Malam Ulang Tahun Pearly Hazel Willfred yang ke lima belas, menjadi malam yang tak akan terlupakan baginya. Seorang gadis lain datang dan mengaku sebagai putri kandung Keluarga Willfred.
Pearl pun kembali pada keluarga aslinya tapi kembali melarikan diri, hingga ia bertemu kembali dengan sosok pria yang selalu ia dekati di sekolah.
Alexander Marshall, menjadi sosok penolong bagi Pearl dan juga seorang ketua geng motor. Dengan bantuan Alex, Pearl kembali ke sekolah, tanpa mengetahui sosok sebenarnya dari seorang Alex.
* note : ini adalah novel misi dari NT. Alur cerita tiap bab berasal dari pihak NT, author hanya membantu mengembangkan melalui narasi dan percakapan, juga disesuaikan dengan latar belakang yang diambil oleh author. Terima kasih 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PimCherry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KEMBALI KE SEKOLAH
Dengan menggunakan motor berwarna hitam miliknya, Alex membonceng Pearl dan bersama sama mereka pergi ke sekolah. Hari ini Pearl akan masuk ke sekolah untuk kembali belajar, setelah melewati serangkaian test dan ia berhasil. Alex sangat senang karena Pearl begitu sungguh sungguh mengerjakan test yang diberikan oleh Mr. Omar.
Saat ini, perasaan Pearl campur aduk karena masih merasa sedikit gelisah ketika akan kembali ke tempat di mana orang orang membullynya.
Ia sempat ragu untuk menggunakan pakaian seragam sekolah yang sudah lama tak ia gunakan. Ia mengingat kembali hari terakhir ketika ia akhirnya tak jadi masuk ke sekolah dan memilih kembali.
"Pearl, kamu belum siap?" tanya Alex.
"Al, apa aku batalkan saja ya? Aku di markas saja."
"Tenanglah, ada aku," ucap Alex. Hal itu membuat perasaan Pearl menjadi lebih tenang. Ia pun mulai menggunakan seragamnya dan mengambil tas sekolahnya. Alex seperti kembali mengingat masa sekolah saat Pearl masih terus berusaha mengejar dirinya, tapi kini gadis itu memang tak lagi sama.
Motor Alex memasuki kawasan sekolah Pearl dan Universitas Alex. Pearl berjalan di samping Alex menuju ke gedung sekolahnya, setelah mereka memarkirkan motor di area parkir.
"Ada Alex! Lihat dia terlihat sangat berbeda."
"Iya benar, dengan pakaian seperti itu ia jadi jauh lebih tampan. Setidaknya ia mempunyai sedikit kelebihan, yakni cerdas dan tampan meskipun miskin."
Bagi para siswa siswi di sana, penerimabeasiswa adalah kalangan tidak mampu. Jadi mereka menganggap Alex juga seperti itu. Oleh karena itu juga tak ada yang mendekati Alex atau ingin menjadikannya kekasih. Mereka hanya senang memandangi Alex.
Kasak kusuk terdengar ketika Alex melangkahkan kakinya menuju ke gedung sekolahnya dulu. Kasak kusuk itu bertambah panas ketika melihat sosok gadis yang ada di samping Alex.
"Siapa itu?"
"Loh, bukankah itu Pearl?"
"Iya, betul itu Pearl. Si gadis miskin yang menyamar jadi putri raja."
"Apa dia sedang bermain peran lain lagi sekarang? Apa dia ingin menarik perhatian para pria di sekolah kita lagi?"
Pearl yang mendengar hal itu, meski mereka berbisik bisik, langsung menundukkan kepala dan menyembunyikan wajahnya di balik tubuh Alex. Pandangan siswa siswi lain sepertinya belum berubah padanya, bahkan kini lebih parah dari sebelumnya. Semua siswa siswi di sana bingung mengapa Alex berjalan di samping Pearl.
"Berani sekali ia jalan di samping Alex. Apa dia tidak berkaca sebelum melakukannya?"
"Apa jangan jangan Alex terkena ilmu sihir seperti keluarganya dulu?"
"Aku juga baru sadar kalau ia tak mirip dengan siapa pun di Kelyarga Willfred, ternyata ia memang bukan anak kandung."
"Oya, apa kamu tahu kalau aku pernah melihatnya di ..."
Belum selesai para siswa siswi itu berbicara, mereka langsung diam ketika Alex melewati mereka dan menatap mereka dengan tajam. Ketampanan Alex langsung naik berkali kali lipat karena hal itu.
Alex meraih telapak tangan Pearl lalu menggandengnya dan membiarkan gadis itu berjalan bersisian dengannya. Pearl masih saja menundukkan kepalanya. Kasak kusuk masih saja terdengar, bahkan lebih menyakitkan dari sebelumnya.
