Suamiku Tuan CEO Angkuh

Undangan pernikahan telah tersebar ke seluruh orang-orang penting yang ada di negara itu. Tak jarang dari mereka yang sangat kaget dengan pernikahan putra tunggal Tuan Vinson yang dilaksanakan secara mendadak. Banyak juga kaum hawa yang patah hati dan iri dengan calon mempelai wanita yang berhasil mengambil hati Seorang Xander yang sangat angkuh dan jijik terhadap seorang wanita.

Kenyataan semuanya berbanding terbalik dengan yang dipikiran oleh orang-orang. Mereka akan menikah karena paksaan, sama sekali tidak saling menyukai ataupun mencintai.

Yang paling patah hati dengan pernikahan itu adalah Danella, Ia merasa sangat tak percaya Xander yang baru-baru ini bertemu makan malam dengannya akan segera menikah. Hatinya yang kokoh ingin mendapatkan Xander mencelus begitu saja. Bahkan gadis itu sama sekali tidak mau menyentuh kartu undangan mewah itu, meski sekedar untuk melihatnya.

***

Elora Thomas Blossom, gadis cantik itu perlahan berjalan memasuki pekarangan rumah yang sangat besar dan mewah. Ia berjalan dengan anggun mengenakan pakaian mahal yang melekat di tubuh indahnya.

Sesekali Ia mengusap air matanya yang tumpah membasahi pipinya. Tak pernah terbayangkan Ia akan menginjakkan kaki lagi di rumah pria yang batal menjadi suaminya, dan akan memberikan pernyataan yang menyakitkan untuk pria itu.

Gadis itu menarik nafasnya lalu menghembuskannya pelan. Kakinya yang lemas berdiri di depan pilar-pilar rumah yang menjulang begitu tinggi.

“Nona, ada perlu apa anda datang kemari” seorang pengawal yang bejaga di depan menyapa Elora.

“Saya ingin bertemu Tuan Muda Zein Immanuel”

“Tuan Muda sedang tidak dirumah nona, jika ada hal yang penting aku akan memanggilkan Nyonya Besar”

“Baiklah” gadis Itu mengangguk, dengan kaki yang masih berdiri menunggu Nyonya Besar yang secara langsung membuat dirinya dan juga Zein hancur bersamaan.

Tak

Tak

Tak

Suara tumit sepatu begitu nyaring terdengar memecah kesunyian rumah itu. Suasananya sangatlah dingin. Bibir gadis itu membeku mendapati Nyonya Besar keluar dari dalam Istananya dengan raut wajah yang sangat Angkuh. Di belakangnya ada dua pelayan yang menemaninya.

Sepercik senyuman terpatri pada bibir wanita Itu, yang membuat Elora semakin bergidik akan keangkuhannya.

“Ada perlu apa kau menginjakkan kaki di rumahku ini mantan calon menantu?” Dengan angkuh wanita itu memandang rendah Elora dari ujung rambut sampai ujung kaki. Tatapan itu membuat bibir Elora semakin terkatup rapat.

Kaki Elora maju satu langkah untuk memberikan sebuah kartu undangan yang didesain sangat mewah pada wanita itu. Namun sayang wanita itu tidak mau mengambilnya dengan tangannya sendiri. Ia memerintahkan Pelayan untuk mengambilnya dari tangan Elora.

“Aku mengucapkan selamat atas pernikahanmu nanti. Penampilanmu jauh lebih baik, apakah ada pria kaya selain putraku yang mau dengan gadis biasa seperti dirimu?”

“Anda tenang saja Nyonya, aku yang gadis biasa ini sudah mendapatkan calon suami yang sangat kaya raya. Bahkan Ia jauh lebih kaya dari kekayaan yang anda miliki. Jika anda belum tau, anda bisa mencari tahu sendiri dengan kunci keluarga nomor satu terkaya di negeri ini!!. Dan aku sangat bersyukur tidak jadi memiliki mertua Iblis sepertimu, yang mungkin saja secara diam-diam telah menghancurkan anaknya sendiri”

Dengan langkah yang sangat ringan Elora berjalan keluar dari rumah pria yang masih melekat di dalam hatinya. Pria yang sudah menyakitinya, pria yang sudah Ia sakiti juga.

***

“El, selamat atas pernikahanmu nanti” wajah gadis itu begitu bahagia mendengar sahabatnya akan menikah. Namun di dalam lubuk hatinya Ia bersyukur karena Elora tidak akan bisa digapai oleh laki-laki yang sangat Ia cintai.

Elora masih merenung, sedikitpun tidak merespon bahagia dengan ucapan yang diberikan oleh Ema. Pikiran gadis itu begitu kalut dan pasrah, Ia berusaha memantapkan hatinya untuk keputusan besar yang Ia ambil untuk nasib kehidupan dirinya yang selanjutnya.

“Terimakasih Ema, jangan lupa nanti datang. Aku akan senang jika kau datang di hari bahagiaku” Elora tersenyum kecut berusaha menyembunyikan kesedihannya.

“Aku yakin kau pasti akan sangat bahagia El, aku tau pria yang akan menikahimu itu merupakan pria yang berasal dari keluarga kaya nomor satu di negeri ini. Kau pasti akan sangat bahagia dengannya”

“Tapi aku masih...”

“Jangan katakan kau masih mencintai Zein, bukalah hatimu, Zein itu bukan orang yang tepat untukmu”

Lagi-lagi hati Elora terhantam bongkahan batu yang sangat besar, bagaimana seorang Zein yang sangat baik hati dikatakan orang yang tidak tepat untuk dirinya. Semestalah yang tidak mengizinkan dirinya bersatu dengan pria sebaik Zein Immanuel.

“Haiii kakak El...” Sapa Nara yang berlari kecil menghampiri Elora. Gadis kecil itu tersenyum manis yang mampu membuat suasana hati Elora lebih tenang.

“Nara, kakak El sangat rindu dengan Nara” gadis itu mengusap lembut kepala Nara yang juga sangat rindu dengannya.

“Kakak Zein kemarin datang dan bermain dengan kami, mengapa kakak El tidak ikut dengan kakak Zein. Biasanya kalian datang bersama mengunjungi kami” Celetuk Nara polos.

Elora hanya bisa tersenyum menghirup nafas dalam-dalam dengan rongga dada yang semakin menyempit.

“Kakak Ze bermain dengan kalian? Pasti kalian bahagia. Meski kakak El tidak ikut, kakak Ze bilang sama kakak El kalau kalian senang bermain dengan kakak Ze. Kakak El juga sangat bahagia mendengar itu” Elora duduk sambil memangku Nara di pahanya, yang ditatap tidak suka oleh Ema, sangat lain ketika Zein bermain dengan mereka.