Setelah Kakak kembarnya menikah dan mempunyai anak. Kaira seperti di kejar deadline untuk segera menikah. Rasanya ia jengah padahal umur masih belum tua.
Namun siapa sangka, saat dia pasrah lamaran datang tiba-tiba. Tetapi yang menjadi masalah, dia di lamar oleh Regantara.
"Kenapa harus dia?"
"Memangnya kenapa?"
"Astaghfirullah kak...mana mungkin aku menerima pria yang jelas-jelas menyamakan wajahku dengan boneka babi!"
cuzz squele "Menikah Janda"
Dan jangan lupa follow igku weni0192
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon weni3, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Ternyata sikap Regan dan ucapannya membuat Kaira tak bisa terpejam semalaman. Baru kali ini dia gelisah dan tak nyaman di kamarnya sendiri. Sadar ia salah, namun sikap Regan membuatnya tidak betah. Padahal sebelumnya biasa saja, tapi nyatanya di diamkan membuatnya kepikiran.
Regan yang sejak tadi diam dengan posisinya sengaja melakukan itu agar Kaira sadar sebagai istri bagaimana dia harus bersikap. Dia tau jika Kaira sejak tadi tak bisa tidur namun membiarkan adalah jurus utama agar sang istri mengerti rasanya di abaikan.
Mata Regan terbuka tepat di jam 3, ia menoleh kebelakang mendapati Kaira yang sudah tertidur nyenyak. Ntah di jam berapa istrinya terlelap, yang ia tau Kaira belum kunjung tidur hingga ia tertidur lebih dulu.
Regan beranjak masuk ke dalam kamar mandi, membersihkan diri dan wudhu. Hampir terang Kaira belum kunjung terbangun, Regan yang tadi sebelum subuh memutuskan untuk ke masjid menggelengkan kepala saat mendapati istrinya masih anteng di bawah selimut.
"Kai...bangun!"
"Kai!" Regan sedikit menggoyangkan pundak Kaira hingga wanita itu membuka mata. "Sholat subuh dulu!" ucapnya lembut tapi setelahnya Regan segera beranjak dari sana dan memilih keluar kamar.
Kaira menghela nafas kasar melihat sikap Regan yang masih berbeda. Dia segara turun dari ranjang dan bersiap menjalankan kewajibannya.
"Astaghfirullah ternyata kesiangan!" Kaira buru-buru masuk kamar mandi untuk membersihkan diri.
Setelah menjalani kewajibannya, Kaira segera turun ke bawah untuk membantu Bunda menyiapkan sarapan. Tampak di bawah Regan sedang mengobrol dengan Ayah, sedikit memperhatikan lalu segara bergabung dengan Bunda yang sedang sibuk memasak.
"Kesiangan Kai? suamimu sampai belum di buatkan kopi." Bunda tersenyum melirik Kai sekilas kemudian kembali berkutat dengan spatula dan wajan.
"Iya Bun semalam nggak bisa tidur," jawabnya polos kemudian mengambil gelas, membuatkan kopi untuk Regan.
"Punya suami memang begitu, sulit tidur tapi menyenangkan. Baru-baru aja makanya kamu agak kaget, nanti kalo sudah lama juga terbiasa. Malah kalo tidur cepet berasa ada yang kurang."
Kaira tercengang dengan tangan terus mengaduk kopi yang ia buat, bingung sendiri dengan yang di ucapkan oleh Bundanya.
"Kamu kenapa Kai?" tanya bunda saat melihat wajah bingung putrinya.
"Bunda yang kenapa? Bunda dari tadi tuh lagi bahas apa sich? Nggak ngerti Kaira. Orang sulit tidur kok menyenangkan, dari mananya menyenangkan. Yang ada kesiangan dan berefek mata panda." Kaira menggelengkan kepala lalu meninggalkan dapur membawa secangkir kopi untuk Regan.
Dan kini justru Bunda Sella yang gantian terdiam memperhatikan putrinya, siapa yang tidak nyambung, siapa yang gagal paham. Bunda jadi bingung sendiri.
Rencana Regan benar-benar akan di lakukan, setelah sarapan pria itu pamit dengan kedua mertuanya. Padahal sejak semalam tidak ada pembahasan apapun dengan Kaira. Sampai kini Kaira di minta kedua orang tuanya untuk berkemas, Regan sama sekali tidak mengeluarkan kata-kata lagi setelah pagi tadi sempat membangunkan.
Tidak nyaman sekali perasaan Kaira saat ini, ia menghela nafas berat setelah berhasil mengemas dua koper yang berisi barang-barangnya. Regan benar-benar tidak membantu, bahkan menyusul ke kemar pun tidak. Jelas membuat Kaira sejak tadi geregetan.