Pearl berusaha menarik tangannya yang digenggam oleh Alex, tapi bukannya melepaskan, Alex malah semakin mempereratnya. Alex seperti ingin memperlihatkan pada siapa pun bahwa Pearl adalah miliknya.
"Angkat kepalamu, Pearl. Jangan merasa minder karena semua manusia itu sama. Kamu bisa sukses lebih dari mereka," ucap Alex.
"Tapi ... apa yang mereka katakan itu ..."
"Jangan pernah memikirkan apa yang mereka katakan. Mereka hanya ingin menjatuhkanmu dan membuatmu semakin tidak percaya diri dan terperosok. Mereka akan semakin senang jika kamu takut pada mereka," ucap Alex dengan tatapan lembutnya, berbeda dengan saat ia menatap siswa siswi lainnya.
"Al ..."
"Tatap mata mereka dengan penuh keyakinan, ada aku bersamamu. Aku tak akan pernah membiarkan mereka mengganggu ataupun menyakitimu."
Pearl tersenyum, "Terima kasih, Al."
Alex mengantarkan Pearl ke bagian administrasi untuk melakukan daftar ulang sekali lagi. Pearl akan langsung mengikuti mata pelajaran pertama pagi ini seperti keputusan Mr. Omar. Dari bagian administrasi, Alex menemani Pearl hingga masuk ke dalam kelas.
"Masuk dan belajarlah dengan baik. Aku yakin kamu bisa melakukannya," ucap Alex menyemangati Pearl, kemudian mengusap pucuk kepala Pearl, yang tentu saja itu dilihat oleh para siswa siswi lainnya.
"Terima kasih, Al," ucap Pearl tersenyum.
"Aku akan menjemputmu nanti."
"Baiklah, aku akan menunggumu," ucap Pearl.
Pearl masuk ke dalam kelas dan mulai melihat bagaimana tatapan teman temannya yang dulu begitu memujanya, kini seakan mengintimidasi dirinya. Ia hanya bisa menghela nafasnya pelan. Pearl kini menyadari bahwa status dan martabat seseorang di sekolah itu sangat amat dinilai, bahkan dijadikan patokan.
Kini ia tahu mengapa dulu ia begitu disenangi, itu karena ia adalah putri Keluarga Willfred, keluarga pengusaha yang memiliki nama besar. Memiliki kekayaan yang luar biasa dan hidup bagai seorang putri.
Pearl duduk sendiri, tak ada yang mau duduk di sampingnya.
"Apa aku terlihat kotor dan menjijikkan hingga tak ada yang mau berada di dekatku?" gumam Pearl.
Tak lama, tampak sosok sahabatnya Diana, memasuki ruang kelas itu. Ingin sekali Pearl memanggil, tapi Diana langsung memalingkan wajahnya ketika tatapan mereka bertemu.
"Apa kamu juga sama dengan mereka, Di? Aku kira kamu ...," ada perasaan sesak di dalam dadda Pearl saat melihat Diana yang mengacuhkannya. Namun, Pearl berusaha untuk kuat. Ia masih punya Alex, Aarav, Pain, Ervin, dan juga Mars. Mereka adalah teman teman yang luar biasa bagi Pearl. Teman yang tak memandang seseorang dari kekayaan yang ia miliki.
Ada beberapa orang di dalam kelas yang ingin sekali mendekati Pearl. Bukan untuk menjadi teman, tapi untuk sekedar mencari tahu mengapa Pearl bisa tiba tiba dekat dengan Alex, berangkat sekolah bersama, bahkan digenggam tangannya oleh Alex. Namun, semua itu gagal karena guru sudah masuk ke dalam kelas.
"Ayo cepat duduk semua!" perintah sang guru yang membuat para siswa pun berjalan dengan langkah lebar ke kursi mereka masing masing.
Mata guru itu memindai dan menemukan Pearl tengah duduk di pojok belakang, sendirian.
"Selamat pagi, Pearl. Senang melihatmu berada di sini lagi. Belajarlah dengan baik," ucap guru itu.
Pearl pun tersenyum, "baik, Miss. Terima kasih."
Berbeda dengan Pearl yang tersenyum, para siswa siswi di kelas itu justru menampakkan wajah datar, bahkan kesal dengan kehadiran Pearl. Mereka masih saja penasaran dan ingin tahu dengan kehidupan Pearl.
"Fokus pada pelajaran!" Ucap sang guru dengan penuh ancaman karena matanya melihat bahwa siswa siswi di sana terus saja berbisik bisik.
Akhirnya pandangan mereka tertuju pada sang guru yang sedang menjelaskan, meskipun pikiran mereka masih dipenuhi rasa ingin tahu yang sangat besar akan Pearl.
🧡 🧡 🧡