam ke arah Geoff.
“Seingat saya anda tidak mengatakan apapun, Tuan.”
“Ka-kamu!!” Baru hari pertama dan Ryan sudah merasa kesal dengan keberadaan Geoff. Dalam hatinya, Ryan mulai membandingkan kerja Mario dengan Geoff di hari pertama keduanya.
“Agghhh siallannn!!! Awas kamu Mario! Kamu membuatku kesusahan seperti ini,” umpat Ryan dalam batinnya.
Berbeda dengan di Perusahaan Williams, Ava sangat cepat belajar dan hal itu tentu saja membuat Alex sangat bahagia. Pekerjaannya benarbenar terbantu. Dexton, sang asisten pribadi, juga memuji pekerjaan dan daya tangkap Ava yang luar biasa.
“Seharusnya sejak hari pertama kamu dinyatakan lulus, kamu sudah membantu kakak di sini, Va,” ujar Alex.
“Kalau begitu kakak harus menggajiku dengn sangat besar,” ucap Ava sambil tersenyum.
Alex pun tertawa, “baiklah, tak masalah. Tapi … maukah kamu menjadi sekretaris kaka seterusnya?”
“Ehmmm …,” Ava memegang dagunya seperti orang yang sedang berpikir, tapi kemudian ia berkata, “tentu saja tidak.”
Alex langsung menjitak kepala Ava hingga Ava pun mengduh, “kakak!”
“Kamu tahu, Va … kakak senang melihatmu seperti saat ini. Kakak ingin melihatmu selalu tersenyum seperti ini.”
Ava tersenyum, “Aku tak akan bersedih lagi untuk hal yang tak seharusnya, Kak. Aku bukan Ava yang dulu.”
Alex mengusap pucuk kepala Ava hingga rambut adik perempuannya itu berantakan. Lagi dan lagi, Ava berdecak kesal melihat apa yang dilakukan oleh Alex.
*****
“Ada apa, Aunty?” tanya Nala yang dihubungi oleh Jeanette.
“Apa kamu dan One akan kembali ke sini?” tanya Jeanette.
“Apa ada hal yang begitu penting, Aunty?” tanya Nala dengan nada khawatir.
“Tak ada, hanya saja Aunty ingin meminta bantuanmu dan One.”
“Apa itu Aunty, katakan saja. Aku akan membantumu.”
“Bisakah kamu mencarikan seorang asisten pribadi untuk Ava?”
“Ava? Asisten pribadi?”
“Ya. Aunty ingin Ava memegang Perusahaan Orlando yang ada di Australia.”
“Mengapa Aunty tak meminta bantuan Uncle saja? Sudah pasti Uncle akan mencarikan asisten pribadi yang sangat berkualitas untuk Ava.”
“Tidak, Aunty tak mau. Aunty sangat tahu bahwa Uncle mu itu tak mau berjauhan dengan Ava, jadi ia pasti akan mencarikan asisten pribadi yang nantinya akan membuat Ava tak nyaman. Aunty juga sebenarnya tak ingin berjauhan dengan Ava, tapi menurut Aunty, Ava akan menjadi pribadi yang lebih dewasa dan mandiri ke depannya jika ia memegang Perusahaan Orlando. Maukah kamu membantu Aunty, Na?”
Sekejap saja Nala langsung mendapatkan ide cemerlang di kepalanya. Sejak tadi ia bingung, tapi kini sebuah lampu telah menyala di sampingnya yang berarti bahwa ia telah menemukan jalan keluarnya.
“Aku mengenal seseorang, Aunty. Ia sangat cocok dan aku juga yakin Ava akan mampu memimpin Perusahaan Orlando di Australia nantinya. Hanya saja ia seorang pria, tapi ia sahabatku Aunty, tak apa apa kah?”
“Tak apa, Na. Aunty sangat tahu kalau siapapun yang bersahabat denganmu pasti adalah pribadi yang baik. Aunty percaya padamu.”
“Baiklah, aku akan membawanya langsung ke Australia.”
“Hmm … saat ini Ava sedang belajar bersama Alex di Perusahaan Williams. Mungkin ia tak akan lama di sini karena Aunty yakin Ava ingin secepatnya pergi.”
Nala yang juga tahu mengenai Ava pun juga yakin. Meskipun Ava terlihat kuat di luar, tapi ia menyimpan semua kesedihan di dalam hatinya. Ia tak ingin membebani siapapun. Karakter Ava sebenarnya tak jauh berbeda dengan Nala, hanya saja hati Ava lebih halus dan lembut.
“Sampai jumpa di sana, Aunty. Aku akan pergi terlebih dahulu karena ada beberapa hal yang harus kulakukan.”
“Terima kasih, sayang.”
“Sama sama, Aunty.”
🧡🧡🧡
terima kasih Thor dengan ceritanya yang keren
terima kasih kakak Author 🙏🙏
semoga kakak Author selalu sehat, selalu semangat dan selalu sukses dalam berkarya aamiin...
ditunggu karya berikutnya ❤️🙏💪💪💪
semangat tour semoga sehat selalu ditunggu up karya yang baru💪💪💪🥰
trimadong Nia jangan sia sialan kesempatan yg ada di depan mata