"Ini orang sebenarnya niat nggak sich, ngambeknya berhari-hari kayak anak perawan!"gerutu Kaira saat menuruni tangga dengan susah payah mengangkat dua koper sekaligus.
Dari bawah Regan pun hanya melirik namun tak ada niat untuk mendekat dan membantu. Membiarkan Kaira berusaha sendiri sampai berhasil turun dengan sempurna. Entah apa rencana Regan, tapi sikapnya sukses membuat Kaira cemberut.
"Nggak usah merengut gitu! nanti kalo kangen rumah kan bisa pulang, sudah jadi istri wajib ikut suami kemanapun dia pergi selagi itu baik." Bunda memeluk putrinya dengan sayang, berharap anaknya bisa menjadi istri yang baik. Apa lagi setelah pembahasan pagi tadi di dapur, Sella paham mengapa Kaira tak paham dengan ucapannya. Ternyata putrinya belum menyerahkan diri seutuhnya pada suaminya.
Kiara hanya menganggukkan kepala, sedikit melirik ke arah Regan yang juga memperhatikannya namun tiba-tiba pria itu melengos membuat hati Kaira menggebu tak karuan.
Di perjalanan keduanya pun hanya diam dengan fokus yang berbeda hingga mobil mereka masuk ke salah satu komplek elit dan berhenti di teras salah satu hunian yang telah Regan siapkan untuk masa depan keluarga kecilnya.
Kaira turun tanpa menunggu di bukakan pintu, namun melihat Regan yang melangkah tanpa menoleh ke arahnya akan sangat mustahil di perlakukan semanis itu. Bahkan Kaira berusaha sendiri mengeluarkan kedua kopernya dan membawa masuk ke dalam rumah yang telah Regan buka pintunya.
Regan benar-benar menguji emosinya, membuat Kaira ingin protes atau demo sekalian. Gadis itu mendengus kesal saat melihat Regan diam saja melangkah menuju anak tangga yang kemungkinan akan masuk ke kamar utama. Tanpa mengajak membuat Kaira tidak tahan.
"STOP!"
Suara Kaira menghentikan langkah Regan dan membuat pria itu berbalik menatapnya. Siapa yang tidak akan marah jika Kaira seperti di anggap tidak ada. Tak seperti pasangan kebanyakan yang akan sangat bahagia memasuki rumah baru dengan kata-kata indah di telinga. Tapi tidak dengan mereka, sikap Regan bukan membuat Kaira luluh malah tambah ingin ngamuk.
Kaira melangkah mendekat, matanya menyipit menatap sengit. Pria yang ada di depannya seperti ngajak perang, menggulung kedua lengan gamisnya dengan tatapan menantang.
"Mau kamu apa Regantara? Maksudnya apa, hhm? Kalo seperti ini lebih baik aku pulang dari pada disini tetapi tak di anggap!" Kaira membalikkan tubuhnya, hatinya kadung kesal dan memilih pergi dari pada lama-lama makan hati.
Kaira meraih kedua kopernya dan menyeretnya kembali menuju pintu utama, dia tak peduli jika kedua orang tuanya akan terkejut dengan kepulangannya yang baru saja pamit beberapa jam yang lalu. Dan sudah tak peduli dengan pernikahannya karena sudah terlanjur kecewa.
"Aku tidak mengizinkanmu keluar dari rumah ini!" suara bariton dari pria yang berstatus suaminya membuat langkah Kaira terhenti. Perintah yang secara tidak langsung menyadarkan akan status keduanya. Namun Kaira begitu marah hingga tak mau mendengarkan. Menurutnya sikap Regan sudah keterlaluan dan ia kembali melangkah.
BRAK
Kaira tersentak saat Regan tiba-tiba sudah ada di depan pintu menutupnya dengan kencang dan menatap Kaira dengan tatapan tak biasa. Bahkan kini Kaira sudah melepaskan kedua kopernya dan melangkah mundur saat Regan dengan perlahan melangkah maju.
"Mau apa?" tanya Kaira dengan tatapan awas, dia yang tadi begitu berani menantang tiba-tiba nyalinya ciut melihat wajah Regan yang membuatnya takut.
"Mau memberi pelajaran pada istri yang tak mengerti kewajiban!"
Produksi kalii
..
Di kasih monongan ketika menginjak 10 thn usia perkawinan
Dan ternyata stlh punya anak Baru sy sadar knp Mgkn Tuhan ngasih lama krn faktor istri adik saya.. Yg mgk secara kesiapan mental blm siap di kasih momongan mgk secara umur Iya tp mental blm krn msh Sak karepe dhewe..
Tapi kok kyk bego Dari peran istri gimana
Haruse ga boleh menolak apapun jatah suami
Mlh bahkan sunahnya menawarkan diri, Kan Dah hatam ilmunya seorang guru pula..
Klo kesannya menghindari Dr kewajiban gitu kok kyk org ga pernah punya ilmu